Sentimen
Informasi Tambahan
Kasus: covid-19
Tokoh Terkait
Chatib Basri
'Kegelapan' China Menjadi-jadi, Akankah RI Terseret?
CNBCindonesia.com Jenis Media: News
Jakarta, CNBC Indonesia - Investor harap-harap cemas menunggu rilis Produk Domestik Bruto (PDB) China kuartal III/2022 yang ditunda tanpa kepastian jadwal baru.
Penundaan ini terjadi di saat dunia mengendus gelagat penurunan ekonomi yang tajam di Negeri Tirai Bambu.
"Ini (penundaan rilis PDB) akan menyebabkan ketidakpastian dan kehati-hatian investor, sebab tidak ada penjelasan terkait penundaan tersebut," kata Ken Cheung, kepala analis valuta asing di Mizuho Bank, sebagaimana dilansir Japan Times, Senin (17/10/2022).
Perekonomian China diperkirakan akan mencatat kinerja terburuk dalam hampir 5 dekade terakhir. Penyebabnya, datang dari dalam dan luar negeri.
Survei terbaru dari Reuters yang melibatkan 40 ekonom menunjukkan perekonomian China diperkirakan tumbuh 3,2% di 2022, jauh di bawah target pemerintah 5,5%.
Lantas, apakah Indonesia akan terdampak dari gelapnya ekonomi China?
Ekonom Senior Chatib Basri juga mengatakan Indonesia lebih perlu khawatir dengan China ketimbang Amerika Serikat.
"Saya itu sebetulnya, lebih khawatir dengan (dampak) ekonomi China, dibandingkan dengan ekonomi AS terhadap kita karena kalau China kena itu ekspor kita (Indonesia) kena beneran," kata Chatib kepada CNBC Indonesia.
Bisa dibayangkan, lanjutnya, ekspor yang dibanggakan Indonesia seperti, nikel dan besi baja akan turun.
"Kalau China slowdown, dia enggak perlu besi baja. Buat apa besi baja kan?"
Saat ini, Chatib menyampaikan bahwa ekonomi China tengah menuju 'new normal'. Menurutnya, China tidak bisa tumbuh double digit ke depannya.
Direktur CELIOS Bhima Yudhistira menuturkan ketidakpastian di China berasal dari kebijakan pemerintah yaitu Zero Covid.
Tentunya, hal ini sulit dipastikan karena semua akan tergantung pada pemerintah China.
Namun, dia memastikan jika ekonomi China terus memburuk, Indonesia akan kena dampaknya.
"Yang paling berdampak adalah China baik dari sisi perdagangan maupun jalur transmisi investasi. Faktor China punya dampak yang lebih besar dibanding gejala resesi di zona Eropa dan AS maupun efek perang di Ukraina," katanya.
Bhima mengungkapkan 33,8% impor kita dari China, dan tujuan ekspor ke China porsinya 21,8%. Kemudian, dia menegaskan dalam periode 2016-2020, realisasi investasi China melompat dari US$ 2,6 miliar menjadi US$ 4,8 miliar.
"Sedikit saja China batuk, maka Indonesia akan mengalami tekanan ekonomi dalam beberapa bulan kedepan. Resesi bisa lebih cepat," pungkasnya.
[-]
-
China Siapkan Jurus Khusus untuk Stabilkan Ekonomi, Apa Saja?
(haa/haa)
Sentimen: negatif (98.3%)