Menkes Sebut Kasus Gagal Ginjal Akut Turun usai Penggunaan Obat Sirop Dihentikan
7 Nov 2022 : 18.12
Views 1
Medcom.id Jenis Media: News
Jakarta: Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi -ikin mengatakan kebijakan menghentikan penggunaan obat sirop efektif. Jumlah kasus dan kematian akibat gagal ginjal akut pada anak (GGAPA) melandai.
"Berbagai langkah antisipatif untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian GGAPA telah membuahkan hasil yang terlihat pada penurunan drastis kasus baru dan kematian," kata Budi dalam keterangan tertulis, Senin, 7 November 2022.
Budi mengatakan faktor risiko terbesar GGAPA ialah toksifikasi dari senyawa etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG) pada obat sirop. Hal itu berdasarkan temuan data dari rumah sakit di 28 provinsi.
Data lainnya, yakni kasus baru GGAPA minggu lalu tercatat pada 29 Oktober dan 1 November 2022. Kasus itu muncul lantaran pasien masih mengonsumsi obat sirop dari apotek.
"Mohon bantuan para dinkes (dinas kesehatan) provinsi dan kabupaten/kota untuk kontrol pemberian obat di apotek dan bidan kita untuk melindungi para balita," ujar Budi.
Budi menyebut penurunan angka kematian terlihat sejak digunakannya antidot Fomepizole sebagai terapi pengobatan GGAPA. Penggunaan antidot dimulai sejak 25 Oktober 2022 dan diperluas tidak hanya di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).
"Melainkan juga di 17 rumah sakit di 11 provinsi di Indonesia yang sudah mendapatkan distribusi Fomepizole," jelas mantan Wakil Menteri BUMN itu.
Sebelumnya, Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan mengeluarkan Surat Edaran Nomor SR.01.05/III/3461/2022 tentang Kewajiban Penyelidikan Epidemiologi dan Pelaporan Kasus Gangguan Ginjal Akut Atipikal (Atypical Progressive Acute Kidney Injury) pada Anak. Salah satu poin surat yang ditujukan kepada dinkes provinsi dan kabupaten/kota itu menginstruksikan penghentian sementara penjualan obat sirop pada anak.
"Berbagai langkah antisipatif untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian GGAPA telah membuahkan hasil yang terlihat pada penurunan drastis kasus baru dan kematian," kata Budi dalam keterangan tertulis, Senin, 7 November 2022.
Budi mengatakan faktor risiko terbesar GGAPA ialah toksifikasi dari senyawa etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG) pada obat sirop. Hal itu berdasarkan temuan data dari rumah sakit di 28 provinsi.
-?
- - - -Data lainnya, yakni kasus baru GGAPA minggu lalu tercatat pada 29 Oktober dan 1 November 2022. Kasus itu muncul lantaran pasien masih mengonsumsi obat sirop dari apotek.
"Mohon bantuan para dinkes (dinas kesehatan) provinsi dan kabupaten/kota untuk kontrol pemberian obat di apotek dan bidan kita untuk melindungi para balita," ujar Budi.
Budi menyebut penurunan angka kematian terlihat sejak digunakannya antidot Fomepizole sebagai terapi pengobatan GGAPA. Penggunaan antidot dimulai sejak 25 Oktober 2022 dan diperluas tidak hanya di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).
"Melainkan juga di 17 rumah sakit di 11 provinsi di Indonesia yang sudah mendapatkan distribusi Fomepizole," jelas mantan Wakil Menteri BUMN itu.
Sebelumnya, Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan mengeluarkan Surat Edaran Nomor SR.01.05/III/3461/2022 tentang Kewajiban Penyelidikan Epidemiologi dan Pelaporan Kasus Gangguan Ginjal Akut Atipikal (Atypical Progressive Acute Kidney Injury) pada Anak. Salah satu poin surat yang ditujukan kepada dinkes provinsi dan kabupaten/kota itu menginstruksikan penghentian sementara penjualan obat sirop pada anak.
(END)
Sentimen: negatif (99.8%)