Sentimen
Informasi Tambahan
BUMN: PT Pertamina, Pertamina Patra Niaga
Institusi: Universitas Mercu Buana
Kab/Kota: Joglo, Sleman, Bantul
RKD Sedayu, Cara Pertamina Ikut Penuhi Kebutuhan Kesehatan Para Difabel
Harianjogja.com Jenis Media: News
Harianjogja.com, BANTUL - Selain pendidikan, ketenagakerjaan dan perlindungan sosial, isu strategis yang dihadapi para difabel ada di bidang kesehatan. Belum semua fasilitas kesehatan inklusif bagi penyandang disabilitas. Itulah sebabnya, Rumah Kebugaran Difabel muncul di Sedayu, Bantul, DIY hadir.
Berlokasi di hamparan persawahan, lokasi Rumah Kebugaran Difabel yang beralamatkan di Bandut Kidul, Kalurahan Argorejo, Kapanewon Sedayu, Bantul cukup jauh dari keramaian. Lokasinya masih kental dengan nuansa pedesaan. Banyak hamparan sawah dan di kelilingi kawasan perbukitan.
Suasana yang asri ini rupanya mengundang keramahan bagi kalangan penyandang disabilitas. Hampir setiap hari, Rumah Kebugaran Difabel (RKD) ini selalu ramai dengan aktivitas para difabel. Tak hanya untuk menjalani fisioterapi dan akses kesehatan lainnya, kedatangan mereka juga dilatarbelakangi oleh kegiatan sosial ekonomi.
Bagi Ketua Pengelola Rumah Kebugaran Difabel Maria Tri Suhartini, kebutuhan teman-teman difabel untuk terapi di Sedayu sangat tinggi. Hanya saja, mereka kesulitan dalam hal mobilitas untuk pergi ke rumah sakit, ke rumah refabilitasi selain kesulitas waktu dan biaya. Padahal di sisi lain, teman-teman difabel ini tetap berkeinginan kuat untuk tetap mengikuti terapi dan memelihara kesehatannya.
"Nah, keberadaan RKD ini bertujuan untuk mengurangi kesulitan-kesulitan yang dihadapi keluarga teman-teman difabel. Itu hal yang paling utama," kisah Maria kepada Harianjogja.com, Kamis (10/11/2022).
Sebelum RKD didirikan, kata Tri, terlebih dulu sudah terbentuk Forum Keluarga Penyandang Disabilitas Sedayu Pinilih pada 27 Agustus 2017 lalu.
Forum ini aktif melakukan berbagai kegiatan mulai di bidang ekonomi, pengarusutamaan isu disabilitas hingga pengembangan kapasitas teman-teman difabel.
Dalam perkembangannya, muncul ide mendirikan RKD oleh Pinilih. Mereka lantas berkolaborasi dengan berbagai pihak. Kekuatan jaringan digunakan untuk mendirikan RKD. Demi mengatasi kesulitan teman-teman difabel.
"Kami bekerja sama dengan Puskemas Sedayu 2 terkait dengan gedungnya yang berdiri di atas tanah kas Desa Argorejo, dan didukung Pertamina untuk pengadaan alat dan kegiatan-kegiatan kesehatan dan ekonomi," katanya.
Tak hanya layanan fisioterapi dan kesehatan, kata Tri, di RKD tersebut juga tersedia layanan konseling bagi difabel. Bahkan, mereka memiliki tim ambulance untuk mengantar jemput teman-teman difabel mengikuti pemeriksaan kesehatan dan terapi.
"Kalau ada yang perlu dijemput, tim ambulans [Puskesmas] Sedayu 2 siap antar-jemput. Biasanya yang lumpuh layu pakai mobil, jika bisa pakai motor, teman-teman volunter siap menjemput," kata Tri.
Tri sangat bersemangat jika membicarakan terkait isu-isu difabel. Betapa tidak, berdasarkan data yang dia miliki ada ratusan teman difabel di sekitarnya dan mulai mengakses layanan di RKD. Terutana teman-teman difabel yang masih dalam masa pertumbuhan dan difabel berat agar mempertahankan kesehatannya agar terjaga.
"Karena difabel kalau tidak diterapi, kemampuan motorik akan menurun. Sayangnya, kami masih kekurangan fisioterapis itu yang menjadi salah satu tantangan kami saat ini. Untuk terapis kami menggunakan terapis netra untuk akupresur," ujarnya.
Selain kekurangan terapis, Tri juga mengandalkan semua sumberdaya yang dimiliki untuk membiayai operasional RKD. Pasalnya untuk semua layanan tidak ada tarif biaya yang ditentukan, semua dilaksanakan secara sukarela.
