Legislator PKS Desak Pemerintah Investigasi Kasus Gagal Ginjal Akut secara Terbuka
Akurat.co Jenis Media: News
AKURAT.CO Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Kurniasih Mufidayati mendesak pemerintah untuk menginvestigasi kasus gagal ginjal akut (GGA) pada anak dilakukan secara transparan dan terbuka.
Hal ini disampaikan olehnya setelah melihat beberapa laporan yang mengindikasikan ada persoalan dalam kasus GGA pada anak.
Ombudsman RI menyebut ada dugaan maladministrasi dalam kasus GGA pada anak yang dilakukan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
baca juga:Kemenkes juga sudah membentuk tim investigasi dengan menggandeng Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).
Mabes Polri juga telah membentuk tim investigasi yang dipimpin oleh Direktur Tindak Pidana Tertentu (Dirtipidter) Bareskrim Polri.
Di sisi lain, BPOM juga sampai pada kesimpulan akan menyeret dua perusahaan farmasi ke ranah hukum.
"Ada beberapa tim yang terjun melakukan investigasi pada kasus ini. Kita berharap setiap tim yang dibentuk tidak saling menegasikan dan justru saling melengkapi dari fokus masing-masing investigasi. Sehingga, bebas kepentingan dan akhirnya benar-benar didapatkan hasil investigasi nyata yang terbuka," kata Kurniasih dalam keterangan medianya yang diterima oleh AKURAT.CO, pada Sabtu (29/10/2022).
Politisi PKS ini mengatakan, saat ini prioritas investigasi adalah menemukan penyebab utama GGA secara medis, agar tidak lagi berjatuhan korban. Setelah itu, perlu ditelisik apa saja faktor penyebab utama kasus ini bisa terjadi, apakah karena ada faktor kelalaian dan sebagainya.
"Saat ini yang perlu dilakukan adalah temukan penyebabnya agar tidak ada lagi kasus bertambah. Lalu bisa diselidiki, kenapa penyebab itu bisa terjadi, apakah karena kesengajaan, kelalaian, atau sebagainya," tutur Kurniasih.
Lebih lanjut, Kurniasih juga menyebut kasus GGA pada anak pernah terjadi pada 1998, saat ditemukan kasus kematian anak karena GGA di Haiti. Pada 1990 juga terjadi di Bangladesh dan pada 2006 terjadi di Indonesia. Semuanya dikonfirmasi karena keracunan etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG).
"Data-data ini bisa menjadi salah satu bahan investigasi secara menyeluruh termasuk bahan baku obat dan bisa melibatkan lintas kementerian jika ada bahan-bahan yang berasal dari impor. Kita minta usut tuntas," tandasnya. []
Sentimen: negatif (86.5%)