7 Ormas Kristen Terbesar di Indonesia

  • 14 Juni 2024 12:52:47
  • Views: 11

PIKIRAN RAKYAT - Agama Kristen diperkirakan muncul sekitar 2.000 tahun yang lalu. Kemunculan agama Kristen dipengaruhi oleh ajaran Calvinisme dan Lutheran di Belanda pada abad ke-16.

Di Indonesia sendiri, agama Kristen Protestan menjadi agama kedua terbesar. Kedatangan para misionaris Eropa ke beberapa wilayah di Indonesia menandai perkembangan agama Kristen di tanah air.

Beberapa wilayah persebaran agama Kristen di antaranya ialah wilayah barat Papua, sedikit Kepulauan Sunda, Kepulauan Maluku, Tanah Batak, Tanah Karo, Nusa Tenggara Timur, dan lain sebagainya.

Alkitab menjadi kitab suci bagi para pemeluk agama Kristen Protestan. Alkitab sendiri terdiri atas 66 bagian yang terbagi menjadi dua, yakni 39 Perjanjian Lama dan 27 Perjanjian Baru.

Bagi penganut agama Kristen Protestan, ibadah minggu telah menjadi ibadah wajib yang dilaksanakan. Ibadah tersebut dapat dilakukan di gereja, balai perkumpulan, aula besar maupun rumah.

Berdasarkan sistem informasi data agama Kristen Kemenag, ormas Kristen yang ada di Indonesia di antaranya seperti:

Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI)

Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) didirikan pada 25 Mei 1950. Sebelumnya, pada 6-13 November 1949 diadakan “Konferensi Persiapan Dewan Gereja-gereja di Indonesia”.

Seperti diketahui sebelum Perang Dunia II telah diupayakan mendirikan suatu Dewan yang membawahi pekerjaan dan Zending. Namun, karena pecahnya PD II, maksud tersebut diundur.

Setelah PD II, berdirilah tiga buah Dewan Daerah yaitu Dewan Permoesyawaratan Geredja-geredja di Indonesia, yang berpusat di Yogyakarta (Mei 1946), Majelis Usaha Bersama Geredja-geredja di Indonesia bagian Timur yang berpusat di Makassar (Maret 1947), dan Majelis Geredja-geredja bagi Sumatra (awal 1949) di Medan.

Ketiga dewan daerah ini didirikan dengan maksud membentuk satu Dewan Gereja-gereja di Indonesia, yang melingkupi ketiga dewan tersebut. Kemudian pada 21-28 Mei 1950, diadakan Konferensi Pembentukan Dewan Gereja-gereja di Indonesia, bertempat di Sekolah Tinggi Theologia (sekarang STT Jakarta).

Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia memiliki tujuan untuk mewujudkan Gereja Kristen Yang Esa di Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut, Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia melakukan pelayanan dan kesaksian secara serentak dengan mengusahakan keesaan di lingkungan umat Kristen di Indonesia.

Untuk tujuan tersebut, PGI mengacu pada strategi dan program lima tahun PGI berdasarkan visi dan misi yang merupakan penjabaran dari dokumen-dokumen keesaan Gereja yang ditetapkan dalam setiap Sidang Raya untuk dilaksanakan bersama-sama dengan melihat seluruh Indonesia dan dunia sebagai wilayah pelayanan dan kesaksian bersama.

Persekutuan Gereja Pantekosta Indonesia (PGPI)

Persekutuan Gereja-Gereja Pantekosta Indonesia (PGPI) adalah sebuah organisasi Kristen di Indonesia yang menaungi gereja-gereja yang dari denominasi aliran khusus Pentakosta. Berdiri pada 14 September 1979 dengan nama sebelumnya Dewan Pantekosta Indonesia (DPI), organisasi ini sejajar dengan PGI.

Pada 1925, untuk pertama kalinya diadakan konferensi Pentakosta untuk mempersatukan pendeta-pendeta aliran Pentakosta. Pekerjaan Tuhan berjalan terus dan pada tanggal 4 Juni 1933 bangunan permanen gedung gereja "Pinkstergemeente" yang pertama diresmikan. Surabaya menjadi pusat Pentakosta pada waktu itu.

Pendidikan kader hamba-hamba Tuhan diadakan oleh Pdt. Van Gessel dan datang pula keluarga W. W. Patterson dari Amerika Serikat. Pada tahun 1935 dia membuka Sekolah Alkitab "Bijbel Institut In Nederlansch Oost Indie (NIBI)" di Jl. Embong Malang, Surabaya.

