PIMPINAN Muhammadiyah hasil Muktamar ke-48 harus mengutamakan kepentingan Indonesia, bukan kelompok, golongan dan partai politik, supaya bisa menghadapi tantangan ke depan.
 
Hal itu menjadi penegasan Ketua PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, Jumat (19/11) di kompleks Kampus Univeritas Muhammadiyah seusai sidang Tanwir.
 
Dia mengatakan dengan demokrasi prosedural, harapannya Muktamar ke-48 menghasilkan pimpinan Muhammadiyah yang mengutamakan kepentingan Indonesia bukan kelompok, golongan dan partai politik, sehingga bisa menghadapi tantangan ke depan.
 
Haedar menghimbau, seluruh elemen kebangsaan, sebaiknya belajar dari pelajaran yang lalu, bahwa ada gejolak politik yang meningkat di dalam negeri. Baik itu eksekutif dan legislatif, harus memiliki kekuatan kolektif yang menyatukan dan menimbang kepentingan bangsa dan negara.

"Arah politik Muhammadiyah akan lebih menekan kepada kualitas dan proses baik figur atau visual yang dihadirkan. Detil akan disampaikan saat muktamar di hari minggu mendatang," tegas Haedar.
 
Lebih lanjut dia paparkan, Muhammadiyah perlu menjaga keseimbangan sebagai kekuatan check balance yang berdasarkan budaya, nilai-nilai agama dan Pancasila agar membingkai orientasi politik Muhammadiyah.
 
Sementara  terkait pemilu dan partai politik, Haedar berpesan, Muhammadiyah harus menyuarakan agar pemilu dan para elit untuk berdiri tegak di atas semua golongan. Perlu juga untuk memberi teladan yang menjadi kekuatan semua komponen.
 
Pada muktamar itu, Presiden Joko Widodo dijadwalkan akan hadir untuk  membuka Muktamar Muhammadiyah pada 19 November 2022 dan ditutup oleh Wapres Ma'ruf Amin pada 20 November 2022.
 
Muktamar ke-48 Muhammadiyah tahun ini mengangkat tema "Memajukan Indonesia Mencerahkan Semesta" dan tema Muktamar Aisyiyah yaitu "Perempuan Berkemajuan Mencerahkan Peradaban Bangsa". (N-2)