Uni Afrika Sambut Baik Kesepakatan Damai Ethiopia sebagai Fajar Baru
Rmol.id Jenis Media: Nasional
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dalam cuitannya mengatakan bahwa ia dan AS menyambut baik penandatanganan penghentian permusuhan. Ia juga memuji Uni Afrika atas upayanya dalam mewujudkan perdamaian ke Ethiopia Utara.
"Berbicara kepada @StateHouseKenya Presiden Ruto hari ini untuk mengucapkan selamat kepadanya atas peran pemerintahnya dalam memajukan perdamaian di Ethiopia utara. Saya juga mencatat penghargaan atas upaya yang dipimpin Komunitas Afrika Timur untuk menstabilkan DRC timur," cuit Blinken pada Jumat (4.11).
Konflik antara pemerintah Ethiopia dan pasukan pemberontak Tigray yang telah berlangsung selama dua tahun, berakhir setelah kedua pihak sepakat untuk menghentikan permusuhan yang telah menewaskan ratusan ribu orang di utara negara itu.
Kesepakatan itu diumumkan pada Rabu (2/11) oleh utusan Perwakilan Tinggi Uni Afrika untuk Tanduk Afrika, Olesegun Obasanjo, dalam briefing pertama tentang pembicaraan yang dimulai minggu lalu.
"Kedua belah pihak telah secara resmi menyetujui pelucutan senjata yang tertib, lancar dan terkoordinasi bersama dengan pemulihan hukum dan ketertiban, pemulihan layanan dan akses tanpa hambatan ke pasokan kemanusiaan," kata Obasanjo, seperti dikutip dari AFP, Kamis (3/11), menambahkan bahwa itu sebagian dari awal proses perdamaian, di mana ke depannya akan ada hal yang jauh lebih positif lagi.
Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed menggambarkan perjanjian itu sebagai "monumental" dan berkomitmen untuk mengimplementasikannya.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres juga menyambut baik langkah itu.
"Ini langkah pertama yang disambut baik, yang kami harap dapat mulai membawa penghiburan bagi jutaan warga sipil Ethiopia yang benar-benar menderita selama konflik ini," katanya dalam sebuah pernyataan, dikutip dari BBC.
Kesepakatan tersebut seharusnya memungkinkan pengiriman bantuan dilanjutkan. Saat ini, 90 persen orang di wilayah Tigray utara membutuhkan bantuan makanan, seperti yang dilaporkan Organisasi Kesehatan Dunia. Sekitar sepertiga dari anak-anak di wilayah itu menderita kekurangan gizi.
Tigray telah terputus dari dunia luar selama hampir dua tahun terakhir - rumah sakit kehabisan obat-obatan, sementara listrik, telepon dan layanan perbankan telah terputus, bersama dengan internet.
Kedua belah pihak telah dituduh melakukan kekejaman, termasuk pembersihan etnis.
Perang dimulai hampir dua tahun yang lalu ketika pasukan yang setia kepada TPLF, partai yang berkuasa di Tigray, merebut sebuah barak militer, mendorong tentara Ethiopia untuk merebut wilayah tersebut, sebelum kemudian diusir dari sebagian besar wilayah. itu.
“Dua tahun dalam perang di Ethiopia Utara, pemerintah Ethiopia dan Front Pembebasan Rakyat Tigray baru saja menyepakati penghentian permusuhan, sementara jutaan orang masih terputus dari bantuan kemanusiaan, menyusul kematian dan kekejaman yang tak terhitung lagi jumlahnya,” kata Senator Jim Risch, tokoh partai Republik di Komite Hubungan Luar Negeri Senat, dalam sebuah pernyataan.
Ada kekhawatiran bahwa konflik bisa saja kembali muncul, mengingat ini bukan gencatan senjata yang pertama. Gencatan senjata sebelumnya dilanggar pada Agustus, hanya beberapa bulan setelah kedua belah pihak berkomitmen.
Namun, kali ini kesepakatan telah melangkah lebih jauh dengan pejabat pemerintah Ethiopia dan perwakilan dari Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF) menandatangani rencana perlucutan senjata dan pemulihan layanan penting, termasuk pasokan bantuan."Ethiopia hanya memiliki satu kekuatan pertahanan nasional," bunyi pernyataan bersama itu. TPLF telah membuat konsesi besar - untuk melucuti senjata, mendemobilisasi dan mengintegrasikan kembali para pejuang ke dalam tentara federal, seperti dilaporkan BBC.
Sentimen: positif (99.8%)