Rupiah Melemah dalam Sepekan, BPS Bongkar Biang Keroknya
Tirto.id Jenis Media: News
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS), Setianto menuturkan, berdasarkan pengamatan dari Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, Rupiah memang sudah terdepresiasi sekitar Rp15.000 dalam beberapa hari terakhir. Salah satu penyebabnya karena penguatan nilai dolar AS.
"Hal ini karena penguatan nilai dolar AS didukung oleh dampak kenaikan suku bunga di AS yang lebih cepat dan lebih tinggi dibandingkan negara lain," ujar Setianto di Kantornya, Jakarta.
Setianto menjelaskan keputusan bank sentral AS Federal Reserve (Fed), dalam menaikkan suku bunga yang dikombinasikan dengan tekanan eksternal akan mempengaruhi pasar negara berkembang, salah satunya Indonesia. Menurut Setianto, pantauan peristiwa terkini secara global menjadi bekal bagi Indonesia dalam menyusun statistik perdagangannya pada September 2022.
Untuk diketahui, Neraca perdagangan barang Indonesia pada September 2022 mengalami surplus sebesar 4,99 miliar dolar AS. Surplus ini menjadi tren positif selama 29 bulan secara beruntun sejak Mei 2020.
"Neraca perdagangan sampai September 2022 ini membukukan surplus selama 29 bulan berturut," kata Setianto.
Dia menjelaskan surplus pada Agustus terjadi lantaran nilai ekspornya masih lebih tinggi dari pada impor. Di mana ekspor pada bulan lalu tercatat sebesar 24,80 milar dolar AS. Sementara impornya hanya 19,81 miliar dolar AS.
Jika dirinci, neraca perdagangan untuk non migas mengalami surplus sebesar 7,09 miliar dolar AS. Surplus ini ditopang oleh bahan bakar mineral dengan HS 27, besi dan baja HS 72, dan lemak dan minyak hewan atau nabati HS 15.
Sedangkan neraca perdagangan komoditas migas Indonesia mengalami defisit sebesar 2,10 miliar dolar AS. Komoditas utama penyumbang defisit yaitu minyak mentah, hasil minyak.
Sentimen: netral (97%)