Honor Dipangkas 80 Persen, Enumerator BRIN Mundur Massal, Netizen: Bu Megawati Dijadikan Dewan Pembina, Hasilnya Begini
Fajar.co.id Jenis Media: Nasional
FAJAR.CO.ID --Enumerator program Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2022 yang digelar Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengundurkan diri secara massal.
Salah satu enumerator SDKI 2022, melalui akun twitter @sangatedgy mengatakan para enumerator mundur setelah honor dipangkas sekitar 80 persen.
"Setelah kami tau, honor yang didapat menyusut, kami langsung protes dan memberi kesempatan kepada BRIN untuk mempertimbangkan ulang. Kami memberi saran untuk meninjau honor, kesiapan atribut dan dokumen, serta pelaksanaan teknis di lapangan," tulisnya.
BRIN menjanjikan sejumlah hak keuangan kepada tim enumerator. Untuk tim di Jawa Timur, bisa mendapatkan sekitar Rp30 juta untuk masa kerja 77 hari.
Meski demikian, janji itu tak bertahan lama. BRIN merevisi hak keuangan enumerator pada hari terakhir pelatihan. Tim Dhinia hanya akan mendapatkan sekitar Rp20 juta jika menyelesaikan survei.
protes dengan pemotongan yang dilakukan secara tiba-tiba. Alih-alih memperbaiki honor, BRIN justru kembali memotong honor enumerator. BRIN menghapus sejumlah bagian honor, seperti uang makan dan penginapan.
"Sampai kemarin, 7 November, kami dipertemukan dengan bbrp staff melalui zoom meeting untuk membahas teknis/metodologi, honor & kontrak.
Tapi apa yg kami dapat? Honor kami semakin di sunat. Jadi hanya 150rb/hari tanpa uang makan, nginep, askes. Untung saja kami belum ttd kontrak," tegasnya melalui akun twitter tersebut.
"Kami sudah tidak berharap apa-apa lagi, karena ini sudah keputusan final @brin_indonesia. Kami hanya ingin netizen dan masyarakat tau kejadian ini, krn mereka berhak tau. Jgn sampai riset lain bernasib sama sepeti ini." tutup akun tersebut.
Sejumlah pengamat dan pegiat media sosial ikut mengkritisi kejadian tersebut. Salah satunya dari Alvin Lie. Dia menyoroti anggaran BRIN yang begitu gampang keluar untuk sekadar renovasi kantor dan kunjungan kerja. Namun, untuk membiayai riset terbilang nihil.
"Anggaran BRIN sangat aduhai untuk belanja renovasi kantor & kunjungan kerja. Giliran untuk survey, kajian & penelitian kok begini ya?," tulis Alvin Lie melalui akun twitter @alvinlie21 dikutip fajar.co.id, Rabu malam (9/11/2022).
"Lembaga riset dari zaman Bung Karno, Soeharto hingga Habibie dilebur. Eijkman, LIPI, BPPT, BATAN, Litbang kementerian, dll. Dilebur oleh Pak @jokowi menjadi BRIN. Bu Megawati Soekarnoputri dijadikan Dewan Pembina. Hasilnya begini," kritik drh H Slamet, melalui akun twitter @drh_slamet. (sam/fajar)
Sentimen: positif (79.9%)