Sentimen
3 Nov 2022 : 21.12
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Senayan, Pontianak, Kepulauan Seribu
Kasus: kecelakaan
Tokoh Terkait
KNKT Beberkan Hasil Investigasi Kecelakaan Sriwijaya Air SJ182
Medcom.id Jenis Media: News
3 Nov 2022 : 21.12
Jakarta: Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyampaikan hasil investigasi kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ182 rute Jakarta-pontianak. Investigasi dilakukan sesuai ketentuan internasional.
"Dalam melakukan investasi SJ182, KNKT mengikuti standar internasional ICAO (International Civil Aviation Organization) Annex 13," kata Ketua sub Komite Investigasi Kecelakaan Penerbangan KNKT Nurcahyo Utomo dalam rapat dengar pendapat (RDP) di Komisi V, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis, 3 November 2022.
Nurcahyo menyampaikan pesawat bertolak dari Bandara Soekarno Hatta (Soetta) pada pukul 14.36 WIB tujuan Pontianak. Setelah mengudara selama 13 menit, pesawat mengalami kecelakaan di perairan Kepulauan Seribu.
Berdasarkan hasil flight data recorder, ada perubahan mode autopilot dari manajemen computer ke mode kontrol panel. Hal itu terjadi saat pesawat mendaki atau climbing.
Perubahan tersebut seharusnya membutuhkan tenaga mesin lebih sedikit. Normalnya jika tenaga lebih sedikit, auto-throttle (kontrol pengaturan daya mesin) secara otomatis memundurkan kedua thrust lever (tuas dorong) untuk mengurangi tenaga mesin.
"Namun dalam penerbangan ini auto-throttle tidak bisa menggerakkan thrust lever yang kanan. Yang kiri tetap bergerak sedangkan yang kanan tidak bergerak," ungkap dia.
Berdasarkan penelitian komponen auto-throttle yang dilakukan di Amerika dan Inggris, permasalahan tersebut terjadi karena sistem mekanikal. Bukan pada sistem komputerisasi di pesawat.
"Kami yakini bahwa gangguan yang terjadi pada thrust lever pada sebelah kanan ini adalah gangguan pada sistem mekanikal, bukan sistem komputernya," ungkap dia.
Akibatnya gangguan tersebut, tenaga mesin pesawat sebelah kanan tidak berkurang. Sebaliknya, thrust lever sebelah kiri berkurang yang membuat tenaga mesin berkurang untuk mengkompensasi kebutuhan tenaga mesin sesuai permintaan autopilot.
"Akhirnya terjadi perbedaan kiri dan kanan. Perbedaan ini disebut dengan asimetri," sebut dia.
Menara kontrol atau air traffic controller meminta pesawat Sriwijaya Air SJ182 berhenti climbing pada ketinggian 11 ribu kaki. Sebab, lalu lintas penerbangan cukup pada waktu tersebut. Apalagi, ada rute penerbangan yang sama pada waktu tersebut.
Menjelang ketinggian 11 ribu kaki, tenaga mesin Sriwijaya Air SJ182 semakin berkurang. Sebab, sudah mencapai ketinggian yang sudah diperintahkan.
"Marena thrust lever sebelah kanan tidak bergerak, maka thrust lever sebelah kiri terus mengurangi tenaganya sehingga perbedaan mesin sebelah kiri dan kanan semakin besar," ujar dia.
Nurcahyo menjelaskan perbedaan tenaga mesin itu membuat pesawat menjadi bergeleng atau oleng (yawing) ke kiri. Sebab, daya dorong mesin pesawat di sebelah kanan lebih besar daripada mesin kiri.
"Berdasarkan hukum aerodinamik apabila pesawat sudah yau maka pesawat akan rol," kaya dia.
Nurcahyo menyampaikan perubahan atau perbedaan tenaga mesin tersebut tidak disadari pilot. Dia tidak mengetahui apa yang menyebabkan pilot tak mengetahui kondisi tersebut.
Namun, diasumsikan kalau pilot percaya pada sistem otomatisasi yang ada di pesawat. Sebab, tujuan dan ketinggian pesawat sudah diatur sebelum penerbangan.
"Kemudian auto-throttle akan mengatur sesuai permintaan autopilot. Sehingga kondisi ini mungkin berdampak pada monitor dan instrumen dan kondisi yang terjadi," sebut dia.
Selain itu, ditemukan juga kondisi kemudi miring ke kanan pada situasi tersebut. Sedangkan, badan pesawat sudah miring ke kiri.
Nurcahyo menyampaikan posisi kemudi yang miring ke kanan dimungkinkan pilot berasumsi kalau pesawat sudah berbelok ke kanan. Padahal, pesawat berbelok ke kiri.
"Sehingga perbedaan asumsi karena kurangnya monitor tadi berakibat pada upaya pemulihan yang dilakukan pilot tidak sesuai," ungkap dia.
Akhirnya, keluar peringatan peringatan kemiringan atau bank angle warning. Artinya, artinya pesawat miring berlebihan dari 35 derajat.
Nurcahyo menyampaikan antisipasi yang dilakukan pilot menyikapi kondisi tersebut. Berdasarkan data flight recorder, pilot membelokkan pesawat ke arah kiri selama empat detik.