Pada 1955, hamba-hamba Tuhan aliran Pentakosta membantuk PAPSI (Persatuan Antar Pendeta-pendeta Seluruh Indonesia). Persatuan ini selanjutnya sepakat untuk membentuk organisasi persatuan dengan nama DKGKPSI (Dewan Kerjasama Gereja-Gereja Kristus Pentakosta Indonesia), dan juga lahirlah PPI (Persekutuan Pentakosta Indonesia).

Menjelang Pemilu 1971, di Surabaya berdiri PUKRIP (Persekutuan Umat Kristen Pentakosta di Indonesia) dan kemudian berubah nama menjadi Persekutuan Umat Kristen Pancasila.

Pada 28 Agustus sampai 3 September 1979 di Jakarta "DKGKPSI" dan "PPI" sepakat untuk bergabung menjadi satu. Kesepakatan tersebut didukung dan direstui oleh Pemerintah RI dalam Musyawarah Besar Penyatuan pada tanggal 14 September 1979 di gedung Wanita-Kalibokor, Surabaya, dan terbentuklah Dewan Pantekosta Indonesia (DPI).

Kemudian berdasarkan keputusan Musyawarah Besar IV DPI tanggal 22 Oktober 1998 di Ciparua, Bogor, maka nama DPI berubah menjadi Persekutuan Gereja-Gereja Pentakosta Indonesia (PGPI).

Persekutuan Gereja-Gereja dan Lembaga-Lembaga Injili Indonesia (PGLII)

Dua tahun setelah Oikumenis WCC ( World Council of Churches) dibentuk pada 1984 di Amsterdam, Belanda, pada 1951 dalam Konvensi Internasional Evangelikal di Wondschoten dibentuklah organisasi World Evangelical Fellowship (WEF) atau Persekutuan Injili Se-Dunia.

WEF menjadi wadah internasional bagi berbagai organisasi Kristen Injili. Sejak 2002, World Evangelical Feelowship (WEF) berubah namanya manjadi World Evangelical Alliance (WEA).

Dua gerakan misi Kristen modern dicirikan oleh dua pola pendekatan, yang satu oikumenikal dan yang lainnya evangelical. Gerakan misi ini tentunya sangat berpengaruh bagi gerakan misi di Indonesia yang akhirnya juga terpolarisasi pada dua gerakan misi, yaitu oikumenikal dan evangelical.

Gerakan evangelical di Indonesia menemukan bentuknya melalui pergumulan yang intens dari tokoh-tokoh injili pada bulan Juni 1971 di City Hotel Jakarta dan pada bulan Juli 1971 di Batu, Malang – Jawa Timur, yang kemudian melahirkan Persekutuan Injili Indonesia (PII).

Dalam catatan sejarah PII, tolok ukur utama dalam pergumulan untuk mewujudkan gerakan bersama kaum injili di Indonesia adalah “persekutuan.” Kata kunci ini menjadi acuan awal dari gerakan, yang oleh karenanya sejak awal tahun 1969 tokoh–tokoh injili di Indonesia ketika membidani lahirnya gerakan dan wadah besar (PII) dimulai dengan kegiatan yang kelihatannya kecil tetapi memiliki “power” yang sangat besar dan luar biasa, yaitu “ persekutuan.”

Gabungan Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh (GMAHK)

Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh (GMAHK) adalah denominasi Kristen Protestan. Gereja ini berasal dari Gerakan Miller yang muncul di Amerika Serikat pada pertengahan abad 19.

Ciri utama Gereja Advent adalah pemeliharaan kekudusan hari Sabat atau Sabtu, hari ketujuh dalam pekan, sebagai hari Sabat. Pada 1863, Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh, dalam bahasa Inggris the Seventh-day Adventist Church, diorganisir.

Gereja Advent memiliki anggota lebih dari 21 juta orang, sehingga Gereja ini adalah badan keagamaan terbesar ke-12 di dunia, dan badan keagamaan internasional terbesar keenam

Gereja Advent memiliki lebih dari 7.500 sekolah, lebih dari 100 lembaga kesehatan, dan penerbit di seluruh dunia, serta organisasi bantuan kemanusiaan yang dikenal sebagai Adventist Development and Relief Agency (ADRA).

