Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Jabodetabek
Partai Terkait
Tokoh Terkait
Migrasi Digital, Ini 8 Konglomerat Pemilik Televisi Swasta di Indonesia
Solopos.com Jenis Media: News
SOLOPOS.COM - Hary Tanoesoedibjo (JIBI/Solopos/Dok)
Solopos.com, JAKARTA — Sejumlah televisi swasta dinyatakan ilegal karena masih menyiarkan siaran analog.
Pemerintah memberlakukan kebijakan pemadaman siaran televisi analog atau analog switch off (ASO) per 2 November 2022 lalu.
PromosiDaihatsu Rocky, Mobil Harga Rp200 Jutaan Jadi Cuma Rp99.000
Selain di Jabodetabek, ASO akan dilakukan di 514 kabupaten/kota di Indonesia.
Berdasarkan data Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), saat ini migrasi siaran TV analog ke digital telah dilakukan di delapan kabupaten/kota di empat wilayah siaran.
Baca Juga: Pemerintah Klaim 98% Masyarakat Sudah Siap Beralih ke TV Digital
Beberapa televisi analog itu dimiliki sejumlah konglomerat Indonesia, salah satunya Hary Tanoesudibjo yang berencana menggugat pemerintah ke pengadilan.
Berikut konglomerat pemilik stasiun TV swasta nasional:
1. Hary Tanoesoedibjo
TV: RCTI, Global TV, MNC TV, iNews
Harry Tanoe diketahui memiliki beberapa stasiun TV di Indonesia melalui jaringan MNC Media.
Saluran TV milik Harry Tanoe ini melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui PT Media Nusantara Citra Tbk. (MNCN) sejak 2007.
Baca Juga: Menkopolhukam Mahfud Md Tegaskan MNC Group dkk Berstatus Ilegal
Saat ini, MNCN memiliki kapitalisasi pasar sebesar Rp12,77 triliun di BEI. Saham MNCN tercatat ditutup stagnan pada penutupan perdagangan Jumat (5/11/2022) di level 815 per saham.
Harry Tanoe dalam unggahan Instagramnya diketahui menghentikan siaran analognya di Jabodetabek tetapi secara bersamaan akan menggugat secara perdata keputusan tersebut.
2. Eddy Kusnadi Sariaatmadja
TV: SCTV, Indosiar
Eddy Kusnadi Sariaatmadja memiliki dua stasiun TV yakni SCTV dan Indosiar yang sebelumnya bersiaran analog.
SCTV dan Indosiar tercatat melantai di bursa melalui PT Surya Citra Media Tbk. (SCMA).
Baca Juga: Kabar Gembira! TV Swasta Sediakan 4,3 Juta STB Gratis untuk Warga Miskin
SCMA mencatatkan sahamnya di BEI pada 2002, dengan PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK) bertindak sebagai perusahaan pengendali.
SCMA saat ini memiliki kapitalisasi pasar Rp17,75 triliun. Saham SCMA tercatat ditutup naik 0,84 persen ke level 240 per saham pada penutupan perdagangan Jumat (5/11/2022).
3. Aburizal Bakrie
TV: tvOne, ANTV
Aburizal Bakrie memiliki dua televisi melalui PT Visi Media Asia Tbk. (VIVA) dan entitas anaknya, PT Intermedia Capital Tbk. (MDIA).
Mantan Ketua Umum Partai Golkar yang juga pemilik TVOne, Aburizal Bakrie (Desi-Suryanto/JIBI/Harian Jogja)
Stasiun TV yang berada di bawah VIVA adalah tvOne, sementara ANTV berada di bawah MDIA melalui entitas anaknya PT Cakrawala Andalas Televisi.
VIVA menyampaikan kedua stasiun TV mereka telah menghentikan siaran analognya pada 3 November 2022 dan sejak Rabu (2/11/2022) pukul 24.00 WIB telah bersiaran secara digital sampai saat ini.
