Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Batang
Kasus: korupsi
Sederet Kontroversi Zulfan Lindan Sebelum Dinonaktifkan NasDem
Detik.com Jenis Media: News
Jakarta -
Politikus Partai NasDem Zulfan Lindan dinonaktifkan dari kepengurusan dan dilarang berbicara atas nama Dewan Pimpinan Pusat (DPP) karena dinilai sudah menciptakan kegaduhan. Zulfan Lindan sempat melontarkan sejumlah pernyataan yang mengundang kontroversi sebelum dinonaktifkan langsung oleh Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh.
Berdasarkan catatan pemberitaan detikcom, Kamis (13/10/2022), Zulfan Lindan sempat menyinggung kehadiran Presiden Joko Widodo (Jokowi) di kawasan industri Batang, Jawa Tengah, seusai pencalonan Anies sebagai calon presiden Partai NasDem. Zulfan saat itu merespons Jokowi yang enggan menanggapi deklarasi Anies capres.
Zulfan Lindan juga pernah menyinggung perkara Formula E di KPK. Selain itu, Zulfan Lindan juga menyebut Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebagai antitesis Presiden Jokowi.
Berikut ini sederet kontroversi pernyataan Zulfan Lindan:
Formula E
KPK mengusut dugaan korupsi di penyelenggaraan Formula E Jakarta. Zulfan Lindan mengaku sempat mendengar kabar KPK akan melakukan gelar perkara kasus tersebut.
"Kan terdengar bahwa akan ada gelar perkara terhadap Formula E. Nah seolah-olah nanti ada gelar perkara katanya hari Jumat ini bahwa ini akan ya," kata Zulfan, Rabu (21/9) dalam diskusi Adu Perspektif bertema "Adakah Skenario 'Mereka' Jegal Pencapresan?" yang tayang di detikcom berkolaborasi bersama Total Politik.
Zulfan saat itu menanggapi kekhawatiran Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang menyebut ada upaya Pilpres 2024 hanya diikuti 2 pasangan calon. Menurutnya, kekhawatiran SBY itu ada kaitannya dengan Formula E Jakarta yang digelar di penghujung masa jabatan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Zulfan mengatakan Anies Baswedan adalah salah satu calon presiden dengan elektabilitas tinggi. Dia menilai atas dasar itu muncullah kekhawatiran SBY sehingga berkata bahwa ada upaya Pilpres 2024 hanya diikuti oleh 2 paslon.
Sebelumnya, Demokrat juga menyebut ada invisible hand yang berupaya menjegal Anies untuk maju sebagai capres di Pilpres 2024. Namun, Zulfan tidak mau berprasangka bahwa proses hukum ini bermuatan politis.
"Kita nggak tahu apakah Anies ini menjadi tersangka ataupun tidak menjadi tersangka, kan gitu," jelas dia.
"Tapi kalau ini menuduh si A, si B, merekayasa untuk kejadian ini, nah saya kira itu kurang tepat," imbuhnya.
KIB Koalisi Ecek-ecek
Zulfan Lindan juga sempat menyebut Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang terdiri dari Partai Golkar, PAN, dan PPP merupakan koalisi ecek-ecek. Zulfan Lindan mengutarakan hal itu saat diskusi Adu Perspektif dengan tema 'Membaca Manuver Tabloid, Dewan Kolonel, hingga Isu Dendam Lama' yang diselenggarakan detikcom dan Total Politik, Senin (26/9).
"Lainlah, kalau KIB jangan disamakan dengan koalisi ini (NasDem, PKS, Demokrat). KIB itukan koalisi ecek-ecek itu," kata Zulfan Lindan.
Zulfan Lindan menjelaskan apa maksud KIB koalisi ecek-ecek. Zulfan mendengar kabar KIB jadi wadah Gubernur Jateng Ganjar Pranowo bila tak dicalonkan jadi Presiden oleh PDIP.
