Sentimen
Informasi Tambahan
Institusi: Universitas Indonesia
Tokoh Terkait
Ada Agenda G20 Penting Lain Selain Isu Rusia-Ukraina
Detik.com Jenis Media: News
Jakarta -
Politisi PDI Perjuangan, Budiman Sudjatmiko, berharap pertemuan G20 berdampak terhadap perdamaian antara Rusia dengan Ukraina dan juga hubungan AS-China. Selain itu, ada sejumlah agenda penting lainnya yaitu tantangan transformasi ekonomi digital dunia.
"G20 tahun 2022 adalah forum ekonomi yg diharapkan juga membawa implikasi politis perdamaian dikarenakan adanya konflik Barat dan Rusia di Ukraina dan tegangnya hubungan China dan AS karena situasi di Taiwan," kata Budiman Sudjatmiko kepada wartawan, Selasa (15/11/2022).
Budiman menyayangkan ketidakhadiran Presiden Rusia Vladimir Putin karena diharapkan forum di Bali ini bisa mencairkan suasana Barat dengan Rusia yang tegang.
"Tapi pertemuan Joe Biden dengan Xi Jinping di Bali kemarin diharapkan bisa meredakan ketegangan AS dan China dalam masalah Taiwan," ucap Budiman Sudjatmiko yang juga Master Hubungan Internasional dari Cambridge, Inggris itu.
Terlepas dari soal-soal ketegangan politik Rusia dengan Barat tentang Ukraina maupun ketegangan China dengan AS dalam soal Taiwan, kata Budiman Sudjatmiko, yang khusus perlu disoroti adalah tema utama G-20 yang mendorong dunia untuk melakukan transformasi ekonomi digital dan transformasi energi terbarukan.
"Ini pun sangat terkait erat dengan ketegangan-ketegangan di atas," ungkap Budiman Sudjatmiko.
Agenda penting lainnya adalah soal energi dunia.
"Menderitanya Eropa hari ini dalam menghadapi musim dingin akibat saling balas sanksi dgn Rusia, di mana Rusia mengancam menghentikan pasokan gas, telah menyadarkan kita semua bahwa ketergantungan energi Eropa pada Rusia telah membuat Eropa tak bisa mandiri secara geopolitik terhadap Rusia," urai Budiman Sudjatmiko.
Hubungan buruk Rusia-Ukraina juga berdampak ke sistem keuangan dunia, salah satunya soal ketergantungan terhadap USD.
"Di lain pihak, sanksi AS dan sekutu-sekutnya pd Rusia yang menyulitkan Rusia menggunakan dollar AS untuk perdagangan internasionalnya, yang di antaranya berbentuk pembekuan aset-aset orang Rusia di bank-bank luar negeri, telah menyadarkan banyak pihak tentang bahayanya ketergantungan transaksi pembayaran pada dollar AS," beber Budiman Sudjatmiko.
"Hal ini kemudian mulai direspon banyak negara dengan tidak lagi menggunakan dollar AS untuk transaksi pembayaran internasionalnya," sambung Budiman Sudjatmiko yang pernah dipenjara karena melawan rezim Soeharto.
Konflik di atas menyadarkan banyak orang perlunya transformasi keuangan untuk penataan ke depan. Transformasi keuangan digital harus disepakati di Forum G20 ini sebagai tindakan untuk menata ulang kekuatan keuangan dunia.
"Yang dalam sejarahnya sudah berevolusi dari yang nilainya dulunya berbasis emas, jadi sekarang berbasis kepercayaan dan kesepakatan pada dollar AS untuk nantinya menjadi kekuatan mata uang berbasis aset digitalnya yg menggabungkan aset emas maupun kepercayaan sekaligus," ungkap Budiman Sudjatmiko.
Transformasi keuangan berbasis aset data digital adalah sintesis dari nilai mata uang yang dipatok oleh aset sumber daya alam maupun asset kepercayaan sosial yang dulu pernah dan sedang berlaku sekarang.
"Pertemuan G-20 di Bali harus mengarah ke sana jika mau berdampak transformatif yaitu pulih bersama dan menguat bersama setelah pandemi ini," kata Budiman Soedjatmiko menegaskan.
Sementara itu, guru besar hukum tata negara Universitas Indonesia (UI) Prof Hikamahnto Juwana, menyatakan ketidakhadiran Putin merupakan kerugian bagi dunia terhadap masa depannya.
"Ketidakhadiran ini menutup peluang perang di Ukraina akan segera berhenti. Ini karena peluang terjadinya pertemuan informal antara Presiden Joe Biden dan Presiden Putin di sela-sela pelaksanaan KTT G20 tidak akan terjadi," ungkap Hikmahanto.
Padahal dunia berharap pertemuan informal ini terjadi untuk dua alasan besar. Pertama tidak akan ada lagi peluang di masa mendatang yang dapat mempertemukan Presiden Putin dan Presiden Joe Biden.
"Kedua, perang di Ukraina tidak akan berhenti bila tidak terjadi komitmen antara Presiden Putin dan Presiden Joe Biden terhadap perdamaian di Ukraina," kata Hikmahanto.
(asp/mae)
Sentimen: positif (93.8%)