Ancaman Resesi 2023 di Depan Mata, Presiden Jokowi Optimis Pembangunan IKN Berjalan Baik
Indozone.id Jenis Media: News
INDOZONE.ID - Di tengah ancaman resesi dunia yang terjadi pada tahun 2023, Presiden Joko Widodo atau Jokowi tak tampak akan mundur selangkah pun untuk mempercepat pembangunan infrastruktur kawasan Ibu Kota Negara (IKN) di Kalimantan Timur.
"Pembangunan infrastruktur kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN) seperti bendungan, pengembangan lahan, serta akses jalan sudah berjalan dengan baik," kata Jokowi seperti yang dikutip Indozone melalui akun Instagramnya, Selasa (25/10/2022).
Hari ini Jokowi tampak meninjau pekerjaan pembangunan infrastruktur IKN itu dengan mendatangi Titik Nol Nusantara, melihat dari dekat Land Development, Bendungan Sepaku Semoi, hingga Persemaian Mentawir.
Saat banyak analis keuangan meminta sektor swasta maupun pemerintah untuk mengerem proyeksi investasinya untuk tahun 2023 mengingat ekonomi ekonomi dunia melambat disertai dengan tekanan inflasi, namun Jokowi tetap optimis pembangunan IKN sesuai jalur atau on the trek.
Presiden Jokowi yakin pembangunan IKN sudah berjalan dengan baik. (BPMI Setpres)Baca juga: Presiden Jokowi Pastikan IKN Jadi Smart City: Kendaraan akan Berbasis Listrik
"Kemajuan pembangunan di kawasan IKN secara keseluruhan saya kira dapat terlihat pada bulan Januari mendatang," katanya.
Perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia sudah diwarning oleh Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo.
Ia mengatakan setelah membaik pada tahun 2022 pertumbuhan ekonomi global tahun 2023 diperkirakan akan lebih rendah dari proyeksi sebelumnya, bahkan disertai dengan risiko resesi di beberapa negara.
"Pertumbuhan ekonomi global melambat disertai dengan tekanan inflasi yang tinggi dan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global," ucap Perry Warjiyo dalam Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulan Oktober 2022 dengan Cakupan Triwulanan yang dipantau secara daring di Jakarta, Kamis lalu.
Baca juga: Presiden Jokowi Sebut IKN Sebagai Wujud Perubahan Peradaban Indonesia
Ia membeberkan revisi ke bawah pertumbuhan ekonomi terjadi di sejumlah negara maju, terutama Amerika Serikat (AS), Eropa, dan China.
Perlambatan ekonomi global dipengaruhi oleh berlanjutnya ketegangan geopolitik yang memicu fragmentasi ekonomi, perdagangan dan investasi, serta dampak pengetatan kebijakan moneter yang agresif.
Dampak rambatan dari fragmentasi ekonomi global diperkirakan juga akan menyebabkan perlambatan ekonomi di negara-negara pasar berkembang alias Emerging Markets (EMEs).
Presiden Jokowi saat melihat progres pembangunan IKN di Kalimantan Timur. (BPMI Setpres)Sementara itu, kata Perry Warjiyo, tekanan inflasi dan inflasi inti global masih tinggi seiring dengan berlanjutnya gangguan rantai pasokan sehingga mendorong bank sentral di banyak negara menempuh kebijakan moneter yang lebih agresif.
"Kenaikan suku bunga acuan AS yang diperkirakan lebih tinggi dengan siklus yang lebih panjang alias higher for longer mendorong semakin kuatnya mata uang dolar AS sehingga memberikan tekanan pelemahan atau depresiasi terhadap nilai tukar di berbagai negara, termasuk Indonesia," tuturnya.
Dengan begitu, sambung dia, tekanan pelemahan nilai tukar tersebut semakin tinggi dengan ketidakpastian pasar keuangan global yang meningkat, dan di negara pasar berkembang, termasuk Indonesia, diperberat pula dengan aliran keluar investasi portofolio asing.
Artikel Menarik Lainnya:Sentimen: negatif (99.8%)