Sentimen
Negatif (100%)
25 Okt 2022 : 15.18
Informasi Tambahan

Kasus: pencurian, phising, serangan siber

Dari "Spear Phishing" hingga "Fake WiFi"

25 Okt 2022 : 22.18 Views 1

Kompas.com Kompas.com Jenis Media: Nasional

Dari "Spear Phishing" hingga "Fake WiFi"

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mengidentifikasi sejumlah ancaman siber menjelang perhelatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang akan digelar di Bali pada 15 sampai 16 November 2022.

Juru Bicara BSSN Ariandi Putra mengatakan, jenis-jenis ancaman siber itu teridentifikasi dari laporan Monitoring National Security Operation Center BSSN.

Baca juga: BSSN Ingatkan Jangan Sampai Ruang Siber Indonesia Dijajah

Ariandi memaparkan beberapa bentuk ancaman siber yang bisa terjadi menjelang KTT G20, seperti spear phising, malicious document, hijacking, hingga jaringan nirkabel palsu (fake WiFi).

Selain sejumlah bentuk ancaman siber itu, Ariandi juga menyatakan bahwa operasi malware, eksploitasi kerentanan, dan pencurian data bisa berpotensi menjadi ancaman terhadap pergelaran acara yang bakal berlangsung di Nusa Dua, Bali, ini.

"Kita lihat dari hasil IT security assesment yang dilakukan BSSN. Selain itu, aksi pencurian data juga kita pantau terkait dengan tren ancaman siber yang terjadi bukan hanya KTT G20, tapi juga sebelum KTT G20," kata Ariandi dalam konferensi pers #G20Updates secara daring, seperti dikutip dari Tribunnews, Selasa (25/10/2022).

Baca juga: BSSN Sebut Pengamanan Siber KTT G20 Digelar Sejak Juli dan Akan Berkelanjutan

Spear phising adalah bentuk serangan siber dengan cara mengirim surel (e-mail) berisi program yang disembunyikan dalam tautan atau link kepada individu, kelompok, atau organisasi.

Tujuannya adalah supaya korban membuka tautan itu dan pelaku akan mencuri data-data pribadi, seperti kata sandi surel, akun media sosial, nomor kartu kredit, dan rekening bank.

Adapun malicious document atau virus dokumen adalah bentuk serangan siber dengan cara menyembunyikan atau menyamarkan program berbahaya (malicious software atau malware) di dalam sebuah dokumen digital, seperti teks, audio, atau video. Tujuannya adalah untuk mencuri data korbannya.

Baca juga: Pengamanan Siber KTT G20 Bali Dipimpin BSSN, Panglima: TNI Ikuti Aturan Mereka

Hijacking adalah bentuk serangan siber dengan cara membajak atau mengambil alih peramban milik orang lain dan mengubah pengaturannya sesuai keinginan pelaku.

Fake WiFi adalah ancaman siber dengan cara memanipulasi jejaring internet nirkabel supaya seolah-olah terlihat resmi padahal digunakan untuk mencuri data pengguna setelah mereka terhubung.

Ariandi menegaskan, BSSN sudah bekerja sama dengan para pemangku kepentingan dan mempersiapkan upaya maksimal guna mengantisipasi ancaman serangan siber di KTT G20.

Baca juga: 1.261 Notifikasi Dikeluarkan Sepanjang 2022, BSSN: Bentuk Pencegahan Serangan Siber

"Kita membagi ada tiga faktor keamanan siber. Baik sebelum, saat, dan sesudah acara. Ini kita lalukan dalam rangka untuk memaksimalkan dan melihat bagaimana situasi ideal pengamanan siber yang ingin kita lakukan saat main event," ujarnya.

Ariandi mengatakan, BSSN sudah melakukan persiapan menangkal serangan siber di KTT G20 sejak jauh-jauh hari.

Menurut dia, proses pengamanan siber tidak akan berhenti ketika pagelaran KTT G20 selesai, tetapi juga tetap dipantau hingga pascakegiatan.

Baca juga: Pemerintah Bentuk Satgas Perlindungan Data, Ada BIN hingga BSSN

"BSSN hingga saat ini telah lakukan rencana berbagai rangkaian pengamanan siber yang bahkan dimulai sebelum pelaksanaan di bulan Juli lalu. Jadi sudah running di Juli hingga nanti pelaksanaan dan pasca-pelaksanaan gelaran KTT G20," ucap Ariandi.

(Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul, "BSSN Melihat Banyak Potensi Ancaman Siber KTT G20, Apa Saja?")

-. - "-", -. -

Sentimen: negatif (100%)