Sentimen
Positif (97%)
20 Okt 2022 : 23.38
Informasi Tambahan

Kasus: nepotisme, korupsi

Peran SDM dalam Menjawab Tantangan di Era Globalisasi

21 Okt 2022 : 06.38 Views 1

Rmol.id Rmol.id Jenis Media: Nasional

Peran SDM dalam Menjawab Tantangan di Era Globalisasi

Lalu profesi guru dan dokter ini dilakukan oleh manusia, karena kembali lagi, SDM ini sudah jelas mengutamakan tenaga manusia dengan bantuan instrumen atau teknologi yang sudah canggih. Sebagai manusia, kita adalah pelaksana, penentu, dan lainnya.
 
Meski Indonesia saat ini selalu turun hujan yang sangat deras, sampai petir bergemuruh kencang, ada yang beranggapan langit sedang bersedih, langit sedang marah, tapi pada kenyataannya sekarang lagi di musim hujan, dari bencana hujan deras kita perlu belajar dan menganalisa diri kita, bahwasannya agar negara tercinta kita ini memiliki SDM yang berkualitas, berintegritas, humanitas.

Kita sebagai penentu masa depan bangsa, kita sebagai pelaksana pembangunan SDM, kita sebagai penikmat dari pembangunan SDM yang bisa menjadi lebih baik. Pada akhirnya tetap sama saja, walau menurut data atau mereka di sana ada kemajuan, tapi apa yang penulis lihat kondisi saat ini sangat miris. Tatkala kita sebagai masyarakat selalu dipandang acuh tak acuh, menjadi pelayan mereka, kita ditelantarkan.
 
Kemudian negara kita memiliki penduduk mencapai 267 juta jiwa dengan pertambahan 2 persen per tahun. Andai kita bisa memaksimalkan masyarakat yang begitu banyak, pasti sekarang tidak adanya kita impor ke negara tetangga, yang di mana bahan mentahnya bisa kita olah dan negara tetangga yang berbalik impor kepada kita.
 
Sebenarnya kendala SDM berada di kebijakan yang tidak tepat oleh penyelenggara kebijakan publik, karena kebijakan yang baik akan melahirkan pelayanan publik yang prima dan berkualitas.

Akan tetapi pengaruh era globalisasi, pembangunan berkelanjutan perlu adanya adaptasi dalam memiliki visi ke depan (pola pikir ke depan), mampu mengkaji ulang, meneliti ulang terhadap risiko yang akan terjadi.
 
Disebabkan dengan hal itu, maka perlu gerak cepat untuk mengantisipasi, karena antisipasi lebih baik daripada mengobati yang sudah terjadi, karena akan menelan banyak biaya sehingga tidak produktif alur keuangan dan membengkak.
 
Hingga saat ini, kualitas pendidikan di Indonesia belum bisa menjamin. Meskipun jumlah penduduk dengan sarana pendidikan yang tersedia lebih besar dari China yang jumlah penduduknya lebih banyak dari Indonesia dengan sarana pendidikan yang lebih kecil, hal tersebut belum menjamin bahwa Indonesia lebih tinggi kualitas SDM dengan sarana pendidikan yang lebih besar dari China.
 
Juga "Menciptakan kesempatan kerja yang sesuai dengan kualitas tersebut sebagai pendekatan pemecahan masalah pengembangan sumber daya manusia." (Hasibuan, 1991), barangkali bisa menjadi salah satu model yang bisa diadopsi.
 
Mengingat jumlah penduduk dengan sarana pendidikan tidak dapat mengimbanginya dalam persaingan ketat di era globalisasi ikut serta di dalamnya, agar SDM menjadi unggul. Diperlukan strategi SDM melalui pelatihan dan pengembangan (leraning and development/ L&D strategy).
 
Dikatakan David Hayden dalam sebuah artikelnya pada CIPD (2018): “A learning and development strategy outlines how an organisation develops its workforce’s capabilities, skills and competencies to remain successful. It’s an important part of an organisation’s overall business strategy and its policies”. Betapa pentingnya L&D strategy, sebuah organisasi harus dikembangkan karena sangat berpengaruh untuk keberhasilan sebuah organisasi dalam menghadapi persaingan global.
 
Melihat dari sisi perubahan lingkungan terhadap organisasi publik dalam pengambilan keputusan yang bijak dan tepat, hingga para organisasi publik harus menerapkan integritas dan berfokus terhadap tujuannya dengan tenaga dari rekrutmen yang sesuai produktivitas, efektif, dan efisien.
 
Terpenting para pengusaha perlu membuka lowongan atau lapangan pekerjaan untuk mengurangi angka kemiskinan di Indonesia. Akan tetapi dengan dinamika perkembangan dunia yang cepat, diperkirakan akan terjadi perubahan yang besar dan mendasar, karena perubahan kondisi sosio-ekonomik dunia.

