Sentimen
Informasi Tambahan
Institusi: Indonesia Political Review
Kasus: covid-19, pengangguran
Tokoh Terkait
Pengamat Ingatkan Menjelang 2024, Kontestasi antar Koalisi Mesti Sehat, Kenapa?
Gatra.com Jenis Media: Nasional
Jakarta, Gatra.com - Pengamat Politik Senior BRIN Siti Zuhro mengatakan, Indonesia akan memasuki era baru pemilihan umum yang lebih sehat. Terutama dengan hadirnya calon calon pemimpin yang memiliki visi dan misi, ketimbang menjual persona semata.
“Ini nantinya akan jadi kontestasi yang lebih sehat, karena yang terpilih benar benar qualified, bukan pencitraan. Membanggakan secara nasional dan internasional,” ujar Zuhro kepada wartawan, Senin malam (14/11).
Terlebih pada pemilu mendatang, mayoritas pemilih adalah dari kalangan milenial yang lebih kritis dan terukur.
“Bukan hanya seperti diberikan cek kosong, tanpa visi dan misi. Kalau tidak ada ya tidak menarik. Dan tidak boleh lagi yang menonjol hal-hal yang sifatnya gimik-gimik, apalagi hujatan,” terang Zuhro.
Dengan kompleksitas masalah yang tengah dihadapi, misalnya perlambatan ekonomi dunia, masih dalam kondisi pandemi Covid, Indonesia membutuhkan pemimpin yang tangguh.
“Ini menjadi catatan, dengan kompleksitas yang seperti itu, kesiapan dari pemimpin seperti apa sehingga mereka bisa menunjukkan nantinya dia siap untuk dikompetisikan," pungkas Zuhro.
Di sisi lain, koalisi yang sudah terbentuk, semisal Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) harus fokus untuk menuntaskan pembahasan program kerja koalisi yang terangkum dalam Program Akselerasi Transformasi Ekonomi Nasional (PATEN).
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin menilai sah-sah saja KIB memilih pendekatan program dan belum mendeklarasikan nama calon presiden yang hendak didukung di 2024. Menurutnya, langkah itu diambil sembari menunggu arahan dari Presiden Joko Widodo.
"Itu bagus-bagus saja kalau KIB punya konsep PATEN dan belum mengusung capres-cawapres. Memang tidak akan mengusung capres-cawapres kecuali sudah mendapat restu Jokowi," katanya.
Menurutnya, PATEN juga tepat dipakai sebagai program andalan mengingat ekonomi Indonesia masih di bawah ancaman kondisi ekonomi global yang sedang bergejolak. Belum lagi, persoalan ekonomi dalam negeri seperti angka pengangguran dan kemiskinan.
"Karena saat ini sedang hancur ekonominya. Banyak yang menganggur, banyak yang tidak bisa makan, banyak yang miskin. Itu perlu pendekatan PATEN, tapi konsepnya harus jelas, harus langsung ke jantung rakyat, rakyat harus menerima. Kalau tidak dirasakan oleh masyarakat, susah," tegasnya.
Ujang menegaskan pendekatan program yang dipilih KIB bisa dan cocok diterapkan di Indonesia. PATEN harus bisa menghasilkan program konkret yang ditujukan dan dapat dirasakan oleh masyarakat secara langsung.
"Soal cocok, cocok saja. Yang penting rakyat bisa merasakan kue pembangunan di republik ini. Jangan hanya elit yang merasakan. Konsep PATEN ini mestinya langsung ke jantung rakyat. Rakyat bisa merasakan kebijakan tersebut," tandasnya.
Menurut Ujang, isu ekonomi akan mampu dan bisa cukup efektif dalam menaikkan elektabilitas dan popularitas KIB maupun capres yang nantinya diusung ketika mampu ditangkap dan dirasakan masyarakat.
"Bisa saja untuk menaikkan elektabilitas KIB. Rumusnya masyarakat merasakan, masyarakat menikmati, masyarakat merasa dibantu dan bantuannya sampai ke masyarakat," pungkasnya.
Sentimen: positif (100%)