POJOKSATU.id, JAKARTA — Jika Najwa Shihab jadi Ketua Umum PSSI usai tragedi Kanjuruhan Malang, politisi PDI Perjuangan Maruarar Sirait menyatakan akan mendukung.

Politisi PDI Perjuangan Maruarar Sirait merespon terkait hasil survei Indikator yang menyebut Erick Thohir dan Najwa Shihab diunggulkan menjadi Ketua Umum PSSI.

Menurut mantan Ketua Steering Commite Piala Presiden ini, yang paling pas memimpin PSSI usai tragedi Kanjuruhan Malang ialah Najwa Shihab.

Menurut Ara, sapaan akrabnya, selain karena dekat, Najwa Shihab juga merupakan sosok kritis terhadap sepak bola Indonesia.

“Mengenai ketua umum gak papa dibuka aja. Mau Erick, mau Najwa. Saya pikir kontekan sama Najwa, dari saya bilang Najwa kamu aja jadi ketum,” kata Maruarar saat hadir dalam paparan rilis Indikator bertemakan Tragedi Kanjuruhan dan Reformasi PSSI secara virtual, Minggu (13/11).

-

Deretan Rekomendasi TGIPF Kanjuruhan untuk Polri : Apresiasi Kapolda Jatim Didepak, Setop Penggunaan Gas Air Mata

“Kemarin juga saya masih WA (Whatsapp) sama Najwa, kita sudah dekat lama ya. Dia sangat kritis, dia bilang aduh bang saya begini, saya supporter,” kata Maruarar lagi.

Menurutnya, perlu ada figur yang kredibel dan juga orang yang mengerti tentang sepak bola Indonesia.

Dari sisi itu, Najwa Shihab dinilainya paling cocok dan relevan menjadi Ketua Umum PSSI.

“Saya pikir perlu orang-orang yang kredibel,” jelasnya.

Menurut politisi PDI Perjuangan ini, dulu waktu ada Satgas Bola, dia juga mengundang Najwa Shihab. Dan Sirait mengaku senang ada teman-teman media yang kritis, yang berani berbicara soal sepakbola Indonesia.

“Dan kita membutuhkan orang-orang yang begitu di media,” katanya.

“Saya pikir meskipun Najwa bukan pengurus, tapi saya sangat yakin dia sangat mencintai bola Indonesia,” tambahnya lagi.

Dia menambahkan orang yang mencintai sepak bola merupakan orang yang paling pas dan cocok menjadi Ketua Umum PSSI.

“Justru menurut saya orang yang mencintai bola itu partisipasinya sangat tinggi. Yang bahaya itu kalau enggak ada stakeholder-nya, orang-orang yang kredibel cuek saja, masa bodoh,” jelasnya.

“Udah hopeless (tak punya harapan ) itu bahaya banget,” tutupnya lagi. (ikror/rmol/pojoksatu)