Sentimen
Negatif (100%)
24 Okt 2022 : 08.10

Membekas Hingga Dewasa, Hindari Berlaku Toksik pada Anak

24 Okt 2022 : 15.10 Views 1

Harianjogja.com Harianjogja.com Jenis Media: News

Membekas Hingga Dewasa, Hindari Berlaku Toksik pada Anak

Harianjogja.com, JOGJA—Menjadi orang tua berarti memiliki hak istimewa untuk membesarkan anak-anak. Namun, masih saja ada yang menyia-nyiakan kesempatan ini dengan melakukan pengabaian hingga berlaku toxic sejak masa kanak-kanak.

Terlibat dalam hubungan yang toksik bisa terjadi sepanjang hidup kita. Namun, jika hal itu dilakukan oleh orang yang menghadirkan kita ke dunia, kondisi itu bisa sangat menghancurkan. Tanpa disadari, perilaku toksik orang tua kepada anaknya berdampak negatif pada emosi anak.

Dampak negatif itu tidak hanya berupa ketakutan saat kejadian itu terjadi, melainkan juga bisa berkelanjutan. Ada yang memicu trauma hingga usia dewasa sampai sulit untuk digoyahkan.

PROMOTED:  Presidensi G20 Indonesia, Momentum Pulihkan Dunia dari Krisis Global

Melansir Moms.com, Senin (24/10/2022) hal terbaik yang bisa kita lakukan sebagai orang tua adalah tidak melakukan atau mengatakan apapun yang akan menyakiti anak kita. Sebab, hubungan beracun itu akan membekas bagi mereka yang menjadi korbannya. Berikut sejumlah tips supaya tidak menjadi orang tua yang toksik bagi anak.

Merendahkan Fisik

Ucapan yang merendahkan fisik anak akan berdampak negatif pada anak. Mengomentari mereka lantaran memiliki kondisi fisik tertentu dapat melukai harga diri anak. Anak bisa jadi mulai kehilangan kepercayaan diri lantaran ucapan yang disampaikan orang tuanya. Komentar kecil tentang berat badan mungkin tampak tidak penting, tetapi rasa sakit dari kata-kata orang tua dapat bertahan seumur hidup.

Menghina Kecerdasan

Kata-kata yang diucapkan orang tua saat anak kecil akan direkam dalam memorinya hingga waktu yang lama. Apalagi, jika yang diucapkan bernada negatif, seperti menyebut anak Anda bodoh, tidak pintar, atau apa pun yang mendekatinya. Setiap anak belajar secara berbeda dan peran orang tua justru mengajari, bukan meremehkan mereka.

Membandingkan dengan Saudara

Persaingan antar saudara sudah berpotensi muncul di kalangan anak-anak, tanpa orang tua yang memicunya. Oleh karena itu, tidak perlu membandingkan anak-anak Anda satu sama lain karena mereka sudah melakukannya sendiri. Apalagi, jika mereka memiliki jarak usia yang dekat dan jenis kelamin yang sama. Sebagai orang tua juga tidak perlu menyebut "Adikmu melakukan hal yang lebih baik," pada saudaranya yang lebih tua. Sebab, anak-anak tentu tahu saudara mereka yang mana yang dapat melakukan hal yang hebat. Mengucapkan perbandingan di antara saudara justru membuat mereka tidak percaya diri.

Memukul Anak

Seperti diketahui, orang dewasa yang menyakiti orang dewasa lain dengan memukulnya bisa berujung pidana. Pola yang sama juga berlaku di dalam keluarga, sehingga orang tua tidak dibenarkan untuk memukul anaknya. Apalagi, jika orang tua memukul anak mereka dalam kemarahan. Tindakan tersebut dapat membuat trauma anak membekas hingga dewasa.

Bertengkar

Berdebat dengan anak dalam keluarga seringkali terjadi. Namun, jika orang tua bertengkar dengan anak yang masih kecil atau berusia sekolah dasar, maka hal ini tidak sepadan. Orang tua perlu memahami bahwa berargumen dengan anak yang belum memiliki kemampuan emosional yang sama dengannya tidak akan menghasilkan solusi.

Tidak Mau Mengaku Salah

Tak jarang, orang tua berlaku toksik dengan tidak pernah mengakui bahwa mereka salah, bahkan ketika sudah jelas mereka salah. Mampu mengambil tanggung jawab dan mengakui kesalahan adalah sifat sehat yang dipraktikkan oleh mereka yang stabil secara emosional. Sayangnya, orang tua yang toksik juga mengharapkan anak-anak mereka untuk selalu setuju dengan mereka hingga tidak ada ruang untuk diskusi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sentimen: negatif (100%)