Gereja Advent adalah salah satu organisasi keagamaan yang paling cepat berkembang di dunia. Perkembangan Gereja ini terutama terjadi di negara-negara berkembang.

Menurut laporan resmi Gereja Advent, keanggotaan gereja sekitar 1 juta orang antara tahun 1955 dan 1961, dan mencapai 5 juta orang pada 1986. Pada awal abad ke-21 Gereja ini memiliki keanggotaan 10 juta orang yang berkembang menjadi 14 juta orang pada tahun 2005, dan 16 juta orang pada tahun 2009.

Dalam laporan tersebut dijelaskan bahwa saat ini lebih dari 25 juta orang berbakti secara rutin setiap hari Sabat di Gereja Advent di seluruh dunia. Gereja Advent telah memasuki 202 dari 230 negara dan wilayah yang diakui oleh PBB, sehingga Gereja ini mungkin adalah "denominasi Protestan yang paling luas penyebarannya di dunia".

Bala Keselamatan (BK) Salvation Army

Bala Keselamatan di Indonesia dimulai oleh dua Opsir (pendeta) berkebangsaan Belanda yaitu Staff Kapten Jacob Gerrit Brouwer dan Ensign Adolf van Emmerik. Keduanya berlayar dari Amsterdam dengan menumpang Kapal Api Soerabaja dan tiba di Tanjung Priuk, Jakarta pada tanggal 24 November 1894.

Tanggal bersejarah ini kemudian dikukuhkan menjadi tanggal dimulainya Bala Keselamatan di Indonesia. Kedua perintis diterima Gubernur Jenderal van der Wijck di istana Bogor pada tanggal 3 Desember 1894 dan disarankan agar memulai pelayanan di Purwerejo, Jawa Tengah. Kemudian keduanya tiba di kota sejuk itu tanggal 18 Desember 1894.

Sesuai arti namanya Purwerejo yaitu awal kemakmuran, keduanya percaya bahwa Tuhan akan memberkati pelayanannya, membawa terang dan keselamatan Kristus kepada sesamanya di Indonesia. Keyakinannya itu menjadi kenyataan, dari waktu ke waktu pelayanan Bala Keselamatan terus berkembang dari satu daerah ke daerah lain di Indonesia.

Di Indonesia, Bala Keselamatan dimulai di Sapuran, sebuah desa sejuk yang terletak di atas ketinggian 800 m dari permukaan laut dan berada di antara Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing.

Dari desa kecil yang berjarak 37 km dari Purwerejo ini Bala Keselamatan mengembangkan pelayanannya di Indonesia dan saat ini telah mencapai 21 propinsi, mulai dari Nangroe Aceh Darusalam sampai ke Papua. Oleh karena kehendak Tuhan dan karena masih banyaknya orang perlu diselamatkan dan ditolong, maka Bala Keselamatan akan terus melayani sampai maranatha tiba

Gereja Orthodoks Indonesia (GOI)

Gereja Orthodox Indonesia (GOI) adalah Gereja Orthodox yang melayani umat Orthodox di Indonesia dan yang menggunakan Kalender Julian sebagai kalender gerejawi. Pada tahun 1991 secara resmi Gereja Orthodox Indonesia yang berpusat di Solo telah didaftar di Departemen Agama Pusat,.dengan Keputusan No: 189/th.1991, dan diperbarui lagi dengan nomor : F/Dep.Kep./ Hk 005/ 19/637/ 1996 Tanggal 12 Maret 1996.

Sekarang, Pusat Gereja Orthodox Indonesia di Jakarta dan terdaftar dengan SK Dirjen Bimas Kristen Depag RI Nomor: F/Kep./Hk.00.5/20/708/2001, yang diperbaharui dengan SK Dirjen Bimas Kristen Depag R.I. no.: DJ.III/Kep/Hk.00.5/190/3212/2006.

Lembaga Gerejawi yang disebut GOI ini adalah satu-satunya lembaga resmi dari Gereja Orthodox di Indonesia, yang merupakan lembaga lokal nasional, dan berada langsung di bawah bimbingan DEPAG melalui Dirjen Bimas Kristen, jadi GOI bukan di bawah wilayah yurisdiksi ke-Episkop-an Gereja Orthodox yang berada di luar negeri manapun.

