Sentimen
Positif (100%)
6 Nov 2022 : 10.49
Informasi Tambahan

Agama: Islam, Kristen, Hindu

Grup Musik: Dewa 19, iKON

Institusi: UGM

Kab/Kota: Malang

Partai Terkait

Batu Loncatan Penting Wujudkan Mimpi NU, Jalan Masih Panjang

6 Nov 2022 : 10.49 Views 5

Kompas.com Kompas.com Jenis Media: Nasional

Batu Loncatan Penting Wujudkan Mimpi NU, Jalan Masih Panjang

NUSA DUA, KOMPAS.com - “Tentu saja saya mengulang, ucapan terima kasih dan apresiasi saya kepada Anda sekalian, Bapak/Ibu pembicara dan hadirin yang terhormat. Kami membuat satu panggilan universal dan Anda telah menjawab panggilan kami,” ucap Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Yahya Cholil Staquf, menutup forum agama G20 "Religion 20" (R20) di Hotel Grand Hyatt, Nusa Dua, Bali, Kamis (3/11/2022).

“Dan di titik ini, saya meyakini bahwa kita semua setuju dan sepakat, R20 bukan satu acara saja, tetapi (akan) mengembangkannya menjadi pergerakan global,” tambahnya.

Forum R20 yang diinisiasi NU bersama Liga Muslim Dunia atau Muslim World League (MWL) di Nusa Dua, Bali, pada 2-3 November 2022, sudah selesai.

Perhelatan internasional itu bertujuan membahas bagaimana konflik berbasis agama harus berakhir dan bagaimana agama bisa menjadi solusi bagi krisis global.

NU mengeklaim ada 338 partisipan yang terkonfirmasi hadir pada perhelatan R20, berasal dari 32 negara.

Mempertemukan para pemuka agama dunia bukan sejarah baru, namun forum ini dinilai krusial karena, tak seperti dialog-dialog antarkeyakinan yang sudah-sudah, terdapat sesi khusus untuk membicarakan konflik antaragama secara terang-terangan.

Dok. Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Yahya Cholil Staquf, memberi sambutan pembuka kepada para pemuka agama dan sekte dari berbagai belahan dunia di forum keagamaan Religion 20 (R20), Rabu (2/11/2022), di Grand Hyatt Hotel, Nusa Dua, Bali.

Baca juga: Pemuka Agama Dunia Sepakat Tolak Identitas Jadi Senjata Politik dalam Forum R20

"Bedanya, di dalam forum ini, semua orang jujur. Apa yang jadi masalah, Anda bisa dengarkan tadi uskup dari Nigeria, dia jelaskan terang-terangan bagaimana komunitas muslim di sana mempersekusi minoritas Kristen," ujar Yahya kepada wartawan selepas pagelaran.

"Anda bisa dengarkan dari pembicara-pembicara, bagaimana misalnya juga digugat itu persekusi dari mayoritas Hindu di India terhadap minoritas. Semua bicara jujur karena kita mau melihat masalah apa adanya, supaya kita mendapatkan jalan keluar yang valid," imbuhnya.

Yahya bahkan mendorong agar pemahaman beragama yang selama ini jadi alasan pertentangan antarumat, ditafsirkan ulang secara kontekstual oleh para pemuka agama dunia supaya relevan dengan perkembangan dunia mutakhir.

Langkah penting untuk ikhtiar lama

Membersamai prakarsa R20 sebagai bagian dari forum G20, NU juga telah membangun kesekretariatan permanen di North Carolina, AS, bernama Center for Shared Civilizational Value (CSCV) yang diketuai Mustasyar PBNU Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus, demi keberlanjutan R20 secara jangka panjang.

Organisasi ini juga menempatkan Charles Holland Taylor sebagai wakil ketua sekaligus CEO.

Taylor bukan nama yang asing dalam diskursus ini.

Mantan pebisnis asal Negeri Paman Sam tersebut sudah bertahun-tahun menjalin komunikasi dengan NU, juga berkecimpung dalam studi keindonesiaan dan keislaman, dalam mewujudkan visi yang ia sebut "Islam berkemanusiaan".

Baca juga: Pemuka Agama Dunia Forum R20 Terbitkan Komunike Bali 2022, Ini Isi Lengkapnya

Pada 2003, Taylor dan eks Presiden RI sekaligus tokoh besar NU, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, membentuk yayasan LibForAll, yang berikutnya juga memasukkan nama-nama seperti Gus Mus dan Ahmad Syafi'i Ma'arif sebagai anggota.

Yayasan yang bercita-cita mempromosikan toleransi Islam ini juga sempat berkolaborasi dengan musisi Dewa 19, Ahmad Dhani, yang baru saja menelurkan karya "Laskar Cinta", sebagai bagian kampanye melawan ekstremisme berbasis keyakinan.

