Sentimen
Tokoh Terkait
Airlangga Soroti Pentingnya Keteduhan dalam Berpolitik Jelang Pemilu 2024
Gatra.com Jenis Media: Nasional
Jakarta, Gatra.com – Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto mengaku ingin mendorong nuansa berpolitik yang teduh pada Pemilu 2024 mendatang. Meski menyadari bahwa persaingan dalam politik bukanlah hal yang dapat dihindari, ia menilai penting untuk menghindari politik identitas serta politik yang memojokkan lawan.
“Kenapa ini penting? Karena kita ingin agar dalam membawa bangsa ini ke depan, itu sifatnya inklusif. Semua terlibat,” ujar Airlangga, dalam diskusi bertajuk “Airlangga Melalui KIB: Game Changer 2022”, yang diselenggarakan oleh XYZ Plus Agency, pada Senin (10/10).
Dengan demikian, Airlangga ingin mendorong situasi kenegaraan, di mana pembangunan bisa menjadi suatu hal yang dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Oleh karena itu, menurutnya, suasana yang kondusif jelang Pemilu 2024 nanti harus senantiasa dijaga.
Baca juga: Ketum Golkar Airlangga Hartarto Buka Suara soal Kans Kerja Sama dengan PDIP
“Itu tugas dari elemen masyarakat, dan tentu juga harus ada sosialisasi, dan juga agar sesama komponen bangsa punya pemahaman yang sama, dan punya kepentingan bersama, bahwa ini kepentingan bukan untuk sebuah kelompok, tetapi ini kepentingan bersama seluruhnya,” jelas Airlangga.
Terlebih, ucapnya, Indonesia akan mencapai puncak bonus demografi dengan periode terbatas. Ia pun menyebut, puncak bonus demografi Indonesia hanya berada dalam jendela waktu yang sempit, yakni di sepanjang tahun 2025 – 2035 mendatang.
Untuk diketahui, dengan memasuki puncak bonus demografi, jumlah penduduk berusia produktif Indonesia pada masa tersebut akan menjadi lebih banyak dibanding penduduk non produktif. Kondisi tersebut diasumsikan dapat mendongkrak perekonomian nasional melalui pertumbuhan tenaga kerja produktif.
Baca juga: Puan-Airlangga Versus Anies-AHY, Begini Hitung-hitungan Duet Pilpres Terwujud
Hal tersebut juga sejalan dengan pembentukan KIB, yang mana menurutnya tak hanya dilakukan guna mengukuhkan solidaritas, namun juga demi menghindari politik identitas. Selain itu, pembentukan koalisi di menit-menit terakhir kontestasi juga dinilai tidak dapat berjalan optimal bagi partai-partai politik yang tergabung di dalamnya.
“Berdasarkan pengalaman Partai Golkar, kami sudah mengikuti pembentukan koalisi di menit-menit terakhir dan itu tidak diikuti dengan solidaritas dari koalisi itu sendiri, sehingga tidak optimal untuk partai-partai politik yang masih di dalam koalisi itu sendiri,” ungkap Airlangga dalam kesempatan tersebut.
Sentimen: positif (99.6%)