Sentimen
Negatif (100%)
15 Okt 2022 : 17.54
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Pluit

Kasus: HAM

Tokoh Terkait

LPSK Jabarkan Temuan Kronologi Awal Peristiwa Kanjuruhan

16 Okt 2022 : 00.54 Views 1

Gatra.com Gatra.com Jenis Media: Nasional

LPSK Jabarkan Temuan Kronologi Awal Peristiwa Kanjuruhan

Jakarta, Gatra.com - Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) turut melakukan pencarian fakta terkait kasus Kanjuruhan yang terjadi Sabtu (1/10) lalu. Wakil Ketua Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK), Edwin Partogi, menjabarkan kronologi awal peristiwa di dalam stadion berdasarkan video yang beredar.

"Hasil temuan ini disebut fakta 16.26, karena dalam video yang dipilih (sebagai gambaran utama kejadian di lapangan), pada durasi itu terjadi hal-hal yang membuat kita miris," ujarnya dalam konferensi pers yang digelar LPSK secara daring, Kamis (13/10).

Sebelumnya, perlu diketahui situasi di Stadion Kanjuruhan, terdapat 14 pintu masuk untuk masuk ke tribun ekonomi stadion, serta pintu masuk untuk VIP/VVIP. Total 14 pintu yakni untuk tribun utara di pintu 1-6, serta pintu 9-14 untuk tribun selatan. Sementara, ada 6 pintu gerbang yang mengarah langsung ke lapangan, dengan ukuran lebar di atas 4 meter. Gerbang ini biasa digunakan oleh ambulans dan kendaraan petugas.

Baca jugaLPSK Sebut Saksi Tragedi Kanjuruhan Ajukan Permohonan Perlindungan

Edwin menuturkan bahwa dalam video yang merekam kejadian, sesaat setelah pluit dibunyikan, belum ada kejadian apa-apa. Namun, terjadi pergeseran petugas di depan tribun timur, yang kemungkinan steward, bergerak ke arah utara.

"Setelah pluit panjang, kemudian posisi penjagaan steward dan pengamanan TNI/Polri di ring 1 dalam stadion yang harusnya mengelilingi antara batas stadion dalam dan penonton untuk di bagian timur, sudah ada pergerakan dari petugas, sehingga petugas tidak ada di tempatnya," paparnya.

Empat menit setelah wasit menutup babak kedua, nampak seorang penonton masuk untuk pertama kalinya. Saat itu, official dan pemain Arema sedang berada di lapangan. Dari tribun timur, terlihat seseorang melompat dari dinding dan terlihat pula bahwa di area itu tidak ada steward maupun pihak pengamanan.

Baca jugaKomnas HAM Temukan Bukti Pintu Stadion dan Senjata Digunakan saat Tragedi Kanjuruhan

Tak lama berselang, menyusul penonton berikutnya. Jumlah penonton yang masuk hanya sekitar 4 atau 5 penonton, termasuk penonton yang mengelilingi lapangan sambil membawa bendera. Namun di sisi lain, terlihat sejumlah penonton yang merangsek dari tribun timur, atau kemungkinan dari tribun 8.

Pemain terakhir yang masuk ke ruang ganti adalah Adilson Maringa. Setelahnya, flare menyala di depan tribun kiri dan hanya berlangsung sekejap. Terdapat pula konsentrasi massa di depan tribun VIP (depan ruang ganti pemain).

"Di sisi lapangan selatan, massa mulai dihalau oleh petugas untuk kembali ke tribun. Tidak terlihat jelas apakah ada kekerasan atau tidak," ucapnya.

. Perwakilan FIFA dan AFC Datang ke Indonesia Terkait Tragedi Kanjuruhan

Di sisi lapangan utara, penghalauan massa juga dilakukan oleh petugas, dan massa bergeser ke arah tribun utara seperti menuruti kata petugas. Namun, di dekat tribun 6 dan tribun 7 ada massa yang masih berusaha masuk ke lapangan. Sebagian besar massa kembali ke tribun utara dengan damai tanpa ada benturan fisik.

Kembali di sisi selatan, ketika massa di daerah selatan sedang didorong, massa dari arah utara kembali masuk ke tengah lapangan. Di sini, terlihat ada beberapa kekerasan yang dilakukan oleh petugas berseragam menggunakan tameng dan tongkat.

9 menit setelah babak kedua ditutup, terdengar suara tembakan letusan pertama, tetapi belum terlihat asapnya atau dari mana asalnya.

"Tapi suara letusannya sudah terdengar, yang kemudian diikuti dengan rentetan tembakan berikutnya," ujarnya.

Selanjutnya, terlihat beberapa titik asap yang mengarah ke tribun selatan, yaitu antara tribun 12 atau tribun 13. Tembakan diarahkan langsung ke tribun, dan terdapat pula tembakan yang jatuh di lapangan.

Baca jugaIni Hasil Temuan Sementara Komnas HAM Terhadap Tragedi Kanjuruhan

"Bagian ini, yang menyelamatkan diri bukan hanya penonton tapi aparat juga terdampak gas air mata," lanjutnya.

Edwin turut menerangkan bahwa rentetan tembakan tidak hanya terjadi sekali. Ketika di sisi lapangan utara, timur, dan selatan sudah tidak tampak massa di tengah lapangan, kembali terdengar ada rentetan tembakan. Ia memperkirakan setidaknya ada kurang lebih 5 titik asap yang mengarah ke tribun selatan. Jarak rentetan tembakan ini pun terjadi hanya dalam tempo 1.25 detik, yang berarti ada penggunaan gas air mata secara berlebihan karena di lapangan sudah tidak ada massa yang turun ke lapangan.

Setelahnya, baru terlihat ada gerakan massa dari utara dan timur yang masuk ke lapangan, sementara pasukan aparat berusaha mundur dari lapangan. Edwin memperkirakan jumlah massa yang masuk tidak lebih dari 100 orang, sehingga jumlahnya masih dalam situasi yang harusnya bisa dikendalikan.

Terdapat aksi pelemparan dari massa ke aparat, kemudian aparat dari posisi tengah lapangan, mundur ke arah depan VIP. Ada pula massa yang berupaya untuk menenangkan massa lainnya si sisi utara.

Di sisi selatan tidak ada massa yang turun ke lapangan atau ada di lapangan, tapi terdengar dan terlihat ada suara letusan dan asap ke arah tribun selatan. Di bagian utara, sempat ada upaya salah seorang membawa korban ke ambulans, tapi dipukul mundur aparat ke arah tribun.

Baca jugaKorban Meninggal Dunia Tragedi Kanjuruhan Bertambah Jadi 132

Setelahnya, banyak suara letusan dan titik asap baik di lapangan maupun yang mengarah ke tribun timur. Ada pula tembakan yang langsung mengarah ke tribun 2 utara.

"Ada yang mengarah ke depan gawang, ada yang melayang ke atas antara tribun 2, ada pula tabung gas air mata yang dilempar balik massa ke arah aparat," katanya.

Edwin menyebut bahwa masih ada kepulan asap di selatan, padahal sebenarnya area konsentrasi massa ada di sisi utara. Namun, asap mengarah ke tribun selatan sebagai area yang disebut memakan korban jiwa terbanyak.

Sentimen: negatif (100%)