Sentimen
Negatif (79%)
22 Okt 2022 : 03.05
Informasi Tambahan

Grup Musik: APRIL

Hewan: Gajah

Kab/Kota: Moskow, Hanoi

Partai Terkait

3 Tetangga RI Sahabat Putin Ogah Beri Sanksi ke Rusia, Siapa?

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: News

22 Okt 2022 : 03.05
3 Tetangga RI Sahabat Putin Ogah Beri Sanksi ke Rusia, Siapa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejak serangannya ke Ukraina, Rusia telah menjadi negara yang paling banyak terkena sanksi di dunia. Namun, hanya sedikit pemerintah di Asia yang mengambil sikap tegas terhadap tindakan Moskow tersebut.

Mengutip laporan BBC, negara-negara Asia yang bergabung dengan sanksi yang dipimpin Barat, hanya terlibat sebesar 8% dari perdagangan global Rusia.

China menjadi salah satu negara telah menolak untuk langsung mengutuk serangan Rusia ke Ukraina dan belum menjatuhkan sanksi apa pun terhadap negara yang dipimpin Presiden Vladimir Putin.

-

-


Ada pula beberapa negara sahabat Rusia di kawasan Asia Tenggara yang ogah ikut memberikan sanksi kepada Kremlin. Berikut negara-negara tersebut, mengutip berbagai sumber pada Rabu (19/10/2022).

Myanmar

Hubungan Myanmar dan Rusia terbilang dekat. Rusia merupakan pemasok utama senjata bagi militer Myanmar. Terbaru, tetangga RI sesama Asean ini juga berencana mengimpor minyak Moskow, guna meredakan kekhawatiran pasokan dan kenaikan harga.

Perlu diketahui sejak kudeta junta di 2021 Myanmar terus dilanda gejolak politik. Namun sebenarnya ekonomi juga terpukul keras oleh harga bahan bakar yang tinggi dan berimbas ke pemadaman listrik.

Pembelian sebenarnya sudah dibahas kala Kepala Junta Jenderal Min Aung Hlaing datang ke Rusia Juli 2022 lalu. Militer bahkan telah membentuk Komite Pembelian Minyak Rusia yang dipimpin oleh sekutu dekat Min Aung Hlaing.

Interfax menyebut kunjungan Min Aung Hlaing ke ibu kota Kremlin saat itu dengan misi pribadi. Namun dalam sebuah pernyataan lain, ia juga disebut akan datang untuk membicarakan soal kerja sama ruang angkasa pengan Moskow. Ia juga disebut akan membahas soal nuklir.

Sebaliknya, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov beberapa waktu lalu juga sempat berkunjung ke Myanmar untuk melangsungkan pertemuan dengan pejabat tinggi pemerintahan militer salah satu negara Asean tersebut.

Thailand

Pemerintah Thailand telah menyatakan sikap untuk mempertahankan posisinya dengan bersikap netral atas konflik yang terus berlanjut antara Rusia dan Ukraina. Hal ini dilakukan sebagai upaya negara gajah putih melayani kepentingan nasional.

Dilansir dari Bangkok Post, Juru Bicara pemerintah, Thanakorn Wangboonkongchana menegaskan posisi Thailand tetap netral bersama dengan ASEAN. Di samping itu, prioritas utama negaranya yakni melakukan evakuasi warga Thailand yang berada di Ukraina.

"Prioritas pemerintah adalah evakuasi warga Thailand dari Ukraina, sembari mengadvokasi perlunya solusi damai," katanya. Setidaknya, terdapat sekitar 250 orang Thailand yang tinggal di Ukraina ketika invasi dimulai pada Februari lalu.

Bangkok juga bergabung dengan 57 negara lain dan abstain dari pemungutan suara di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa ketika menskors Moskow dari Dewan Hak Asasi Manusia PBB (UNHRC), sebagaimana dilaporkan Asia Times.

Moskow sendiri sebelumnya mencoba mengambil untung dengan menawarkan senjata, investasi, pariwisata, dan dukungan diplomatik kepada Thailand guna menahan kerugian akibat sanksi internasional untuk Rusia.

Hubungan Thailand dan Rusia dimulai dengan ikatan pribadi yang intim antara keluarga kerajaan Siam dan Rusia saat itu selama pemerintahan Tsar Alexander III di Moskow.

Pada tahun 1891, tiga tahun sebelum menjadi tsar berikutnya, Nicholas II melakukan perjalanan melalui Bangkok dan bertemu dengan Raja Siam Chulalongkorn. Raja Chulalongkorn kemudian mengunjungi Tsar Nicholas II yang baru bertahta di St Petersburg dan mereka menjalin hubungan diplomatik pada tahun 1897.

Vietnam

Serangan Rusia ke Ukraina menempatkan Vietnam dalam posisi yang canggung secara politik dan diplomatik. Hanoi terjebak antara mencoba menghindari kecaman terhadap Rusia dan menenangkan sentimen populer di negaranya untuk mendukung Ukraina.

Vietnam dua kali abstain pada pemungutan suara PBB terhadap tindakan Rusia sebelum akhirnya memberikan suara menentang resolusi pada awal April, yang menangguhkan Rusia dari Dewan Hak Asasi Manusia PBB.

Laporan Asialink mengungkapkan Rusia merupakan pemasok senjata utama Vietnam dan mitra strategis utama dalam upaya Hanoi untuk melindungi diri dari ancaman China di kawasan itu.

Ada beberapa faktor yang mengikat Vietnam ke Rusia dan membuat Hanoi terikat dalam penanganannya terhadap serangan Rusia. Moskow secara historis adalah pendukung strategis Vietnam yang berharga.

Tak hanya itu, Rusia juga menyumbang bagian terbesar dari impor senjata Vietnam, sekaligus adalah mitra kunci dalam proyek minyak Vietnam di Laut China Selatan. Akibatnya Vietnam tidak dapat mempertaruhkan kesiapan militernya sendiri dengan secara terbuka mengutuk negara Putin tersebut.


[-]

-

Putin Mau Dibunuh! Intelijen Ukraina Ungkap Kejadiannya
(luc/luc)

Sentimen: negatif (79%)