Sentimen
Patahkan Data Inggris, Badan Amal Rilis Jumlah Anak yang Tewas Selama Operasi Militer di Afghanistan
Rmol.id Jenis Media: Nasional
Mengutip data yang diperoleh melalui permintaan kebebasan informasi, AAOV mengungkapkan setidaknya ada 64 anak kehilangan nyawa mereka. Jumlah ini empat kali lebih banyak dari yang sebelumnya diakui oleh Kementerian Pertahanan Inggris.
Menurut laporan yang dirilis Selasa (8/11), kematian itu terjadi antara 2006 dan 2014, ketika Inggris berpartisipasi dalam perang pimpinan AS melawan Taliban.
"Sebelumnya, hanya 16 kematian anak yang telah dikonfirmasi, sedangkan jumlah sebenarnya bisa mencapai 135," kata AAOV, seperti dikutip dari AFP, Rabu (9/11).
Dalam 27 kasus yang disebutkan usianya, rata-rata korban berusia enam tahun. Yang termuda baru berusia satu tahun, sedangkan yang tertua berusia 15 tahun. Kasus-kasus tersebut termasuk anak-anak yang tewas dalam serangan udara dan baku tembak, serta ditembak di dekat pos pemeriksaan.
"Sama sekali tidak ada bukti bahwa ada penargetan yang disengaja terhadap warga sipil atau anak-anak oleh militer Inggris, dan tragedi ini harus ditandai sebagai konsekuensi dari penargetan yang buruk, penggunaan senjata berat yang berlebihan atau pertempuran di daerah berpenduduk," kata badan amal itu.
Namun sayang, mereka mengatakan pihak berwenang tidak memberikan rincian yang cukup tentang keadaan setiap kematian.
Menurut AAOV, pemerintah Inggris membayar 144.593 poundsterling (sekitar 2,5 miliar rupiah) sebagai kompensasi atas insiden yang melibatkan kematian anak yang dikonfirmasi.
“Jika kami hanya memasukkan klaim yang melibatkan kematian anak, 36 kematian dari 27 insiden, pembayaran rata-rata per korban adalah 1.656 poundsterling (sekitar 28 juta rupiah),” kata badan amal itu.
Sentimen: negatif (99.9%)