Untuk mengatasi kendala itu, pihaknya memanfaatkan lahan di sekitar RKD untuk aktifitas ekonomi dengan budidaya jamur tiram. "Kami latih teman-teman difabel untuk terus meningkatkan kapasitasnya. Termasuk ibu-ibu teman difabel menjadi terapis. Kami melibatkan mitra, seperti Pertamina dalam peningkatan kapasitas ini," katanya.
Meski begitu, masih ada yang membuat Tri gelisah. Dari sekitar 500 teman-teman difabel yang terdata di RKD, sekitar 50% lebih termasuk difabel mental. Padahal sumberdaya yang dimiliki RKD tidak begitu banyak sehingga menyulitkan mereka untuk membantu secara maksimal para teman difabel.
"Kami sudah mendata, mendekati valid ada 180-190 teman-teman difabel. Itu baru satu desa. Kalau empat desa seperti Argosari dan Argodadi pendataan komplet 180-an teman difabel. Total sudah 360 orang. Di Argomulyo dan Argorejo data kami masih perlu diverifikasi lagi ada 150-an orang," kata dia.
Terlepas dari itu, Tri tetap bersyukur atas perhatian semua pihak terhadap layanan RKD. Termasuk Pertamina yang mampu memenuhi sarana dan prasarana yang dibutuhkan RKD. "Salah satunya soal peningkatan kapasitas para terapis netra. Keberadaan RKD ini menunjukkan siapnya masyarakat untuk mewujudkan inklusi sosial dalam proses pembangunan ataupun pemberdayaan," kata dia.
Kehadiran PT Pertamina sebagai Sahabat Difabel pun bukan isapan jempol belaka. Pertamina menghadirkan RKD sebagai fasilitas dan sarana kesehatan bagi para penyandang disabilitas sebagai bentuk kepedulian perseroan kepada difabel.
Pengadaan RKD merupakan bagian dari program corporate social responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) perseroan.
Fasilitas tersebut dikhususkan bagi para difabel di sekitar unit operasi Pertamina di Fuel Terminal Rewulu, Sedayu, Bantul. Dengan RKD ini kami berharap difabel dapat memperoleh pelayanan kesehatan secara khusus, seperti fisioterapi, akupresur, hingga layanan konseling," kata Area Manager Communication, Relations and Corporate Social Responsibility (CSR) Regional Jawa Bagian Tengah PT Pertamina Patra Niaga, Brasto Galih Nugroho.
Keterlibatan Pertamina dalam RKD, dilakukan sejak 2021 lalu. Pertamina bekerja sama dengan berbagai pihak seperti Forum Keluarga Penyandang Disabilitas Pinilih, Puskesmas Sedayu, perangkat desa dan Kecamatan Sedayu, serta Universitas Mercu Buana yang secara khusus menghadirkan psikolog untuk layanan konseling.
Program RKD ini, katanya, merupakan wujud penerapan prinsip environment social and governance (ESG) dan mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau Sustainable Development Goals (SDGs). Terutama pada poin 3 tentang kehidupan sehat dan sejahtera; poin 8 tentang pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi; poin 10 tentang berkurangnya kesenjangan; serta poin 16 tentang perdamaian, keadilan dan kelembagaan yang tangguh.
"Selain layanan kesehatan, Pertamina juga membentuk rintisan usaha budi daya jamur tiram. Usaha ini akan dijalankan oleh kelompok difabel untuk meningkatkan kapasitas dan kesejahteraan ekonomi para sahabat difabel Pertamina," imbuh Brasto.
Selain RKD, keberpihakan Pertamina menjadi sahabat difabel diwujudkan dalam berbagai program. Misalnya, PT Pertamina Lubricants bersama PT Pertamina Retail melakukan pemberdayaan penyandang disabilitas. Perseroan melatih sejumlah difabel di Bantul berbagai pelatihan teknik dasar pengelasan dengan busur manual hingga servis sepeda motor roda dua dan roda tiga.
Dengan menggandeng Forum Peduli Difabel Bantul (FPDB), kata Brasto, pihaknya meresmikan Bengkel Pertamina Sahabat Difabel pada Kamis (15/9/2022) lalu. Bengkel yang berlokasi di Jalan Parangtritis, Ngaglik, Jetis, Bantul ini dikelola oleh anggota FPDB.
Di sisi lain, perseroan juga menggandeng puluhan difabel bersama Rahayu Dwiastuti pemilik Joglo Ayu Tenan, salah satu UKM Binaan Pertamina di Pogung Baru, Sinduadi, Sleman, DIY.
Rahayu yang merupakan penyintas autoimun Guillane Barre Syndrome berkomitmen terus mengembangkan bisnisnya untuk Go Global. "Saat ini, kami memberdayakan komunitas difabel. Ada sekitar 80 ibu-ibu dan remaja di 8 desa binaan di sekitar DIY," katanya beberapa waktu lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sentimen: positif (100%)