Sentimen
Positif (49%)
29 Okt 2022 : 22.22
Informasi Tambahan

Institusi: UGM

Kab/Kota: Yogyakarta

Kasus: covid-19

Perekonomian DIY Optimistis Masih Bertumbuh

29 Okt 2022 : 22.22 Views 1

Krjogja.com Krjogja.com Jenis Media: News

Perekonomian DIY Optimistis Masih Bertumbuh

Krjogja.com - YOGYA - Perekonomian DIY menjelang akhir tahun 2022 dinilai masih menunjukkan optimisme apabila indikatornya dilihat dari pergerakan kunjungan pariwisata. Namun disisi lain, ekonomi DIY bersifat terbuka maka ada satu hal yang perlu diantisipasi. Keduanya menyikapi isu resesi ekonomi yang banyak dikhawatirkan akan terjadi pada 2023 mendatang.

Wakil Ketua ISEI Cabang Yogyakarta Amirullah Setya Hardi mengatakan optimisme tersebut didukung dengan meningkatnya kunjungan wisatawan ke DIY yang akan terus berlangsung sampai akhir 2022. Hal tersebut sangat dimungkinkan apabila indikatornya adalah orang yang datang sebagai salah satu penggerak perekonomian di DIY.

"Ekonomi kita memang terbuka maka ada satu hal yang perlu diantisipasi terutama apa yang dijual di DIY memiliki ketergantungan dengan daerah lain. Semisal terkait kuliner roti berbahan gandum, jika yang mengganggu supply-nya maka kita harus bersiap dengan itu. Karena DIY tidak bisa memenuhinya sendiri," katanya di Yogyakarta, Jumat (28/10).

Amir menyatakan DIY adalah sebuah melting pot produk apapun dari luar yang masuk ke DIY nilai tambahnya meningkat berkat daya sentuh untuk mengemas produk yang saleable sehingga menjadi keunggulan DIY. Berbicara isu adanya resesi, maka DIY masih bisa agak sedikit optimisme melihat kondisi tersebut. Namun tanpa mengesampingkan apa yang menjadi kekhawatiran Pemerintah Pusat perihal santernya isu resesi.

"Mengingat beberapa sudah masuk di stuckflasi dimana inflasi mulai tinggi dan ada kecenderungan perlambatan ekonomi karena beberapa hal. Stuckflasi jika dilihat cukup berat jika ini terus terjadi dan apabila sampai mengglobal. Pertumbuhan ekonomi yang terkontraksi mempengaruhi gerak langkah perekonomian DIY terutama dari sisi produksi. Dengan inflasi yang tinggi pasti akan menghajar daya beli masyarakat. Apabila keduanya terjadi pada saat yang bersamaan dimungkinkan masalah yang sangat serius," ungkapnya.

Wakil Dekan FEB UGM tersebut menegaskan sekali lagi di tengah kekhawatiran munculnya resesi masih tetap muncul optimisme terjadi pertumbuhan ekonomi. Optimisme ini juga didukung tidak semua hal tergantung dari pihak luar. Terlebih apabila supply chain terganggu tentu telah disiapkan antisipasinya.

" Saya rasa dengan lesson learn dari krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia sebelumnya, kita salah satu negara yang bisa survive dari pengaruh eksternal shock. Tetapi kali ini agak beda dengan adanya pandemi Covid-19 yang tidak bisa dihindari akibatnya perekonomian terkontraksi. Belum selesai kita kena episode baru kekhawatiran stabilitas eksternal seperti perang Rusia dengan Ukraina. Sehingga perlu diantisipasi, waspada tetap dilakukan," terang Amir.

Menurutnya, kekhawatiran yang amat sangat ini akan mempengaruhi perilaku dan ekspektasi yang pastinya akan berpengaruh pada tindakan yang akan dipilih. Bank Indonesia (BI) sendiri sudah menetapkan BI 7 Days Repo Rate di angka 4,75 persen. Makna dari peningkatan suku bunga acuan adalah sinyal kepada masyarakat di masa yang akan datang inflasi dimungkinkan tinggi.

"Jika inflasi tinggi maka kita persiapkan sekarang. Caranya dengan mengurangi jumlah uang yang beredar. Harapannya akan berada pada tingkat yang ditargetkan karena inflasi tidak boleh terlalu rendah dan terlalu tinggi," imbuh Amir. (Ira)

Sentimen: positif (49.2%)