Sentimen
Positif (88%)
15 Nov 2022 : 08.33
Informasi Tambahan

Agama: Islam

Kab/Kota: bandung, Gunung, Kalibata, Tasikmalaya, Penjaringan, Palembang

Kasus: kecelakaan

Tokoh Terkait

Profil R.E. Martadinata, Karier Gemilang Laksamana Laut Asal Bandung

15 Nov 2022 : 15.33 Views 1

Pikiran-Rakyat.com Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Nasional

Profil R.E. Martadinata, Karier Gemilang Laksamana Laut Asal Bandung

PIKIRAN RAKYAT – Laksamana Laut Raden Eddy Martadinata atau yang lebih dikenal dengan RE Martadinata adalah Pahlawan Nasional Indonesia yang berasal dari Kota Bandung, Jawa Barat.

Dia menjadi putra Indonesia pertama yang memperoleh pangkat Laksamana dalam Kesatuan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut.

Tak hanya berperan besar dalam kesuksesan Angkatan Laut, R.E. Martadinata pun memiliki peran dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Masa Kecil R.E. Martadinata

Dia lahir pada 29 Maret 1921 di Kota Bandung, Jawa Barat. Dia lahir dari pasangan Raden Roechijat Martadinata dan Nyi Raden Soehaemi. Kedua orangtuanya itu merupakan keluarga ningrat yang berasal dari Tasikmalaya, Jawa Barat.

Baca Juga: Profil Hasan Al Banna, Pendiri Ikhwanul Muslimin yang Berdakwah di Warung Kopi

Uniknya, R.E Martadinata ternyata memiliki nama lain pemberian sang kakek. Namanya saat bayi itu ialah Mohammad Zuchdi. Tetapi, dalam keseharian maupun di sekolah, R.E Martadinata dipanggil dengan nama tengahnya, Eddy.

Kecintaan Eddy pada kapal mulai terlihat sejak kecil. Dia senang bermain air dan memasukkan kapal-kapalan yang terbuat dari kertas tebal di bak cucian.

Tak hanya itu, ia sangat lihai membuat kapal-kapalan dari duri cangkring untuk teman-temannya. Pada tahun 1927, Eddy mengikuti orangtuanya pindah ke Kertapati Palembang.

Pendidikan R.E. Martadinata

Mulanya, R.E. Martadinata menempuh pendidikan dasar di Hollandsch Inlansche School (HIS), Palembang. Kemudian, saat mengikuti kedua orangtuanya pindah, dia melanjutkan di HIS, Lahat.

Baca Juga: Profil Al-Farabi, Filsuf Muslim yang 'Akrab' dengan Eropa

Setelah tamat di HIS tahun 1934, ia melanjutkan ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) di Palembang.

Namun, karena kepergian ibunya, keluarga Eddy memutuskan untuk berpindah ke Tasikmalaya. Sehingga Eddy pindah ke MULO Pasundan.

Pada tahun 1938, Eddy melanjutkan pendidikannya di Algemene Middelbare School (AMS) di Jakarta selama tiga tahun dan lulus dengan nilai terbaik.

Setelah itu, Eddy menempuh pendidikan di Zeevart Technische School atau Sekolah Teknik Pelayaran di Jakarta. Dia tidak sempat menyelesaikan pendidikan di sana karena saat itu terjadi Perang Pasifik di wilayah Hindia Belanda.

Baca Juga: Profil Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, Mengabdikan Seluruh Hidupnya untuk Ilmu

Namun, akhirnya Eddy melanjutkan pendidikannya di Sekolah Pelayaran Tinggi (SPT) bentukkan Jepang.

Karier R.E. Martadinata

1. Guru Bantu Sekolah Pelayaran Tinggi

Ijazah SPT yang dimiliki membuatnya memiliki kesempatan sebagai guru bantu di sekolah itu. Dia dikenal sebagai guru yang mempunyai pemikiran dan pandangan yang luas.

Kepada siswanya, Eddy selalu menanamkan semangat juang dan menekankan agar kelak menjadi pelopor untuk menguasai kembali lautan Indonesia dengan motto ‘Kuasailah Lautanmu’.

2. Nahkoda Kapal

Prestasi yang ditorehkan Eddy sebagai guru bantu di SPT membuatnya mampu menggapai cita-cita. Dia diberikan kesempatan memimpin kapal latih Dai-28 Sakura Maru. Pada tanggal 1 September 1944, Eddy Martadinata mulai menunaikan tugasnya sebagai nahkoda.

