Jakarta, IDN Times - Anggota Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Kanjuruhan, Laode M Syarif, berujar bahwa saat tragedi Sabtu (1/10/2022) terjadi, pintu Kanjuruhan sejatinya berada dalam kondisi terbuka. Namun, memang pintu hanya terbuka sedikit.

"Pintu terbuka semua, tapi kecil. Kan sebenarnya pintu itu lebarnya sekitar satu setengah meter, jadi kalau dibuka semua bisa. Tapi memang ada tiang di tengah-tengah, jadi kalau buru-buru dibuka langsung tergencet kalau terlalu banyak," ujar Laode.

Laode juga menyayangkan, pintu-pintu evakuasi yang ada di Kanjuruhan tidak terbuka saat tragedi terjadi. Padahal, jika pintu itu dibuka, evakuasi bisa dilaksanakan dan akan banyak pihak yang selamat.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

"Yang tidak terbuka memang ada untuk jalur evakuasi besar. Tapi, kayaknya kita lihat di sana sudah ada pohon rambat, seperti tak pernah dibuka. Padahal pintunya luas dan bisa dipakai evakuasi, sayang pintunya tidak dibuka dan padahal kuncinya ada," ungkap Laode.

Selain gas air mata, pintu yang terkunci jadi salah satu penyebab banyaknya korban dalam tragedi Kanjuruhan kemarin. Banyaknya penonton yang berdesak-desakan keluar pun tampak dari CCTV yang didapatkan TGIPF.

"Dari 32 CCTV yang dimiliki oleh aparat, jadi itu lebih mengerikan dari sekedar semprot mati, semprot mati gitu, ada yang saling gandengan untuk keluar bersama, satu bisa keluar yang satu tertinggal, yang di luar balik lagi untuk nolong temannya terinjak-injak mati," ujar Mahfud di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (14/10/2022).

Baca Juga: Sederet Rekomendasi TGIPF soal Tragedi Kanjuruhan