Baca Juga: TV Swasta Bagikan 4,3 Juta STB Gratis, Begini Cara Memperolehnya
Adapun saham VIVA memiliki kapitalisasi pasar Rp823 miliar dan stagnan perdagangannya setelah sempat disuspensi oleh BEI. BEI memberikan notasi khusus X dan Y ke saham VIVA.
Sementara itu, saham MDIA memiliki kapitalisasi pasar Rp2,04 triliun, dengan saham yang diperdagangkan stagnan di level 52.
Sama seperti VIVA, saham MDIA diberikan notasi khusus X dan Y oleh BEI akibat belum menggelar RUPS selama 6 bulan.
4. Agus Lasmono
TV: Net TV
Agus Lasmono merupakan generasi penerus Grup Indika. Grup Indika yang dibangun oleh Sudwikatmono lebih dikenal sebagai penambang batu bara.
Akan tetapi, di luar bisnis komoditas Grup Indika memiliki stasiun televisi Net TV.
Net TV tercatat melantai di Bursa melalui PT Net Visi Media Tbk. (NETV) pada 26 Januari tahun ini.
Baca Juga: Kabar Gembira! TV Swasta Sediakan 4,3 Juta STB Gratis untuk Warga Miskin
Adapun berdasarkan prospektusnya, pengendali Net TV adalah PT Sinergi Lintas Media yang dikendalikan Agus Lasmono.
Selain di Net TV, Agus juga merupakan Komisaris Utama di perusahaan tambang PT Indika Energy Tbk. (INDY).
Pada penutupan perdagangan kemarin, saham NETV terpantau ditutup naik 0,88 persen ke level 230.
NETV memiliki kapitalisasi pasar Rp5,39 triliun. NETV Chart by TradingView
5. Surya Paloh
TV: Metro TV
Konglomerat Surya Paloh memiliki satu stasiun TV, yakni Metro TV.
Surya Paloh (Antaranews.com)
Metro TV merupakan bagian usaha dari Media Group Network, melalui entitasnya PT Media Televisi Indonesia.
Metro TV mengudara untuk pertama kalinya pada 25 November 2000, setelah diberikan izin melakukan siaran setahun sebelumnya.
Metro TV menjadi stasiun televisi berita 24 jam perama di Indonesia.
6. Chairul Tanjung
TV: Trans TV, Trans 7
Konglomerat Chairul Tanjung masuk dalam daftar ini karena memiliki dua stasiun TV melalui PT Trans Media Corpora yang sebelumnya melakukan siaran analog.
Kedua stasiun TV tersebut adalah Trans TV dan Trans 7.
Trans TV tercatat telah bersiaran sejak 25 Oktober 2001, sedangkan Trans 7 pertama kali bersiaran pada 25 November 2001 melalui nama TV7 yang sebelumnya dimiliki oleh Grup Kompas Gramedia.
7. Jakob Oetama (almarhum)
TV: Kompas TV
Konglomerat lain yang memiliki stasiun televisi adalah Jakob Oetama melalui Kompas TV.
Sebelum Kompas TV, Jakob sempat memiliki stasiun TV7 yang dijual kepemilikannya ke taipan Chairul Tanjung.
Kompas TV diluncurkan pada 9 September 2011 dengan acara berbasis hiburan.
Namun, perlahan pada 2016 acara Kompas TV berbasis berita hingga saat ini.
8. Peter Sondakh
TV: RTV
Konglomerat Peter Sondakh juga diketahui memiliki saluran televisi melalui Rajawali Televisi atau sering disingkat RTV.
RTV dimiliki oleh Rajawali Corpora. RTV meluncur pertama kali 1 November sebagai B-Channel, lalu pada 3 Mei 2014 meluncur sebagai RTV.
Saat ini program RTV difokuskan untuk hiburan dan acara keluarga.
Sentimen: positif (40%)