Nah, Ini 'Faktor X' yang Bikin Rupiah Boncos
CNBCindonesia.com Jenis Media: News
Jakarta, CNCB Indonesia - Rupiah babak belur dihantam penguatan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Senin (17/10/2022).
Rupiah ditutup melemah 0,39% menjadi Rp 15.485 per dolar AS. Mengutip data Refinitiv, level ini merupakan yang terendah dalam 2,5 tahun terakhir.
Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi melihat penguatan dolar AS saat ini lebih disebabkan penguatan fundamental makroekonomi AS, seperti tingginya angka inflasi yang membuat bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), terus menaikkan suku bunga acuannya, sehingga likuditas di dunia mengetat.
Selain itu, dia menilai krisis energi dan gangguan rantai pasok akibat perang antara Rusia dan Ukraina ikut memberikan andil.
"Atas dasar ini, respons yang lebih tepat dalam menghadapi tingginya dolar saat ini adalah dengan membiarkan nilai tukar rupiah mengalami penyesuaian, sambil menggunakan kebijakan moneter untuk menjaga inflasi tetap dekat dengan targetnya," paparnya, Senin (17/10/2022).
Lebih lanjut, dia berpandangan intervensi dengan memanfaatkan cadangan devisa kini perlu dicermati ulang.
Sebab, menurutnya, intervensi ini seharusnya langkah sementara dan hanya untuk mengantisipasi pergerakan mata uang yang secara substansial meningkatkan risiko stabilitas keuangan, ataupun secara signifikan mengganggu kemampuan bank sentral untuk menjaga stabilitas harga.
Pasalnya, Ibrahim melihat beberapa negara menggunakan intervensi valuta asing (valas) untuk menstabilkan mata uangnya. Akibatnya, total cadangan devisa (cadev) yang dimiliki mengalami penurunan lebih dari 6 persen dalam tujuh bulan pertama tahun ini.
Untuk perdagangan besok, Ibrahim melihat mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 15.450 - Rp 15.500 per dolar AS.
[-]
-
Hot News: Rupiah Saat Resesi, Hingga 12 Emiten Disuspen(haa/haa)
Sentimen: negatif (79.5%)