Rupiah Melemah ke 15.498 per Dolar AS Menjelang Rapat Dewan Gubernur BI, Dipicu Faktor Apa Saja?
Tempo.co Jenis Media: Nasional
TEMPO.CO, Jakarta - Kurs rupiah melemah saat pembukaan perdagangan pagi ini, Kamis, 20 Oktober 2022 ke level 15.498 per dolar AS. Terkoreksinya rupiah ini terjadi menjelang Bank Indonesia (BI) mengadakan konferensi pers soal hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada siang hari ini.
Data Bloomberg menunjukkan rupiah turun 34,5 poin atau 0,22 persen ke 15.498 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS naik 0,04 persen atau 0,04 poin ke 111,02.
Selain rupiah, terdapat sejumlah mata uang di Asia yang juga melemah seperti rupee India turun 0,80 persen, won Korea Selatan turun 0,64 persen dan dolar Taiwan turun 0,47 persen. Selain itu ada baht Thailand turun 0,34 persen, yuan Cina turun 0,25 persen, ringgit Malaysia turun 0,15 persen, dolar Singapura turun 0,13 persen, peso Filipina turun 0,05 persen, dan yen Jepang turun 0,01 persen.
Baca: Ancaman Resesi, Gubernur BI Yakin Pertumbuhan Ekonomi Tahun Depan Tembus 5,3 Persen
Adapun dolar Hong Kong menjadi satu-satunya mata uang Asia Pasifik yang menguat. Mata uang dolar Hong Kong tercatat naik 0,02 persen.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi sebelumnya menyebutkan dolar AS naik lebih tinggi, memantul dari level terendah dua minggu, setelah inflasi Inggris melonjak ke level tertinggi 40 tahun dan serangkaian komentar hawkish dari pejabat The Fed.
Kenaikan inflasi Inggris lebih dari yang diharapkan pada bulan September lalu tercatat dengan indeks harga konsumen naik menjadi 10,1 persen pada basis tahunan. Angka tersebut menyamai level tertinggi 40 tahun yang dicapai pada Juli.
Adapun faktor internal yang mempengaruhi pergerakan rupiah adalah ketidakpastian yang terutama disebabkan oleh The Perfect Storm. Ketidakpastian ini berangkat dari proyeksi sejumlah lembaga internasional soal pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2023 berada pada kisaran 2,3 persen - 2,9 persen.
Artinya, proyeksi tersebut turun ketimbang realisasi pertumbuhan ekonomi dunia untuk 2022 yang berada pada kisaran 2,8 persen-3,2 persen. Meski begitu, di saat ada gejolak, data perdagangan Indonesia memberikan sedikit titik terang.
Neraca perdagangan Indonesia (NPI) per bulan September 2022 misalnya, yang kembali surplus sebesar US$ 4,99 miliar. Walaupun angkanya lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar US$ 5,71 miliar.
Dengan begitu, kata Ibrahim, kepercayaan global akan semakin baik dan ini bisa membantu mendongkrak pertumbuhan ekonomi di kuartal III pada tahun 2022. Walaupun kondisi ekonomi Indonesia kemungkinan akan membaik, menurut dia, namun semua pihak untuk tetap berhati-hati dalam menyikapinya dan tetap waspada bahwa resesi di depan mata masih ada.
Ditambah dengan pertumbuhan ekonomi masih di angka 5,44 persen, Ibrahim optimistis, angkanya tumbuh di atas 5 persen pada kuartal berikutnya. "Atau di atas 5,4 persen,” ucapnya. Untuk perdagangan hari ini, Ibrahim memperkirakan mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat tipis di rentang 15.470 - 15.540 per dolar AS.
BISNIS
Baca juga: Rupiah Hari Ini Diprediksi Bakal Menguat ke Level 15.540 per Dolar AS
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini
Sentimen: netral (93.4%)