Dengan demikian secara hukum di Indonesia tidak ada yang disebut sebagai Gereja Orthodox Yunani, Gereja Orthodox Rusia, atau Gereja Orthodox dari yurisdiksi asing manapun itu, yang eksis secara hukum hanyalah GOI dengan Arkhimandrit Rm. Daniel BD Byantoro Ph.D., sebagai pendiri dan ketua umumnya.

Tanggung jawab hukum para pengurus GOI adalah langsung kepada Pemerintah Indonesia, melalui DEPAG RI di bawah bimbingan Dirjen Bimas Kristen bukan kepada Episkop siapapun, sedangkan Romo-Romo yang melayani dalam lindungan GOI itulah yang bertanggung jawab secara pelayanan gerejawi kepada Episkop mereka sebagai urusan intern.

Pada saat ini, GOI terdiri dari 9 paroki dan 6 komunitas yang tersebar di berbagai kota di Indonesia. Pendiri dan Ketua Umum GOI adalah Arkhimandrit Romo Daniel B.D. Byantoro, Ph.D yang juga merupakan pembawa iman orthodox ke Indonesia sekaligus imam orthodox pertama dari Indonesia.

GOI saat ini merupakan bagian dari wilayah kanonik Metropolis Sydney dan Oseania (mencakup Indonesia) dari Genuine Greek Orthodox Church (GGOC) di bawah omophorion Metropolitan Kallinikos (Sarantopoulos), Episkop Agung Athena dan seluruh Yunani.

Gereja Persekutuan Tionghoa di Indonesia (PGTI)

Pada 11 November 1997, para pemimpin Gereja-Gereja Tionghoa di Jakarta mengadakan pertemuan bersama dan menyepakati untuk menggabungkan beberapa Pelayanan dan Persekutuan yang ada ke dalam satu wadah baru, yang disebut Pusat Pelayanan Gereja-Gereja Injili Indonesia (PPGII), yang kemudian diresmikan pada tanggal 29 Agustus 1998. Maka secara historis, PPGII ini adalah gabungan dari:

Gerakan Penginjilan Menuju Era 2000 Pusat Pelayanan Musik Gerejawi Pusat Pelayanan Literatur Mandarin Chinese Congress on World Evangelization in Indonesia Persekutuan Gereja-Gereja Kristen Tionghoa Jakarta Persekutuan Doa Gereja-Gereja Kristen Tionghoa Jakarta Persekutuan Doa Gabungan Wanita Gereja-Gereja Kristen Tionghoa Jakarta

Dengan semangat kesatuan dan persatuan dalam kerja sama yang baik serta dinamika kegiatan pelayanan yang nyata di Jakarta dan di daerah, kemudian didirikan cabang-cabang pelayanan di berbagai wilayah di Indonesia.

Dalam pertumbuhan dan perkembangannya yang begitu pesat dalam kurun waktu kurang dari 10 tahun, yang disertai dengan kesehatian dalam bekerja sama dan rasa persaudaraan yang baik, melalui pergumulan dan doa serta perbincangan diskusi yang berkepanjangan, kemudian mendapat rekomendasi dari beberapa Gereja dan Sinode. Maka, akhirnya PGTI memutuskan untuk meningkatkan status pelayanan PPGII menjadi suatu lembaga gerejawi, dengan harapan dapat menjadi wadah kesatuan dan persatuan serta kerja sama Gereja-Gereja Tionghoa di seluruh tanah air Indonesia.

Selanjutnya pada 27 Februari 2007, dalam Rapat tahunan PPGII yang dihadiri oleh anggota Dewan Perencana dan Strategi PPGII beserta seluruh utusan PPGII Wilayah, disepakati dan diputuskan untuk meningkatkan Pusat Pelayanan Gereja-Gereja Injili Indonesia (PPGII) menjadi Persekutuan Gereja-Gereja Tionghoa di Indonesia (PGTI).

Dengan adanya rekomendasi dari 10 Gereja dan Sinode maka pendirian PGTI ini telah terdaftar dan mendapatkan pengakuan dari Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen Departemen Agama Republik Indonesia melalui surat keputusan Nomor: DJ.III/Kep/HK.005/225/3909/2007 tanggal 1 Agustus 2007 tentang Pendaftaran Persekutuan Gereja-Gereja Tionghoa di Indonesia (PGTI).***


Sumber: https://www.pikiran-rakyat.com/nasional/pr-018201382/7-ormas-kristen-terbesar-di-indonesia?page=all
Tokoh



Graph