Taylor juga menginisiasi pembentukan Bayt Arrahmah sebagai sister organization. Dalam organisasi ini, Gus Mus juga terlibat, pun Yahya Staquf yang notabene kemenakan Gus Mus.

Baca juga: Ditanya Keistimewaan R20 dari Dialog Antaragama Umumnya, Ketum PBNU: Bedanya, Ini Jujur!

Jaringan internasional untuk misi moderasi pemahaman beragama ini memang selaras dengan moderasi NU secara umum yang memang tak bisa dilepaskan dari Gus Dur.

Cendekiawan NU Ulil Abshar Abdalla dalam pidatonya di forum R20 memberi satu cerita sebagai ilustrasi perjalanan tersebut.

Dekade 1970-an, Gus Dur dikritik keras oleh para "ulama tradisional" karena memberi kuliah keislaman ke sebuah seminari di Malang, Jawa Timur.

Namun, seiring waktu, Gus Dur yang belakangan jadi Ketum PBNU justru menjelma ikon pluralisme.

Baca juga: NU Buka Peluang Forum R20 Lebarkan Sayap Rangkul Kelompok Ekstrem

Dan awal bulan ini, NU memprakarsai forum ambisius R20 serta menggelar rangkaian halaqah di banyak pesantren untuk program "fikih peradaban", dengan agenda utama kontekstualisasi tafsir bersama para kiai.

"Ini perjalanan yang cukup mencolok. Saya menganggapnya sama dengan 'revolusi Copernican'," ungkap Ulil.

Merangkul sayap kanan

Satu hal yang jadi sorotan dalam pagelaran R20 ialah diundangnya sejumlah kelompok sayap kanan ke dalam forum berlanggam moderat ini.

Beberapa pembicara dari golongan konservatif, sebut saja delegasi Aliansi Penginjilan Dunia (World Evangelical Alliance), juga Varanasi Ram Madhav--pemimpin Bharatiya Janata Party (BJP) sekaligus pemuka Rashtriya Swayamsevak Sangh (RSS) India, diberi tempat terhormat di podium.

Meskipun beberapa pihak mengkritik, namun ada perspektif baru dari bergabungnya kelompok sayap kanan semacam ini dalam upaya resolusi konflik.

"Saya lihat, pelibatan (sayap kanan) ini positif, itu bagus, dalam artian kita mendorong adanya dialog. Ini salah satu hal yang dibawa dulu oleh Gus Dur dan warisan NU secara umum," kata peneliti Sekolah Ilmu Politik dan Kajian Internasional Universitas Queensland Ahmad Rizky M. Umar kepada Kompas.com pada Jumat (4/11/2022).

KOMPAS.com / VITORIO MANTALEAN Juru bicara Nahdlatul Ulama untuk forum R20, Muhammad Najib Azca (kiri), dan Holland Taylor (kanan), CEO Center for Shared Civilizational Value (CSCV), organisasi nirlaba berbasis di Amerika Serikat yang menjadi kesekretariatan permanen R20, dalam jumpa pers pada Selasa (1/11/2022).

Baca juga: Forum R20 Bali Resmi Ditutup, India Jadi Tuan Rumah Tahun Depan

Kritik yang dialamatkan kepada R20 juga pernah dialami Gus Dur ketika ia hendak menjalin hubungan diplomatik dengan Israel, suatu upaya yang terlihat dari permukaan tidak senapas dengan aspirasi masyarakat Islam untuk kemerdekaan Palestina.

Ketika itu, Gus Dur beralasan bahwa hubungan diplomatik justru dapat menghadirkan posisi yang lebih baik untuk Indonesia mendesak Israel mengakhiri kekerasan atas Palestina.

Argumen sejenis pun digunakan NU di bawah nakhoda Gus Yahya yang dikritik lantaran mengundang RSS, ormas sayap kanan India yang kerap dikaitkan dengan kasus-kasus antikeragaman di Anak Benua, termasuk terhadap minoritas muslim.

Bukan kebetulan, sejak bertahun silam Yahya memang aktif dalam jaringan internasional para pemuka agama dunia, dan juga pernah dikritik serupa karena pergi ke Israel--walau bukan dalam kapasitasnya sebagai Katib Aam PBNU--2018 lalu.

Baca juga: Di Forum R20, Paus Fransiskus Singgung Ekstremisme dan Maraknya Pelanggaran atas Nama Agama

“Selama ini, [jika] tidak senang dan tidak setuju, hanya koar-koar dari jauh. Forum ini (R20) memang mengundang tokoh-tokoh agama untuk membicarakan isu sensitif itu,” ujar Wakil Sekretaris Jenderal PBNU sekaligus juru bicara R20 Muhammad Najib Azca, 28 September 2022, menanggapi kritik atas kehadiran RSS.