Setelah kurang lebih sepuluh bulan bertugas di kapal, pada awal Agustus 1945, Eddy meninggalkan pekerjaannya sebagai nahkoda kapal latih Dai-28 Sakura Maru.

3. Kepala Staf Angkatan Laut RI

Setelah berperan besar dalam kemerdekaan RI, tahun 1959 Eddy diberi kepercayaan oleh Pemerintah sebagai Kepala Staf Angkatan Laut Republik Indonesia. Dia memimpin Angkatan Laut selama dua kali masa jabatan (1959-1966).

Selama menjabat di posisi itu, Eddy dikenal sebagai pemimpin dengan sifat yang terbuka, tegas, dan disiplin. Dia sukses membangun Angkatan Laut dan pelaksanaan tugas-tugas operasi militernya.

Peran dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia

1. Pelopor Pembentukan Angkatan Laut

Dengan bekal keahliannya dalam ilmu pelayaran, dia bersama dengan para pemuda lulusan SPT, serta para pelaut ikut aktif membantu persiapan kemerdekaan.

Mereka membentuk ‘Barisan Banteng Laut’ yang dipimpin oleh R.E. Martadinata. Barisan Banteng Laut itu memiliki markas di Penjaringan Jakarta.

Kesatuan Laskar Barisan Banteng Laut ini berperan penting dalam perjuangan untuk memperoleh kemerdekaan bangsa. Bagaimana tidak, menjelang proklamasi kemerdekaan, kelompok bahariawan ini berhasil menghubungi Soekarno dan Moh. Hatta untuk berdiskusi dan menyampaikan informasi dalam membantu persiapan proklamasi.

Tak hanya itu, mereka juga sukses melucuti senjata tentara Jepang, merebut kapal-kapal milik Jawatan Pelayaran Jawa Unko Kaisya, menguasai pelabuhan penting, dan menduduki gedung-gedung dan kantor milik pemerintah Jepang.

Organisasi Barisan Banteng Laut ini kemudian terus berkembang dan berganti nama menjadi Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI). Saat ini, ALRI dikenal sebagai TNI Angkatan Laut.

2. Panglima dalam Perang

Selama menjabat sebagai pemimpin Angkatan Laut, R.E. Martadinata juga menentang segala bentuk penjajahan terhadap bangsa Indonesia. Dia berperan besar dalam perjuangan membebaskan Irian Barat.

Saat itu, Eddy memerintahkan kapal-kapal perang untuk mengadakan operasi show of force sebagai reaksi atas tindakan Belanda yang giat melakukan patroli di wilayah Irian Barat. Operasi itu kemudian diberi nama Operasi Antareja dan Imam Sura.

Tak hanya itu, Eddy Martadinata pun mengerahkan kapal cepat torpedo dan kapal selam untuk melaksanakan Operasi Badar Lumut, Operasi Badar Besi, serta operasi Cakra.

Dalam menumpas G 30 S PKI, Eddy Martadinata pun memerintahkan Angkatan Laut untuk bersama-sama bergerak baik di darat maupun di laut. Dia juga mengambil tindakan tegas terhadap pengikut-pengikut PKI.

Gugur sebagai Pahlawan

Pada tanggal 6 Oktober 1966, R.E Martadinata mengikuti kegiatan di daerah Riung Gunung. Penerbangan dari Jakarta ke Riung Gunung dengan Pilot Letnan Laut Penerbang Willy Kairupan pun lancar.

Namun, saat kembali ke Jakarta, cuaca memburuk dan udara dipenuhi dengan awan tebal sehingga menghalangi penglihatan pilot.

Tiba-tiba pesawat membentur gunung batu dan meledak jatuh ke perkebunan teh. Kecelakaan itu mengakibatkan gugurnya Eddy Martadinata dan seluruh penumpang.

Pada 7 Oktober 1966, jenazah Eddy disemayamkan di Markas Besar Angkatan Laut dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

Saat pemakaman, Jenderal TNI Suharto memberikan penghargaan atas jasa-jasa Eddy Martadinata yang telah disumbangkan kepada tanah air.

Jenderal TNI Suharto membacakan Surat Keputusan Presiden RI tentang pengangkatan Laksamana Eddy Martadinata sebagai Pahlawan Nasional. (Fian Prahesti)***

Sentimen: positif (88.9%)