"Flight data recorder mencatat bahwa 4 detik pertama pemulihan yang dilakukan adalah membelokkan pesawat ke kiri. Sementara pesawat sedang berlebih ke kiri," ujar dia.
"Dalam melakukan investasi SJ182, KNKT mengikuti standar internasional ICAO (International Civil Aviation Organization) Annex 13," kata Ketua sub Komite Investigasi Kecelakaan Penerbangan KNKT Nurcahyo Utomo dalam rapat dengar pendapat (RDP) di Komisi V, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis, 3 November 2022.
Nurcahyo menyampaikan pesawat bertolak dari Bandara Soekarno Hatta (Soetta) pada pukul 14.36 WIB tujuan Pontianak. Setelah mengudara selama 13 menit, pesawat mengalami kecelakaan di perairan Kepulauan Seribu.
-?
- - - -Berdasarkan hasil flight data recorder, ada perubahan mode autopilot dari manajemen computer ke mode kontrol panel. Hal itu terjadi saat pesawat mendaki atau climbing.
Perubahan tersebut seharusnya membutuhkan tenaga mesin lebih sedikit. Normalnya jika tenaga lebih sedikit, auto-throttle (kontrol pengaturan daya mesin) secara otomatis memundurkan kedua thrust lever (tuas dorong) untuk mengurangi tenaga mesin.
"Namun dalam penerbangan ini auto-throttle tidak bisa menggerakkan thrust lever yang kanan. Yang kiri tetap bergerak sedangkan yang kanan tidak bergerak," ungkap dia.
Berdasarkan penelitian komponen auto-throttle yang dilakukan di Amerika dan Inggris, permasalahan tersebut terjadi karena sistem mekanikal. Bukan pada sistem komputerisasi di pesawat.
"Kami yakini bahwa gangguan yang terjadi pada thrust lever pada sebelah kanan ini adalah gangguan pada sistem mekanikal, bukan sistem komputernya," ungkap dia.
Akibatnya gangguan tersebut, tenaga mesin pesawat sebelah kanan tidak berkurang. Sebaliknya, thrust lever sebelah kiri berkurang yang membuat tenaga mesin berkurang untuk mengkompensasi kebutuhan tenaga mesin sesuai permintaan autopilot.
"Akhirnya terjadi perbedaan kiri dan kanan. Perbedaan ini disebut dengan asimetri," sebut dia.
Menara kontrol atau air traffic controller meminta pesawat Sriwijaya Air SJ182 berhenti climbing pada ketinggian 11 ribu kaki. Sebab, lalu lintas penerbangan cukup pada waktu tersebut. Apalagi, ada rute penerbangan yang sama pada waktu tersebut.
Menjelang ketinggian 11 ribu kaki, tenaga mesin Sriwijaya Air SJ182 semakin berkurang. Sebab, sudah mencapai ketinggian yang sudah diperintahkan.
"Marena thrust lever sebelah kanan tidak bergerak, maka thrust lever sebelah kiri terus mengurangi tenaganya sehingga perbedaan mesin sebelah kiri dan kanan semakin besar," ujar dia.
Nurcahyo menjelaskan perbedaan tenaga mesin itu membuat pesawat menjadi bergeleng atau oleng (yawing) ke kiri. Sebab, daya dorong mesin pesawat di sebelah kanan lebih besar daripada mesin kiri.
"Berdasarkan hukum aerodinamik apabila pesawat sudah yau maka pesawat akan rol," kaya dia.
Nurcahyo menyampaikan perubahan atau perbedaan tenaga mesin tersebut tidak disadari pilot. Dia tidak mengetahui apa yang menyebabkan pilot tak mengetahui kondisi tersebut.
Namun, diasumsikan kalau pilot percaya pada sistem otomatisasi yang ada di pesawat. Sebab, tujuan dan ketinggian pesawat sudah diatur sebelum penerbangan.
"Kemudian auto-throttle akan mengatur sesuai permintaan autopilot. Sehingga kondisi ini mungkin berdampak pada monitor dan instrumen dan kondisi yang terjadi," sebut dia.
Selain itu, ditemukan juga kondisi kemudi miring ke kanan pada situasi tersebut. Sedangkan, badan pesawat sudah miring ke kiri.
Nurcahyo menyampaikan posisi kemudi yang miring ke kanan dimungkinkan pilot berasumsi kalau pesawat sudah berbelok ke kanan. Padahal, pesawat berbelok ke kiri.
"Sehingga perbedaan asumsi karena kurangnya monitor tadi berakibat pada upaya pemulihan yang dilakukan pilot tidak sesuai," ungkap dia.
Akhirnya, keluar peringatan peringatan kemiringan atau bank angle warning. Artinya, artinya pesawat miring berlebihan dari 35 derajat.
Nurcahyo menyampaikan antisipasi yang dilakukan pilot menyikapi kondisi tersebut. Berdasarkan data flight recorder, pilot membelokkan pesawat ke arah kiri selama empat detik.
"Flight data recorder mencatat bahwa 4 detik pertama pemulihan yang dilakukan adalah membelokkan pesawat ke kiri. Sementara pesawat sedang berlebih ke kiri," ujar dia.
(ADN)
Sentimen: negatif (100%)