Sentimen
Informasi Tambahan
BUMN: PDAM
Pelanggan PDAM Tirtasari Keluhkan Air Mirip Kopi Susu
Sumutpos.co Jenis Media: News
BINJAI, SUMUTPOS.CO – Sepekan belakangan ini air yang dialirkan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtasari Binjai kepada pelanggan, dilaporkan tidak seperti biasanya. Akibatnya, pelanggan mengeluh lantaran air merupakan sumber kehidupan penting di tengah berkehidupan masyarakat.
Sejumlah masyarakat membagikan keluhan mereka ke media sosialnya masing-masing. Tak ayal, peristiwa ini menjadi viral dan menjadi perhatian pelanggan serta masyarakat Kota Binjai.
Satu di antaranya menampilkan video yang dilihat wartawan, air hanya menetes dari kran. Selain itu, juga tampak air yang ditampung dalam ember cukup keruh dan kotor.
“Air pam hanya mengotori, ini dia hasilnya. Sudah berapa hari mati. Tapi kalau terlambat bayar, dendanya luar biasa,” kata dia.
Selain dia, juga ada pelanggan lainnya yang mengeluhkan hal serupa. Air PDAM Tirtasari, menurut pelanggan ini, sudah tidak hidup selama 4 hari belakangan.
Warga Binjai Barat ini, juga menampilkan video dengan kondisi air kotor bak kopi susu. Walau demikian, kondisi air tersebut mengalir deras.
“Gak perlu ke cafe lagi kalau mau minum kopi susu, langsung dari kran,” ujar warga, Kamis (3/11).
Warga tersebut juga mengatakan, jika air leding sudah tak hidup selama 4 hari.
“Cocok air pam kek gini warnanya ya Allah, sudahlah gak hidup 4 hari, sekali hidup kek gini warnanya, kalian tengok lah ini,” ujar warga sembari tertawa.
Menanggapi hal ini, Direktur PDAM Tirtasari Binjai, Taufiq menyatakan, hal tersebut terjadi karena dinding bronjong penahan air sungai jebol dihantam banjir pada Sabtu (29/10) dini hari lalu. Dia buang badan, sembari bilang, hal tersebut bukan kewenangan mereka.
“Itu menjadi kewenangan Balai Wilayah Sungai (BWS). Jadi terbentuk aliran baru, sehingga tak masuk air sungai ke bangunan IPA Marcapada atau bangunan intakenya,” tutur Taufiq.
“Kalau kita bicara sungai, kan ada dinding penahannya, itu yang jebol dihantam banjir air besar. Sehingga pindah lah aliran air sungai itu, yang harusnya melintas di depan intake bangunan penangkap air IPA Marcapada, malah mengalir dijalur aliran yang lain,” imbuhnya.
Soal air keruh, lanjutnya, karena produksi air menurun.
“Jadi pipa ini kan kosong, kemudian ditambah produksi yang baru, padat dia. Intinya terjadi kekeruhan, karena ada program proses pembilasan buang angin/wash out,” jelas Taufiq.
“Antisipasi menunggu selesai pekerjaan perbaikan tanggul yang dikerjakan oleh BWS, kami memindah dan mendekatkan pompa intake kami ke sungai langsung, tidak lewat bangunan penangkap air,” pungkasnya. (ted/saz)
Sentimen: negatif (76.2%)