Supianto | Sabtu, 12/11/2022 09:37 WIB

Presiden China Xi Jinping dan Presiden AS Joe Biden berbicara melalui telepon untuk kedua kalinya tahun ini. (Foto: AFP)

JAKARTA, Jurnas.com - Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden akan mendesak pemimpin China, Xi Jinping untuk menahan kecenderungan terburuk Korea Utara dan mengatakan kepadanya, pengembangan senjata Pyongyang akan mendorong kehadiran militer AS lebih banyak di Asia.

"Dalam pertemuan Senin di sela-sela KTT G20, Biden akan memberi tahu Xi bahwa China memiliki kepentingan untuk memainkan peran konstruktif dalam menahan kecenderungan terburuk Korea Utara," kata Penasihat Keamanan Nasional AS, Jake Sullivan kepada wartawan.

"Biden juga akan memberi tahu Xi bahwa jika pengembangan rudal dan nuklir Korea Utara terus berlanjut di jalan ini, itu hanya akan berarti semakin meningkatkan kehadiran militer dan keamanan Amerika di wilayah tersebut," sambungnya.

Sullivan, berbicara di atas Air Force One dalam perjalanan ke Kamboja untuk menghadiri KTT regional ASEAN akhir pekan ini, mengatakan Biden tidak akan menuntut China melainkan memberikan Xi perspektifnya.

"Ini adalah bahwa Korea Utara merupakan ancaman tidak hanya untuk AS, tidak hanya untuk (Korea Selatan) dan Jepang tetapi untuk perdamaian dan stabilitas di seluruh kawasan. Apakah China ingin meningkatkan tekanan pada Korea Utara tentu saja terserah mereka," kata Sullivan.

Namun, dengan Korea Utara diperkirakan akan segera menguji senjata nuklir dan dengan cepat meningkatkan kapasitas misilnya, "situasi operasional lebih akut pada saat ini", kata Sullivan.

Korea Utara telah meluncurkan rudal dan diyakini sedang mempersiapkan uji coba nuklir. Biden akan bertemu dengan para pemimpin Korea Selatan dan Jepang saat berada di Kamboja.

Sullivan mengatakan Biden akan membahas dengan mereka peningkatan kerja sama keamanan mengingat ancaman Korea Utara.

Sullivan juga mengatakan Biden berharap pembicaraan tatap muka pertamanya dengan Xi akan mengarah pada lebih banyak pertemuan semacam itu dan keterlibatan lebih lanjut antara kedua pemerintah.

Sumber: CNA