Sentimen
24 Okt 2022 : 11.17
Informasi Tambahan
Institusi: IPB, Institut Pertanian Bogor
Kab/Kota: Semarang, Bogor
Tokoh Terkait
Ganjar Beberkan Strategi Jateng Hadapi Potensi Krisis Pangan 2023
24 Okt 2022 : 18.17
Views 1
Medcom.id Jenis Media: News
Semarang: Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo telah menyiapkan strategi untuk menghadapi potensi krisis pangan pada 2023 akibat resesi ekonomi. Antara lain melalui optimalisasi produksi padi, jagung, dan kedelai (pajale) serta politik pupuk.
Ganjar mengungkap potensi produksi pajale sangat bangus. Terlebih, banyak lahan di Jateng yang bisa dimanfaatkan untuk ditanami tiga komoditas pertanian itu, termasuk pekarangan.
"Sebenarnya kita sudah menghitung luasnya lahan pertanian itu yang sekarang dipakai oleh petani dibandingkan luas pekarangan. Ternyata pekarangannya jauh lebih banyak," kata Ganjar di Puri Gedeh, Kota Semarang, Jateng, Senin, 24 Oktober 2022.
Ganjar menerangkan optimalisasi produksi pajale juga akan melibatkan berbagai pihak, termasuk Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Jateng yang akan berkoordinasi dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Ganjar juga akan menghadirkan pasar yang melariskan penjualan pajale, salah satunya jajaran Pemprov Jateng.
"Maka rasa-rasanya pemerintah mesti hadir memberikan insentif kepada petani. Kalau perlu off-takernya kita dari pemerintah sehingga petani merasa mendapatkan keuntungan yang wajar ya. Ini yang mesti kita dorong," jelas Ganjar.
Bersadarkan data Pemprov Jateng, realisasi produksi padi hingga September 2022 mencapai 8.238.177 ton dan akan mencapai 9.579.069 ton pada akhir tahun. Sementara, produksi jagung pada periode yang sama mencapai 3.047.712 ton dan kedelai 47.246 ton.
Selain pajale, Ganjar juga akan mengoptimalkan politik pupuk untuk menghadapi potensi krisis pangan 2023. Ganjar menuturkan langkah ini dilakukan karena subsidi pupuk Jateng masih cukup terbatas.
"Soal politik pupuk nih, karena subsidi pupuk kita itu terbatas sekali dan jumlahnya secara kuantitas juga kurang. Maka hari ini coba kita dampingi dengan pupuk organik," ungkap dia.
Ganjar mengaku saat ini Pemprov Jateng sedang gencar melakukan operasi terhadap sejumlah distributor dan pengecer pupuk untuk memantau kuantitas. Dia mendorong keduanya tidak mempersulit petani agar produksi pertanian bisa segera terserap pasar.
"Sekarang lagi saya operasi beberapa distributor, pengecer, untuk kita bisa tahu berapa kuantitasnya dan jangan dipersulit petaninya untuk bisa membeli. Hanya memang penggunaan pupuk secara berimbang ini mesti dikontrol oleh para penyuluh. Jadi ini cukup kholistik," jelas Ganjar.
Di samping pajale dan politik pupuk, pihaknya juga memantau berbagai potensi yang dimiliki Jateng. Salah satunya Learning Center Bawang Putih hasil kerja sama dengan Bank Indonesia (BI) dan Institut Pertanian Bogor.
"Hari ini coba kita pantau dari potensi-potensi yang kita miliki. Termasuk kenapa kemarin dengan BI, dengan IPB, kita mengembangkan learning center untuk bawang putih, itu dukungan kita," ungkap Ganjar.
Jateng juga memiliki pangan alternarif yang melimpah seperti ubi kayu yang produksinya mencapai 2.288.971 ton pada September 2022. Kemudian, ubi jalar 114.415 ton, kacang tanah 58.423 ton, dan kacang hijau 24.590 ton.
Ganjar mengungkap potensi produksi pajale sangat bangus. Terlebih, banyak lahan di Jateng yang bisa dimanfaatkan untuk ditanami tiga komoditas pertanian itu, termasuk pekarangan.
"Sebenarnya kita sudah menghitung luasnya lahan pertanian itu yang sekarang dipakai oleh petani dibandingkan luas pekarangan. Ternyata pekarangannya jauh lebih banyak," kata Ganjar di Puri Gedeh, Kota Semarang, Jateng, Senin, 24 Oktober 2022.
-?
- - - -Ganjar menerangkan optimalisasi produksi pajale juga akan melibatkan berbagai pihak, termasuk Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Jateng yang akan berkoordinasi dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Ganjar juga akan menghadirkan pasar yang melariskan penjualan pajale, salah satunya jajaran Pemprov Jateng.
"Maka rasa-rasanya pemerintah mesti hadir memberikan insentif kepada petani. Kalau perlu off-takernya kita dari pemerintah sehingga petani merasa mendapatkan keuntungan yang wajar ya. Ini yang mesti kita dorong," jelas Ganjar.
Bersadarkan data Pemprov Jateng, realisasi produksi padi hingga September 2022 mencapai 8.238.177 ton dan akan mencapai 9.579.069 ton pada akhir tahun. Sementara, produksi jagung pada periode yang sama mencapai 3.047.712 ton dan kedelai 47.246 ton.
Selain pajale, Ganjar juga akan mengoptimalkan politik pupuk untuk menghadapi potensi krisis pangan 2023. Ganjar menuturkan langkah ini dilakukan karena subsidi pupuk Jateng masih cukup terbatas.
"Soal politik pupuk nih, karena subsidi pupuk kita itu terbatas sekali dan jumlahnya secara kuantitas juga kurang. Maka hari ini coba kita dampingi dengan pupuk organik," ungkap dia.
Ganjar mengaku saat ini Pemprov Jateng sedang gencar melakukan operasi terhadap sejumlah distributor dan pengecer pupuk untuk memantau kuantitas. Dia mendorong keduanya tidak mempersulit petani agar produksi pertanian bisa segera terserap pasar.
"Sekarang lagi saya operasi beberapa distributor, pengecer, untuk kita bisa tahu berapa kuantitasnya dan jangan dipersulit petaninya untuk bisa membeli. Hanya memang penggunaan pupuk secara berimbang ini mesti dikontrol oleh para penyuluh. Jadi ini cukup kholistik," jelas Ganjar.
Di samping pajale dan politik pupuk, pihaknya juga memantau berbagai potensi yang dimiliki Jateng. Salah satunya Learning Center Bawang Putih hasil kerja sama dengan Bank Indonesia (BI) dan Institut Pertanian Bogor.
"Hari ini coba kita pantau dari potensi-potensi yang kita miliki. Termasuk kenapa kemarin dengan BI, dengan IPB, kita mengembangkan learning center untuk bawang putih, itu dukungan kita," ungkap Ganjar.
Jateng juga memiliki pangan alternarif yang melimpah seperti ubi kayu yang produksinya mencapai 2.288.971 ton pada September 2022. Kemudian, ubi jalar 114.415 ton, kacang tanah 58.423 ton, dan kacang hijau 24.590 ton.
(LDS)
Sentimen: positif (96.8%)