Selepas penutupan R20, Gus Yahya merasa paradigma ini berfungsi dengan baik.

Beberapa pembicara menyinggung soal kekerasan oleh struktur kekuasaan di India terhadap minoritas ketika Ram Madhav ada di ruangan yang sama, meski Ram justru mengumbar klaim tentang keharmonisan antarumat di India ketika memberi pidatonya.

"Mereka semua (delegasi India) termasuk Ram Madhav tidak keberatan dan tidak mengingkari, tetapi mereka juga menyatakan bahwa mereka sebetulnya punya nilai nilai mulia. Bahwa kemudian mereka punya masalah yang dihadapi, mereka bersedia untuk bekerja sama dengan pihak-pihak yang bisa membantu menyelesaikan masalah-masalah itu," ungkap Yahya.

Baca juga: Paus Fransiskus di R20: Agama Tak Dapat Menghindar dari Dinamika Dunia

Dalam pidatonya, Ram Madhav turut menyinggung bahwa India diproyeksikan mengalahkan Indonesia sebagai negara mayoritas muslim terbesar di dunia.

Yahya menganggapnya sinyal bahwa India menyadari arti penting untuk mengakhiri kekerasan atas minoritas muslim.

Itu sebabnya, Ram Madhav cs--menurut Yahya--bersedia hadir di R20 walau telah diberi tahu jika ajang ini akan menjadi ajang buka-bukaan.

"Menuju R20 di India (2023), kita akan lakukan upaya bersama lebih lanjut untuk mengembangkan inisiatif ini sungguh-sungguh jadi gerakan," ujar Yahya.

Belum cukup

Forum R20 menghasilkan komunike yang intinya menyepakati sejumlah hal, di antaranya yakni para pemuka agama dunia menolak politisasi identitas.

Selepas penutupan R20, NU mengungkapkan rencananya supaya forum ini dapat melebarkan sayap, termasuk di antaranya mengundang politisi, pebisnis, bahkan merangkul lebih banyak kelompok sayap kanan pada tahap tertentu.

"Tidak semua kelompok garis keras dilibatkan hari ini. Kita mulai 'makan bubur dari pinggir'," ujar Najib Azca yang juga Ketua Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian Universitas Gadjah Mada.

Baca juga: R20 dan Arah Politik NU

Pelibatan RSS hanya langkah awal, didorong alasan "mendesak" sebab India akan jadi tuan rumah R20 tahun depan.

Ram Madhav dianggap cukup berpengaruh dalam kapasitasnya sebagai aktor politik penting India.

Meskipun demikian, forum R20 yang digagas NU dinilai tak bisa hanya bermain dalam area ideologis agar bisa berdampak konkret atas perdamaian dunia, dengan hanya mengandalkan pengaruh para pemuka agama dunia untuk membimbing seabrek pengikut mereka.

Memperlebar spektrum ideologi--dengan mengajak dialog kelompok sayap kanan--adalah inisiaitf bagus, namun dianggap tak cukup bila tanpa komitmen politik yang intensif dan mengikat.

Menusuk ke jantung konflik, seperti perang Rusia-Ukraina, penjajahan Israel atas Palestina, atau kekerasan Boko Haram di Afrika Barat, jauh lebih kompleks dari semata seruan agar umat beragama hidup harmonis.

Baca juga: Tak Ada Perwakilan Iran dan Taliban dalam Forum R20 NU, Mengapa?

"Saya melihat jalannya masih panjang dan ini (R20) hanya batu loncatan. Kita harus melihat bahwa resolusi konflik sangat terkait dengan politik domestik," ujar Umar.

"Kita sudah punya cukup modal. Tetapi, untuk pencapaian ke depan, harus dibuat lebih luas. R20 baru bisa punya taring jika punya dampak pada institusi internasional, misalnya pelibatan PBB atau secara diplomatik simultan dengan agenda pemerintah Indonesia," jelasnya.

Ia menambahkan, pada dasarnya, tidak ada jaminan pemuka agama yang datang ke R20 di Bali konsisten menjalankan hasil komunike kepada pemerintah, sebab kebanyakan mereka merupakan aktor non-negara.

"Kalau mau dilanjutkan, demi perdamaian global, kekuatan-kekuatan politik harus diajak juga. Saya melihat, hal yang cukup strategis adalah dengan melibatkan PBB atau negara-negara yang punya peran lebih besar," pungkas Umar.

-. - "-", -. -

Sentimen: positif (100%)