Halo Pak Jokowi, IMF Kirim Warning Soal 'Strong Dolar' Nih!
CNBCindonesia.com Jenis Media: News
Jakarta, CNBC Indonesia - Dana Moneter Internasional (IMF) memberikan sinyal fenomena 'strong dollar' yang makin menganas dan berisiko mengancam stabilitas ekonomi di banyak negara.
First Deputy Managing Director IMF Gita Gopinath mengungkapkan dolar AS telah mencapai level tertingginya dalam 20 tahun. Jika dolar terus terapresiasi, bahkan meningkat 8% dari posisinya saat ini, maka dolar akan mencapai pada level tertingginya pada 1985, ketika dunia menyaksikan momen 'Plaza Accord'.
Plaza Accord adalah perjanjian bersama antara lima negara, yakni AS, Perancis, Jerman Barat, Jepang dan Inggris, untuk menurunkan nilai tukar dolar AS terhadap lima mata uang negara tersebut.
"Saat ini, apresiasi dolar AS yang signifikan membuat negara lain semakin sulit bertarung dengan inflasi dan menyebabkan kondisi finansial semakin mengetat," kata Gita dalam videonya di Instagram @the_imf, dikutip Rabu (26/10/2022).
IMF mengingatkan agar negara-negara di dunia fokus kepada penyebab yang mendorong depresiasi nilai tukar.
Kemudian, Gita berharap negara-negara di dunia memperhatikan tanda-tanda disrupsi pasar.
"Karena saat ini semuanya sangat fundamental, termasuk kenaikan suku bunga The Fed yang tajam menjadi pemicu yang penting," ujarnya.
"Penting bagi negara-negara untuk membiasakan nilai tukarnya beradaptasi dengan fundamental baru ini," tambah Gita.
Sementara itu, intervensi harus tetap prudent atau hati-hati ketika mengatasi tanda-tanda risiko bagi stabilitas keuangan.
Namun, tetap awas terhadap risiko negatif.
Gita pun menjawab terkait banyaknya pertanyaan soal kebutuhan perjanjian baru seperti 'Plaza Accord'.
"Sekali lagi, fundamental penting!"
"Pada 1985, inflasi telah turun di AS dan Fed mulai memangkas suku bunganya, sehingga pelemahan dolar sejalan dengan fundamentalnya," kata Gita.
Saat ini, dia melihat kondisi fundamental AS belum memungkinkan melakukan perjanjian depresiasi.
Namun, the Fed bisa menyediakan bantuan currency swap lines untuk berbagai negara di dunia seperti halnya pada awal pandemi.
Sebagai catatan, pada 2020, Bank Indonesia (BI) menyepakati kerja sama repurchase agreement (repo) line dengan bank sentral AS The Fed.
Bank Sentral AS nantinya akan menyiapkan stok dolar hingga US$ 60 miliar jika BI membutuhkan.
Repo line ini adalah suatu kerja sama untuk kalau BI membutuhkan likuiditas dolar bisa digunakan.
[-]
-
Temui Delegasi IMF, Jokowi 'Pede' Ekonomi RI Aman dari Resesi(haa/haa)
Sentimen: positif (98.5%)