Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Bogor, Bekasi, Depok
Tokoh Terkait
Kenali Penyebab Orang Terkena Diabetes Tipe 2, Gejalanya Sering Tidak Jelas
Harianjogja.com Jenis Media: News
Harianjogja.com, JAKARTA - Tanggal 14 November diperingati sebagai Hari Diabetes Sedunia.
Diabetes adalah penyakit metabolik kronis yang disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh untuk memproduksi hormon insulin atau gangguan fungsi insulin yang ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam darah. Diabetes dapat menyebabkan kerusakan serius pada bagian tubuh lain seperti jantung, pembuluh darah, mata, ginjal, dan saraf apabila tidak terkontrol.
Dilansir dari gooddoctor.co.id, ada beberapa jenis diabetes yaitu diabetes tipe 1, diabetes tipe 2, dan diabetes insipidus. Diabetes tipe 1 umumnya dikaitkan dengan genetik dan kondisi tubuh yang berbeda sejak lahir. Diabetes tipe 2 adalah yang paling sering terjadi dan paling umum dikenal oleh masyarakat.
Diabetes tipe 2 dapat terjadi karena gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat. Diabetes tipe 2 juga dikenal sebagai diabetes melitus. Diabetes insipidus adalah gangguan yang tidak biasa yang menyebabkan ketidakseimbangan cairan dalam tubuh. Ketidakseimbangan ini membuat seseorang sangat haus bahkan saat sudah banyak minum sehingga tubuh menghasilkan urin dalam jumlah besar.
Meskipun diabetes berkaitan dengan genetik, namun jika seseorang menghindari faktor penyebab diabetes, maka orang tersebut dapat terhindar dari diabetes. Dikutip dari gooddoctor.co.id, beberapa faktor penyebab diabetes tipe 2:
● Kelebihan berat badan
● Keturunan
● Pola makan tidak sehat. Hindari beberapa makanan penyebab diabetes, seperti makanan karbohidrat tinggi, makanan tinggi lemak jenuh dan lemak trans, manisan buah kering, minuman bersoda, dan minuman beralkohol
● Stres berlebihan
● Kurang tidur
● Kebiasaan merokok
● Perut buncit
Orang dengan diabetes harus didiagnosis sedini mungkin untuk mencegah komplikasi dan kematian dini serta meningkatkan kualitas hidup mereka.
Head of Medical PT Good Doctor Technology Indonesia, dr. Adhiatma Gunawan mengatakan, seseorang tidak langsung menjadi diabetes. Dimulai dari normal ke prediabetes menjadi diabetes. Pada tahap prediabetes, sering kali seseorang tidak menyadari tanda-tanda yang sudah dirasakan. Padahal, apabila pada tahap ini orang itu sudah mendapat perawatan, pasien masih bisa disembuhkan.
Selain itu, faktor kunci keberhasilan pengelolaan diabetes adalah kepatuhan dalam pengobatan yang berkesinambungan. Dengan mempermudah akses ke perawatan diabetes melalui aplikasi kesehatan digital Good Doctor, masyarakat dapat menyadari tanda-tanda diabetes yang mereka rasakan sejak dini dan bagi pasien diabetes mau melakukan kontrol berkala untuk mencegah terjadinya komplikasi penyakit akibat diabetes. Layanan telemedicine dapat menciptakan kualitas hidup yang optimal dengan biaya perawatan kesehatan yang efektif dan efisien.”
"Temuan yang diperoleh dari Studi Percontohan Pengelolaan Penyakit Kronis yang merupakan kolaborasi Good Doctor Technology Indonesia (Good Doctor) dengan Lembaga Penelitian Ikatan Dokter Indonesia menunjukkan bahwa hanya melalui aplikasi kesehatan digital, pasien diabetes tetap bisa mendapat pantauan dokter tanpa harus pergi ke rumah sakit," paparnya.
Dia menjelaskan, ;ayanan telemedicine efektif membantu pasien diabetes menurunkan kadar gula darah. Riset yang melibatkan sejumlah klinik BPJS Kesehatan di Bekasi, Bogor, dan Depok ini dilakukan dalam dua tahap, yakni tahap 1 (kualitatif) yang berlangsung pada Desember 2020 dan tahap 2 (kuantitatif) yang berlangsung tiga bulan dan dimulai Januari 2021.
Hasil penelitian fase 1 menunjukkan bahwa monitoring diabetes yang dilakukan melalui aplikasi Good Doctor mendapat respons positif dari responden. Platform tersebut berpotensi untuk mendukung pengamatan keadaan pasien diabetes, terutama self-care monitoring pada perkembangan kondisi kesehatannya.
Hasil penelitian fase 2 menunjukkan kelompok yang menggunakan aplikasi Good Doctor secara penuh mengalami penurunan kadar gula darah hingga akhir tiga bulan pemantauan. Sedangkan kelompok dengan intensitas keterlibatan tidak penuh, kondisi gula darahnya relatif tidak berubah.
Data International Diabetes Federation (IDF) 2021 menunjukkan jumlah orang dengan diabetes usia 20—79 tahun di Indonesia pada 2021 mencapai 19,5 juta orang.
Jumlah ini diperkirakan akan mencapai 28,6 juta orang pada tahun 2045. Indonesia menempati posisi kelima sebagai negara dengan jumlah penyandang diabetes terbanyak di dunia dan Indonesia termasuk salah satu negara dengan proporsi diabetes yang tidak terdiagnosis tertinggi, yaitu 14,3 juta orang (73,7%).
Dilansir dari website Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Sehat Negeriku, diabetes merupakan penyakit kronis dengan peningkatan angka prevalensi tertinggi saat ini. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 dan 2018 menunjukkan bahwa tren prevalensi penyakit diabetes melitus (DM) di Indonesia meningkat dari 6,9% menjadi 8,5%, prevalensi DM menurut diagnosis dokter meningkat dari 1,2% menjadi 2%. Selain itu, sebagian besar (sekitar 3 dari 4 orang) orang dengan DM tidak menyadari dirinya menderita DM dan kurangnya kesadaran orang tersebut untuk melakukan pemeriksaan berkala.
Prevalensi diabetes yang terus meningkat, pasien diabetes yang tidak melakukan kontrol secara teratur, dan diabetes yang sudah mengakibatkan komplikasi akan membutuhkan biaya perawatan yang lebih besar, lebih kompleks, dan lebih lama yang pada akhirnya akan semakin membebani pembiayaan baik pribadi maupun BPJS Kesehatan.
Dilansir dari siaran pers BPJS Kesehatan, pada tahun 2020 BPJS Kesehatan telah mengeluarkan Rp20 triliun untuk membayar pelayanan dan obat-obatan penyakit katastropik, salah satunya Diabetes Melitus (DM).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sentimen: positif (80%)