Perubahan yang mendasar ini mencakup jumlah modal manusia (human capital) dan ketenagakerjaan yang disebabkan oleh perubahan sosial-ekonomi dunia yang cepat.
 
Untuk menghadapi tantangan perubahan yang besar tersebut tidak ada cara lain bagi bangsa Indonesia untuk bersaing dengan negara-negara lain dalam penguasaan informasi, teknologi, dan pasar internasional. Cara yang sederhana akan tetapi sukar dan butuh waktu untuk dilakukan adalah mengubah secara mendasar sumber daya manusia Indonesia dengan mengubah potensi yang rendah menjadi sumber daya manusia yang berkualitas tinggi.
 
Mengimplementasikan hal tersebut dalam menjawab tantangan perlu dilakukan, jangan ragu-ragu, tapi perlu dibenahi kembali. Sebenarnya masyarakat banyak yang berkualitas dan juga memiliki potensial yang besar, akan tetapi persebaran fasilitas penunjang, persebaran sosialisasi pemerintah daerah setempat belum ada.

Karena walau sudah jadi fasilitasnya dan tidak diadakan ajakan kepada masyarakat, memberi sosialisasi mengenai fasilitas baru digunakan untuk apa? Hal yang seperti itu kurang sekali di Indonesia.
 
Bahkan menjelang era tinggal landas, negara diambang industrialisasi, ada kriteria tertentu yang berkaitan dengan tingkat pendidikan. Mengutip pendapat Noeng Muhadjir (Tempo, 25: 1992), "Masyarakatnya harus 100 persen tamat SD, 65 persen tamat SLTA, dan 35 persen berijazah perguruan tinggi, dan dari 35 persen itu sebagian besar di bidang keahlian sains dan teknologi."
 
Dari pendapat Noeng Muhadjir rasanya begitu sulit, kalau stagnan dan tidak ada pergerakan oleh mereka yang memiliki kuasa atas pengelolaan SDM dengan strategi yang cermat.
 
Oleh karena itu SDM di Indonesia pemerintah perlu melakukan simplifikasi dalam menghemat anggaran, karena dengan penyederhanaan dan pemangkasan prosedur administrasi tertentu perlu proses pelaksanaan anggaran yang dianggap memperpanjang birokrasi dalam menunjang pembangunan fasilitas pelatihan untuk masyarakat agar bisa terwujudnya cipta lapangan kerja dan bisa memberi manfaat kepada sekitar.
 
Tidak hanya membahas persoalan anggaran, tapi yang perlu diperhatikan cara kita menggunakan anggaran untuk alokasi SDM gimana, apakah sudah visioner atau masih saja ada yang nakal dengan bermain kotor (Korupsi, Kolusi, Nepotisme).

Diharapkan jangan sampai terulang kembali. Kita perlu berbenah dari nilai moral masyarakat itu sendiri, penyelenggara kebijakan yang akan mempengaruhi jalannya berkembangnya SDM.
 
Perlu diperhatikan kembali pada lingkungan terdekat diri kita, di era globalisasi perlu menanamkan kesadaran kognitif supaya kita bisa mengatur diri kita untuk di tempat yang lebih baik dengan kesesuaian skill yang telah kita latih. Maka hal tersebut bisa mempermudah diri kita dan perusahaan atau organisasi terkait dalam proses seleksi atau rekrutmen, bisa saja tempat dulu kita berkuliah bisa menjadi tempat awal kita memasuki dunia bekerja dan mencari nafkah di dalamnya.
 
Berikut ada dua alasan mengapa pendekatan pemecahan masalah dalam pengembangan sumber daya manusia diperlukan. Pertama karena kurangnya konsepsi tentang pengembangan sumber daya manusia; dan kedua adalah meningkatnya kebutuhan penyelesaian masalah baik kini maupun masa mendatang.
 
Diperlukan nilai efisiensi, nilai efektivitas, dan nilai keadilan sosial, yang di mana efisiensi bisa menghasilkan output dengan biaya rendah tertentu. Lalu efektivitas sebagai pencapaian tujuan suatu program dan melayani masyarakat tanpa pilih kasih atau melayani yang berduit melulu, tapi harus semua golongan masyarakat, supaya melahirkan SDM yang memiliki nilai memanusiakan manusia di hadapan era penuh kecamuk atas konflik.
 
Mengenai SDM soal memenuhi kebutuhan penyelesaian masalah perlu dilakukan, karena di era globalisasi yang cuaca selalu tidak menentu, dari penyelesaian masalah dengan mereka lebih bijak dalam proses rekrutmen, memanfaatkan dan mempelajari manfaat analisis jabatan dalam memacu potensial dalam moral, intelektualitas dan humanitas (memanusiakan manusia).

Dipergunakan dengan sebaik-baiknya para SDM yang sudah memiliki kerja keras, tujuan awal yang visioner, jujur dan adil demi keadilan sosial pada Pancasila ke-5.

*Mahasiswa Administrasi Publik FISIP Universitas Muhammadiyah Jakarta

Sentimen: positif (97%)