Sentimen
Informasi Tambahan
Event: Pemilu 2014
NasDem Tepis Pencapresan Anies di Pilpres 2024 Demi Kejar Efek Ekor Jas
Detik.com Jenis Media: News
Lembaga survei Lingkaran Suara Publik (LSP) merilis survei yang menunjukkan elektabilitas Partai NasDem turun sampai ke angka 3,9 persen akibat mengusung Anies Baswedan. NasDem memastikan alasan pencapresan Anies pada Pilpres 2024 bukan untuk mengejar elektabilitas ataupun mengincar efek ekor jas.
"Salah sekali kalau kemudian orang berpikir tujuan kita mencapreskan Anies itu untuk mengejar efek ekor jasnya atau kemudian untuk kepentingan Partai NasDem, tidak. Kami mencapreskan Anies itu karena kami memandang, mendengarkan aspirasi wilayah, kemudian mendorong Pak Anies jadi capres dari tiga nominasi yang ada itu untuk kepentingan bangsa," kata Wakil Ketua Umum Partai NasDem Ahmad Ali kepada wartawan, Sabtu (15/10/2022).
Ali mengatakan setiap keputusan yang diambil oleh partai politik (parpol) memiliki risiko. Menurutnya, Ketua Umum NasDem Surya Paloh telah memahami hal tersebut.
"Meributkan pencapresan Anies hari ini menurutku itu bukan salah satu hal yang diperlukan bangsa ini karena setiap keputusan parpol mengandung risiko. Pak Surya sebagai ketua umum memahami itu," jelas Ali
Lebih lanjut Ali meminta untuk tidak saling menghujat atas keputusan partainya. Dia menyebut pandangan terkait pencapresan Anies untuk mengejar elektabilitas merupakan hal yang keliru.
"Nggak perlu kita saling menghujat atas keputusan partai. Jadi, kalau kemudian orang mengaitkan itu pandangan yang sangat keliru. Menurut kami, karena kami tidak pernah mengedepankan itu menjadi alasan untuk mencapreskan Pak Anies," ujarnya.
Senada dengan Ali, Ketua DPP Partai NasDem Willy Aditya tidak mau ambil pusing dengan hasil survei tersebut. Willy mengatakan kondisi serupa juga pernah dialami NasDem pada Pemilu 2014 dan 2019. Namun dia menyebut hasil survei selalu berbeda saat pemilu berlangsung.
"Di pemilu 2014, 2019, survei NasDem cuma 2 persen, 3 persen, bahkan cuma 1 persen di beberapa tahun sebelum pemilu. Tapi alhamdulillah hasilnya menjadi berbeda ketika pemilu sudah berlangsung. Suara NasDem dari pemilu ke pemilu menunjukkan hasil cukup signifikan. Di 2014, NasDem menjadi satu-satunya partai baru yang masuk parlemen. Di 2019, NasDem justru jadi partai dengan kenaikan suara tertinggi," ucap Willy.
Willy mengatakan kondisi itu lantaran kerja-kerja kader dan para caleg yang membuat hasil di pemilu berbeda dengan survei. Dia juga menegaskan NasDem tidak mengusung Anies karena mengejar efek ekor jas.
"Jadi kami tidak ada masalah dengan hasil survei LSP. Biasa saja. Kami mencalonkan Anies juga bukan semata soal efek ekor jas. Demikian juga saat kami mempromosikan Pak Jokowi atau mendukung Pak Ahok pada Pilgub 2017," ujarnya.
"Ada soal yang lebih prinsipiil ketimbang soal itu, yakni apa yang disebut oleh Ketua Umum Surya Paloh sebagai mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan kelompok dan golongan. Begitu," lanjut dia.
NasDem Turun Usai Capreskan Anies
Seperti diketahui, lembaga survei Lingkaran Suara Publik (LSP) juga merilis survei elektabilitas partai pada Pilpres 2024. Hasilnya, PDIP masih memuncaki partai pilihan responden, sedangkan NasDem turun sampai ke angka 3,9 persen.
Survei ini digelar pada 1 hingga 10 Oktober 2022 dengan melibatkan 1.230 sampel yang diambil secara acak di 34 provinsi di Indonesia. Kriteria sampel adalah yang berusia 17 tahun ke atas atau sudah pernah menikah.
Teknik pengumpulan data dilakukan secara wawancara langsung dengan bantuan kuesioner. Survei memiliki margin of error sebesar +/- 2,8 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
Berdasarkan temuan survei, PDIP masih menjadi pemuncak elektabilitas parpol dengan 22,1 persen. Kemudian disusul oleh Gerindra (19,3%), Demokrat (8,1%), Golkar (7,8%), PKB (7,1%), PKS (5,6%), dan NasDem (3,9%).
Sementara itu, Perindo dengan 3,3 persen untuk sementara masih dapat melewati elektabilitas PPP dan PAN. Temuan ini sekaligus mengkonfirmasi temuan survei dari beberapa lembaga survei terdahulu.
Direktur Riset dan Kajian LSP Indra Nuryadin lantas menjelaskan terkait temuan survei partai politik tersebut. Dia menggarisbawahi posisi NasDem sebagai partai pengusung Jokowi yang berada di bawah ambang batas parlemen 4 persen.
"Temuan survei sementara mencatat perolehan NasDem sebagai partai pengusung Jokowi pada Pemilu 2014 dan 2019 termasuk pendukung Ahok pada Pilgub DKI 2017 berada di bawah ambang batas parlemen 4 persen," ucapnya seperti dalam keterangannya, Sabtu (15/10).
Indra mengatakan posisi elektabilitas NasDem tidak berubah meski sudah mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai capres di Pilpres 2024. Menurutnya, ini menandakan efek ekor jas dari Anies tidak terjadi, bahkan justru banyak pendukung NasDem yang mundur.
"Pascadeklarasi Anies sebagai capres, cenderung tidak memberi efek elektoral bagi NasDem. Harapan akan ada efek ekor jas dari pencapresan Anies tidak terjadi. Justru ada kecenderungan pemilih NasDem hengkang dari NasDem mengikuti gelombang arus mundur para pengurus NasDem Pusat, dan beberapa provinsi dan kabupaten/kota," ucapnya.
"Pendukung Anies pun menolak pencapresannya oleh NasDem. Anies juga belum dapat meyakinkan suara pemilihnya untuk juga masuk memilih NasDem mengisi ruang yang ditinggalkan oleh pemilih Jokowi dan Ahok dulu. Singkatnya, efek ekor jas dari pencapresan Anies untuk menaikkan elektabilitas belum atau tidak berjalan di NasDem, justru memperoleh penurunan," lanjut dia.
Indra juga melihat ada efek rivalitas 'cebong' dan 'kadrun' yang menyertai NasDem. Istilah 'NasDrun' pun berefek pada elektabilitas NasDem.
"Rivalitas antara 'cebong' dengan 'kampret'/'kadrun' masih berlangsung. Pencapresan Anies oleh NasDem pun memunculkan istilah baru 'NasDrun', yang diduga ditujukan untuk NasDem," tuturnya.
(nhd/hri)Sentimen: negatif (88.6%)