Sentimen
Informasi Tambahan
Agama: Islam
Institusi: UGM, ITB
Tokoh Terkait
Cerita Mahfud: Dulu Santri Diejek Kaum Udik, Sekarang jadi Presiden hingga Pejabat
Merdeka.com Jenis Media: Nasional
Merdeka.com - Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud Md mengulas kemajuan pesat para santri yang merupakan bagian dari pejuang kemerdekaan Indonesia dan pembangun ideologi Pancasila.
"Sekarang ini kaum santri mengalami kemajuan yang luar biasa. Kalau dulu sering diejek sebagai kaum udik dan kampungan dan hanya bisa bekerja di sektor kantor kemenag dalam artian disempitkan di ranah itu, sekarang kaum santri juga mengalami mobilitas yang luar biasa. Ada yang jadi Presiden, Wapres, termasuk di berbagai profesi pejabat, akademisi termasuk dalam ormas, politisi, gubernur, bupati, walkot dan bahkan ada yang sastrawan, seniman yang sangat berpengaruh di Indonesia," tutur Mahfud di Kantor Kemenkopolhukam, Jakarta Pusat, Jumat (21/10/2022).
Mahfud menyebut, sudah banyak santri yang masuk ke berbagai jabatan di perguruan tinggi dan bekerja dalam hal terkait pengurusan agama, serta sektor berbangsa dan bernegara. Polri misalnya yang sampai tahun 1970-an masih dianggap angker dan dikesankan jauh dari Islam.
"Dianggap tidak mengerti Islam dan sekarang ini markas-markasnya sudah sering menjadi tempat pengajian, tempat tadarus al Quran, bahkan di lingkungan Polri ada seragam muslimah Polri yang dipakai saat dinas di lapangan. Di kantor-kantor pemerintah bukan hanya di kantor masjid tapi juga dibentuk majelis taklim, kelompok-kelompok pengajian di kelompok pegawai, kalangan ibu-ibu dan bapak-bapak," jelas dia.
2 dari 2 halaman
Mahfud mengatakan, setiap kontestasi politik di Indonesia pun selalu memperhatikan dukungan umat Islam dan kaum santri. Tidak mungkin ada sosok yang mengikuti kontestasi politik dengan menyatakan tidak mau dukungan dari kalangan santri.
"Karena kaum santri sekarang sudah mengalami mobilitas sosial sangat tinggi. Ini bukti bahwa umat Islam itu tidak ditakuti dalam proses politik di negeri ini, melainkan selalu diperhitungkan peran-perannya," ujarnya.
Kini Pondok Pesantren (Ponpes) pun terdiri dari bangunan megah yang dilengkapi dengan sekolah berakreditasi bagus, serta laboratorium komputer hingga sains. Masyarakat pun berebutan mengirimkan anaknya sekolah ke ponpes, terutama warga kota besar yang sibuk dengan pekerjaan.
"Mereka merasa aman kalau putra putrinya dijadikan santri saat ini," kata Mahfud.
Termasuk juga Perguruan Tinggi Islam yang dulu sudah bangga dengan pendidikan Islam konvensional, kini sudah berkembang menjadi 27 Universitas Islam Negeri dengan kampus megah dan akademisi yang hebat. Pemerintah juga mendirikan Universitas Islam Internasional untuk menjadikan Indonesia sebagai tempat yang tepat melakukan studi keislaman.
"Dalam kehidupan sehari-hari sekarang ini di Indonesia sudah hidup budaya santri, sudah hidup budaya Islam seperti kebiasaan Islam di kalangan guru besar. Di kampus-kampus umum pun UI, ITB, UGM. Mengucapkan salam, mengadakan waktu isoma di sela rapat, salawatan, tilawatil quran, dan doa-doa yang dulunya dianggap sebagai kebiasaan aneh kalau masuk acara cara formal, sekarang tidak aneh lagi," terangnya.
Terlebih, pejabat tinggi negara yang muslim juga dengan bangga menyelenggarakan perkawinan putra putrinya melalui akulturasi antara budaya lokal dan budaya Islam. Termasuk Istana, Presiden Jokowi dan Pak Maruf Amin sering mengundang santri untuk salawatan di Istana Negara. Dengan demikian, tidak ada diskriminasi terhadap kaum muslimin, semua boleh kontestasi secara demokratis," Mahfud menandaskan. [ded]
Baca juga:
Hari Santri, Wapres Ma'ruf Amin Paparkan 3 Peran Santri dalam Kemajuan Negeri
Mahfud MD: Kontestasi Politik Butuh Dukungan Umat Islam dan Santri
Mahfud MD Ungkap Alasan Peringatan Hari Santri Digelar di Kantornya
Peringati Hari Santri, Mahfud MD: Tidak Ada Islamofobia di Indonesia
Sentimen: positif (100%)