Pemerintah Butuh Dukungan Pelaku Usaha untuk Mengurangi Timbunan Sampah

  • 26 Juni 2024 10:50:11
  • Views: 1

Jakarta: Sampah merupakan isu yang menjadi tanggung jawab bersama. Data Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3 (Ditjen PSLB3) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebutkan volume sampah di Indonesia tercatat 68,5 juta ton pada 2021, naik mencapai 70 juta ton pada 2022. Peningkatan timbunan sampah ini terus terjadi dengan meningkatnya pendapatan rata-rata per kapita Indonesia selama beberapa tahun terakhir. Analis Kebijakan Ahli Pertama, Kedeputian Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan, Kemenko Marves, Makna Fathana Sabila, menjelaskan sejak 2008 sudah dibuat undang-undang untuk mengurangi timbunan sampah, yang disusul Peraturan Menteri LHK Nomor 75 terkait Roadmap pengurangan sampah oleh produsen. Menurut dia, pemerintah juga butuh dukungan dari para pelaku usaha, terutama produsen, untuk mengimplementasikan konsep ekonomi sirkular dalam menangani pengurangan timbunan sampah. “Terkait private sector, kami juga membutuhkan dukungan mereka, karena mereka juga dapat membantu dalam mengelola sampah. Kita menyebutnya Pentahelix kolaborasi dari stakeholder,” ujar Makna, dalam webinar Katadata dan Nestlé Indonesia dengan tema 'Jelajah Solusi: Kelola Sampah melalui Harmoni Multisektoral', Jakarta, Selasa, 25 Juni 2024. Sementara itu, Ketua KSM Sahabat Lingkungan, Hendro Wibowo, mengungkapkan perspektif atas solusi isu sampah di Indonesia. Sejak 2019, pihaknya secara aktif mengajak warga di lingkungan Sukaluyu di Karawang, Jawa Barat, ikut mengelola sampah di pengolahan sampah organik pada Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R) Baraya Runtah. “Pada masa pandemi lalu, timbunan sampah sangat luar biasa. KSM Sahabat Lingkungan mulai melakukan dua hal yaitu penanganan dan pengurangan sampah. Pada fasilitas TPS3R Baraya Runtah, kami melayani 4 ribu rumah tangga yang menghasilkan sampah dan kami kelola secara terpadu,” kata Hendro.   Hendro menambahkan pengelolaan sampah bisa dilakukan secara efektif dengan cara kolaborasi lintas sektor. Salah satunya adalah dengan mengajak rumah tangga terlibat aktif dalam pengelolaan sampah. “Kami melakukan pendekatan 4E untuk mengajak rumah tangga agar mau mengelola sampah yang dihasilkan yaitu ekonomi, ekologi, edukasi dan ekososial. Pada dasarnya, sampah identik dengan karakter manusia, jadi bagaimana mindset kita dalam memperlakukan sampah di rumah. Pemilahan sampah sebenarnya tidak terkait dengan kaya dan miskin, tingkat pendidikan dan lain-lain tapi lebih pada karakter bagaimana cara kita memperlakukan sampah,”  jelas Hendro. Dalam kesempatan yang sama, Sustainable Packaging Manager PT Nestlé Indonesia Faiza Anindita menyampaikan salah satu upaya perusahaannya mengatasi persoalan sampah ialah melalui kerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Karawang dan KSM Sahabat Linkungan untuk membangun dan mengelola tempat TPS3R Baraya Runtah. Pihaknya meyakini kerja sama para pemangku kepentingan dibutuhkan untuk menyelesaikan tantangan ini.  Faiza menjelaskan sejak 2018, pihaknya secara global memiliki komitmen memastikan 95 persen kemasan yang digunakan harus bisa didesain untuk didaur ulang atau diguna ulang. Selain itu, mengurangi satu per tiga dari penggunaan resin plastik baru di 2025. Terdapat tiga strategi yang dipaparkannya untuk mendukung upaya pemerintah dalam Peta Jalan Pengurangan Sampah, yaitu mengurangi kemasan (less packaging), membuat kemasan yang lebih baik (better packaging), dan meningkatkan sistem yang ada (better system). “Kami yakin pengembangan kemasan saja tidak cukup, hal tersebut tidak bisa mengatasi seluruh masalah sampah di dunia. Jadi, kami berkomitmen untuk bisa berkontribusi atau mengembangkan infrastruktur pengelolaan sampah di negara-negara Nestlé di seluruh dunia dan mempromosikan gaya hidup yang bijak sampah,” kata dia.  Faiza menegaskan promosi gaya hidup harus terus disinergikan supaya masyarakat dan konsumen bisa mengelola sampahnya mulai dari rumah tangga. Menurut dia, banyak jenis sampah rumah tangga yang dapat didaur ulang menjadi barang yang berguna. Sampah yang sering dianggap tidak memiliki nilai guna sebenarnya masih mempunyai manfaat yang cukup besar untuk kehidupan manusia sehari-hari. “Terdapat perspektif negatif di masyarakat, ketika berbicara mengenai barang hasil daur ulang. Jadi perlu untuk mengubah mindset tersebut, karena banyak sekali dan ada di keseharian kita. Kresek yang dianggap tidak ada nilainya, ternyata nilai daur ulangnya tinggi sekali. Yang tak kalah penting ialah bagaimana peningkatan kolaborasi supaya pemanfaatan sampah-sampah dari hulu bisa dilakukan dengan baik,” kata Faiza.  Faiza menuturkan kolaborasi sangat dibutuhkan dalam pengelolaan sampah, karena tidak bisa hanya melibatkan satu pihak saja. Setiap pihak memiliki porsi masing-masing dalam membantu wujudkan pengelolaan sampah supaya lebih baik lagi.