"Artinya begini, lahirnya KIB itu kan ada kepentingan tertentu yang kita dengar. Konon kabarnya, itu adalah untuk menjadi sekocinya Ganjar, seandainya Ganjar tidak dicalonkan oleh PDIP, kan begitu yang berkembang," ujar Zulfan.
"Ini nggak ada urusan dengan itu, jadi kualitasnya beda. Kuantitasnya sama-sama tiga partai, tapi kualitasnya berbeda," tegasnya.
Simak juga 'Zulfan Lindan Duga Ada Elite Pemerintah yang Turut Jegal Anies':
[-]
Soal Jokowi Resmikan Kawasan Industri
Jokowi diketahui enggan mengomentari soal Partai NasDem yang mengusung Gubernur DKI Anies Baswedan sebagai capres di Pemilu 2024 karena masih dalam suasana berduka. Zulfan Lindan merespons Jokowi dengan mengungkit peresmian kawasan industri.
"Tadi kan Pak Jokowi bilang bahwa sedang berduka tapi toh hari ini Pak Jokowi menghadiri peresmian kawasan industri di Jawa, itu yang pidato Bahlil, Pak Jokowi hadir juga Pak Ganjar, banyak menteri yang lain," ujar Zulfan Lindan.
Jokowi sempat bertolak ke Batang, Jawa Tengah dan meresmikan pembangunan pabrik pipa terbesar di Asia Tenggara yang dibuat oleh Wavin Group asal Belanda yang dibangun di Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang.
Zulfan menilai Jokowi perlu konsisten terkait ucapan dan perbuatan. Sebab, menurutnya, acara NasDem terkait pengumuman capres dan acara yang dihadiri Jokowi dapat dikategorikan sama.
"Jadi saya kira kita harus konsisten lah jangan menyangkut ini kita bilang bahwa ini kita sedang berduka, pada satu sisi kita juga melakukan acara-acara yang juga sama kalau mau disamakan," tuturnya.
Anies Antitesis Jokowi
Terakhir, Zulfan Lindan mengungkapkan partainya sudah melakukan kajian dengan pendekatan filsafat dialektika sebelum menetapkan Anies Baswedan sebagai bakal capres. NasDem menilai Anies merupakan antitesis dari Presiden Jokowi sehingga cocok diusung sebagai bakal capres.
"Saya mau masuk alasan kenapa dipercepat (pengumuman Anies sebagai bakal capres), ini kan harus jelas dulu latar belakang. Jadi begini, ini sudah kita kaji dengan pendekatan filsafat dialektika, ini dengan pendekatan pendekatan filsafatnya Hegel," kata Zulfan, Selasa (11/10) dalam program Adu Perspektif bertema 'Adu Balap Deklarasi, Adu Cepat Koalisi' yang disiarkan detikcom berkolaborasi bersama Total Politik. Dia mengatakan ada perbedaan jelas antara Jokowi dan Anies.
"Pertama apa, Jokowi ini kita lihat sebagai tesa, tesis, berpikir dan kerja, tesisnya kan begitu Jokowi. Lalu kita mencari antitesa, antitesannya apa? Dari antitesa Jokowi ini yang cocok itu, Anies," kata Zulfan.
Zulfan menuturkan Anies memiliki kemampuan berpikir yang berkonsep yang dirumuskan dalam kebijakan (policy). Dia menilai tokoh lainnya yang memiliki elektabilitas bagus seperti Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo hampir sama seperti Jokowi.
"Apa artinya, dia berpikir secara konseptualisasai kemudian itu dirumuskan dalam policy-policy. Nah kita mengharapkan dari dua ini, dari Jokowi ini, dari Anies ini sintesanya akan lebih dahsyat lagi nanti 2029, jadi harus ini karena kalau memang misalnya Ganjar, dari tesa ke tesa, nggak ada antitesa. Prabowo dari tesa ke tesa, nggak ada antitesa. (Puan) Mirip-mirip," ujarnya.
(rfs/gbr)
Sentimen: negatif (64%)