Sentimen
Informasi Tambahan
BUMN: TransJakarta
Kab/Kota: Glodok
Kasus: Kemacetan
Kala Gubernur Anies Bangkitkan Nama Era Gubernur Jenderal VOC
Detik.com Jenis Media: News
Di masa kepemimpinan Gubernur Anies Baswedan, sejarah Kota Tua dibangkitkan dari memori zaman. Revitalisasi dijalankan.
Revitalisasi Kota Tua sudah dijalankan di era sebelum Anies. Misalnya, era Gubernur Djarot Saiful Hidayat, yang membawa gagasan pendahulunya, Joko Widodo (Jokowi) Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), yang merevitalisasi Kota Tua pada 2017. Anies juga menjalankan revitalisasi.
Revitalisasi yang dijalankan Anies menjadikan Kota Tua sebagai Low Emission Zone (LEZ) atau Zona Rendah Emisi. Seperti biasa, ada 'drama' dan kritik yang mengiringi.
Sejarah masa lalu menjadi rujukan gaya. Kepala Dinas Bina Marga Hari Nugroho pada 23 Agustus 2021 mengatakan akan mendesain Kota Tua seperti era 1627-1632 atau era kompeni VOC. Memang, arsitektur di sini adalah peninggalan era kolonial.
Untuk mewujudkan visi ramah lingkungan, Kota Tua dijadikan LEZ. Kendaraan dengan emisi yang mencemari udara dilarang lewat di sini. Pedestrian diutamakan, sebagaimana konsep kota modern yang memprioritaskan pejalan kaki.
Rekayasa lalu lintas mulai dilakukan untuk uji coba sterilisasi Kota Tua dari kendaraan bermotor umum. Jl Kali Besar Utara, Jl Kali Besar Timur, Jl Kemukus, Jl Ketumbar, Jl Lada, Jl Lada Dalam, dan Jl Jembatan Baru tidak bisa dilewati. Kendaraan harus memutari kawasan Kota Tua bila hendak melintas.
Juli 2022, mulai tampak perubahan di Kota Tua. Jl Lada dan Jl Ketumbar telah berubah dari yang semula jalan raya menjadi jalur pedestrian. Permukaan jalan berubah dari aspal menjadi paving block.
26 Agustus, Anies mengaktivasi jalur pedestrian di Kota Tua sekalian membuka Festival Batavia Kota Tua.
Revitalisasi Kota Tua menggunakan dana non-APBD DKI senilai Rp 102 miliar. Duit itu berasal dari pihak swasta melalui skema Surat Persetujuan Penunjukan Penggunaan Lokasi atau Lahan (SP3L) tiga perusahaan, yakni PT MEA, PT Aruna, dan PT TCP.
'Drama' macet
8 Februari 2021, penerapan LEZ Kota Tua berupa penutupan jalanan di sini dimulai. Pada 15 Februari 2021, detikcom memantau Jl Kunir arah Jl Kemukus ditutup pada pagi menjelang siang. Macetlah jadinya.
Kendaraan yang boleh lewat kawasan dalam Kota Tua adalah sepeda, kendaraan bebas emisi (listrik), bus TransJakarta, dan kendaraan berstiker khusus.
Jl Pintu Besar Selatan hingga Pasar Asemka mengalami kemacetan karena Jl Pintu Besar Utara ditutup karena LEZ Kota Tua. Pengendara dari arah Glodok dan dari arah Stasiun Jakarta Kota harus belok kiri melewati Pasar Asemka. Suara-suara klakson bersahutan. Pada jam-jam tertentu saat itu, kemacetan kendaraan bisa berekor sampai Glodok, sekitar 500 meter dari Kota Tua ke arah selatan.
Jl Kunir simpang Jl Kemukus juga macet. Namun, saat itu, portal jalan masih bersifat buka-tutup. Anggota Dewan Jakarta memprotes kebijakan LEZ Kota Tua yang sebenarnya diniatkan untuk mengurangi emisi, justru malah membuat polusi karena menimbulkan kemacetan lalu lintas.
"Logikanya, makin ditambah macet, maka emisi gas buangnya makin tinggi di area itu," kata Ketua Fraksi PDIP DPRD DKI Gembong Warsono, 15 Februari 2021. Namun Fraksi Partai Gerindra saat itu tidak setuju bila LEZ Kota Tua dihentikan karena penerapan ini butuh waktu untuk menjadi berhasil.
Dinas Perhubungan DKI mengimbau agar kendaraan lewat jalan lain saat hendak melintasi seputaran Kota Tua. Soal polusi udara, Dinas Lingkungan Hidup DKI justru melaporkan kualitas udara di Kota Tua membaik setelah hari pertama penerapan LEZ pada 8 Februari 2021.
'Drama' motor jatuh terpeleset
Ada sedikit 'drama', dalam artian bukan peristiwa rekaan namun menyedot perhatian publik sehingga menuai pro-kontra. Pada 9 September 2022, video viral beredar di media sosial. Terlihat banyak pemotor terpeleset di Jl Pintu Besar Utara, Kota Tua. Menurut kesaksian perekam yang enggan disebutkan namanya, jalanan ini memang rawan.
"Yang paling parah ada yang patah bahunya kemarin, sampai ada ambulans juga," kata dia kepada detikcom, 20 September lalu.
Polemik menyeruak. Namun usut punya usut, ternyata pemotorlah yang melanggar aturan. Sebenarnya, jalanan ini tidak boleh dilintasi pemotor. Namun karena portal Jl Pintu Besar Utara sering dibuka untuk lewat bus TransJakarta, pemotor jadi ikutan masuk Kota Tua. Terpelesetlah para pemotor di jalan paving block pedestrian yang licin bila tersiram air hujan.
Tetap, Pemprov DKI Jakarta melakukan penanganan dengan melapisi permukaan jalan itu dengan cat antilicin. Akhirnya, para pemotor bisa lebih aman melintasi jalanan di Kota Tua ini.
Anies bangkitkan Batavia
Batavia adalah nama kawasan ini di era Gubernur Jenderal era VOC, Jan Pieterszoon Coen. Anies kembali membangkitkan nama itu di Kota Tua.
"Kota ini kawasan ini disebut Kota Tua, tapi kita rancang ulang sehingga Kota Tua ini menjadi kota masa depan, namanya Batavia mencerminkan masa lalu, tapi konsepnya mencerminkan kota modern masa depan. Itu yang sedang dibangun di tempat ini," kata Anies dalam sambutannya di acara pembukaan kembali kawasan Kota Tua dan Groundbreaking CP202 MRT, di Kota Tua, Jakarta Barat, Sabtu, 10 September lalu.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (Rifkianto Nugroho/detikcom)Anies berharap masyarakat bisa merasakan perjalanan lintas waktu saat di Kota Tua. Soalnya, bangunan-bangunan di sini memang peninggalan dari masa lalu, dia menyebut 400 tahun.
"Jadi perjalanan ke sini adalah sebuah perjalanan merasakan masa lalu tetapi konsepnya yang modern," kata Anies.
Simak juga 'Heru Budi Bicara Sumur Resapan hingga Normalisasi Sungai di DKI':
[-]
(dnu/fjp)Sentimen: negatif (99.1%)