Jakarta: Sampah merupakan isu yang menjadi tanggung jawab bersama. Data Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3 (Ditjen PSLB3) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebutkan volume sampah di Indonesia tercatat 68,5 juta ton pada 2021, naik mencapai 70 juta ton pada 2022.
 
Peningkatan timbunan sampah ini terus terjadi dengan meningkatnya pendapatan rata-rata per kapita Indonesia selama beberapa tahun terakhir. Analis Kebijakan Ahli Pertama, Kedeputian Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan, Kemenko Marves, Makna Fathana Sabila, menjelaskan sejak 2008 sudah dibuat undang-undang untuk mengurangi timbunan sampah, yang disusul Peraturan Menteri LHK Nomor 75 terkait Roadmap pengurangan sampah oleh produsen.
 
Menurut dia, pemerintah juga butuh dukungan dari para pelaku usaha, terutama produsen, untuk mengimplementasikan konsep ekonomi sirkular dalam menangani pengurangan timbunan sampah.
“Terkait private sector, kami juga membutuhkan dukungan mereka, karena mereka juga dapat membantu dalam mengelola sampah. Kita menyebutnya Pentahelix kolaborasi dari stakeholder,” ujar Makna, dalam webinar Katadata dan Nestlé Indonesia dengan tema 'Jelajah Solusi: Kelola Sampah melalui Harmoni Multisektoral', Jakarta, Selasa, 25 Juni 2024.
 
Sementara itu, Ketua KSM Sahabat Lingkungan, Hendro Wibowo, mengungkapkan perspektif atas solusi isu sampah di Indonesia. Sejak 2019, pihaknya secara aktif mengajak warga di lingkungan Sukaluyu di Karawang, Jawa Barat, ikut mengelola sampah di pengolahan sampah organik pada Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R) Baraya Runtah.
 
“Pada masa pandemi lalu, timbunan sampah sangat luar biasa. KSM Sahabat Lingkungan mulai melakukan dua hal yaitu penanganan dan pengurangan sampah. Pada fasilitas TPS3R Baraya Runtah, kami melayani 4 ribu rumah tangga yang menghasilkan sampah dan kami kelola secara terpadu,” kata Hendro.
 
Hendro menambahkan pengelolaan sampah bisa dilakukan secara efektif dengan cara kolaborasi lintas sektor. Salah satunya adalah dengan mengajak rumah tangga terlibat aktif dalam pengelolaan sampah.
 
“Kami melakukan pendekatan 4E untuk mengajak rumah tangga agar mau mengelola sampah yang dihasilkan yaitu ekonomi, ekologi, edukasi dan ekososial. Pada dasarnya, sampah identik dengan karakter manusia, jadi bagaimana mindset kita dalam memperlakukan sampah di rumah. Pemilahan sampah sebenarnya tidak terkait dengan kaya dan miskin, tingkat pendidikan dan lain-lain tapi lebih pada karakter bagaimana cara kita memperlakukan sampah,”  jelas Hendro.
 
Dalam kesempatan yang sama, Sustainable Packaging Manager PT Nestlé Indonesia Faiza Anindita menyampaikan salah satu upaya perusahaannya mengatasi persoalan sampah ialah melalui kerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Karawang dan KSM Sahabat Linkungan untuk membangun dan mengelola tempat TPS3R Baraya Runtah. Pihaknya meyakini kerja sama para pemangku kepentingan dibutuhkan untuk menyelesaikan tantangan ini. 
 
Faiza menjelaskan sejak 2018, pihaknya secara global memiliki komitmen memastikan 95 persen kemasan yang digunakan harus bisa didesain untuk didaur ulang atau diguna ulang. Selain itu, mengurangi satu per tiga dari penggunaan resin plastik baru di 2025.
 
Terdapat tiga strategi yang dipaparkannya untuk mendukung upaya pemerintah dalam Peta Jalan Pengurangan Sampah, yaitu mengurangi kemasan (less packaging), membuat kemasan yang lebih baik (better packaging), dan meningkatkan sistem yang ada (better system).
 
“Kami yakin pengembangan kemasan saja tidak cukup, hal tersebut tidak bisa mengatasi seluruh masalah sampah di dunia. Jadi, kami berkomitmen untuk bisa berkontribusi atau mengembangkan infrastruktur pengelolaan sampah di negara-negara Nestlé di seluruh dunia dan mempromosikan gaya hidup yang bijak sampah,” kata dia. 
 
Faiza menegaskan promosi gaya hidup harus terus disinergikan supaya masyarakat dan konsumen bisa mengelola sampahnya mulai dari rumah tangga. Menurut dia, banyak jenis sampah rumah tangga yang dapat didaur ulang menjadi barang yang berguna. Sampah yang sering dianggap tidak memiliki nilai guna sebenarnya masih mempunyai manfaat yang cukup besar untuk kehidupan manusia sehari-hari.
 
“Terdapat perspektif negatif di masyarakat, ketika berbicara mengenai barang hasil daur ulang. Jadi perlu untuk mengubah mindset tersebut, karena banyak sekali dan ada di keseharian kita. Kresek yang dianggap tidak ada nilainya, ternyata nilai daur ulangnya tinggi sekali. Yang tak kalah penting ialah bagaimana peningkatan kolaborasi supaya pemanfaatan sampah-sampah dari hulu bisa dilakukan dengan baik,” kata Faiza. 
 
Faiza menuturkan kolaborasi sangat dibutuhkan dalam pengelolaan sampah, karena tidak bisa hanya melibatkan satu pihak saja. Setiap pihak memiliki porsi masing-masing dalam membantu wujudkan pengelolaan sampah supaya lebih baik lagi.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(AZF)


Sumber: https://www.medcom.id/nasional/peristiwa/5b2oaedk-pemerintah-butuh-dukungan-pelaku-usaha-untuk-mengurangi-timbunan-sampah
Tokoh

Graph

Extracted

companies Google,
nations Indonesia,
places DKI Jakarta, JAWA BARAT,
cities Karawang,