OPINI: Milad Aisyiyah Ke-107: Perempuan Berkemajuan Memajukan Peradaban

  • 23 Mei 2024 06:44:46
  • Views: 7

JOGJA—‘Aisyiyah resmi berdiri pada 19 Mei 1917 M/27 Rajab 1335 H di Kauman, Yogyakarta. Itu artinya pada Ahad 19 Mei 2024 usia ‘Aisyiah telah menginjak ke-107 tahun. Lebih dari satu abad. Usia yang telah menunjukkan kematangan dan kemapanan sebuah organisasi. Sejarah telah mencatat, tidak banyak organisasi perempuan yang mampu bertahan lebih dari satu abad. Pada milad ke-107 tahun ini mengusung tema “Mengokohkan dan Memperluas Dakwah Kemanusiaan Semesta”. ‘Aisyiyah merupakan organisasi otonom bagi perempuan Muhammadiyah. Digagas oleh Nyai Siti Walidah bersama suaminya, KH Ahmad Dahlan, kini ‘Asyiyah menjelma sebagai gerakan perempuan muslimah berkemajuan terbesar di Indonesia, dan bahkan dunia.

‘Aisyiyah bermula dari perkumpulan bernama Sopo Tresno, forum pengajian Alqur’an dan baca tulis khusus untuk kaum perempuan yang dibina oleh KH Ahmad Dahlan sejak 1914 di Kauman, Yogyakarta. Perkumpulan Sopo Tresno inilah yang menjadi cikal bakal lahirnya ‘Aisyiyah, gerakan perempuan muslimah berkemajuan. Sungguh, ada makna filosofis sangat mendalam yang dapat kita gali dari balik kata Sopo Tresno ini. Jika kita telisik, makna filosofis tersebut sangat dibutuhkan dan sangat kontekstual di era kekinian dimana saat ini persatuan dan kesatuan umat manusia di dunia tengah diuji.

Bermula dari Sopo Tresno

Sopo Tresno sebagai embrio ‘Aisyiyah adalah perkumpulan kaum perempuan terdidik yang menginginkan perubahan untuk kemaslahatan Indonesia dan dunia. Sopo Tresno merupakan fakta sejarah paling nyata yang menegaskan bahwa betapa Kyai Dahlan sangat memperhatikan pendidikan bagi kaum perempuan. Karena pendidikan adalah nafasnya perubahan. Pendidikan adalah pasaknya pergerakan. Dan kaum perempuan adalah sosok yang tangguh serta multi talent yang ternyata terbukti mampu menghadirkan perubahan tersebut.

Melalui Milad tahun ini, ‘Aisyiyah seolah menyampaikan pesan penting pada semesta bahwa semua manusia memiliki hak yang sama di mata dunia dan Tuhannya. Hadirnya ‘Aisyiyah telah menyadarkan masyarakat dunia bahwa dalam berkarya, perempuan dan laki-laki memiliki kesempatan yang sama. Dalam berkarya, Tuhan tidak pernah membeda-bedakan dan tidak pernah memandang jenis kelaminnya. Perempuan dan laki-laki memiliki kedudukan dan martabat yang sama. Jika ada perbedaan, maka itu terletak pada derajat keimanan dan ketakwaannya. Di Usianya yang ke-107 tahun ini, ‘Aisyiyah membuktikan bahwa perempuan bisa mandiri dan berkemajuan. ‘Aisyiyah menegaskan bahwa kaum perempuan juga memiliki peluang yang sama sebagaimana kaum laki-laki dalam membangun dan memajukan peradaban dunia

Perkumpulan Sopo Tresno telah mendobrak tradisi masyarakat yang telah terkonstruk mapan bahwa kaum perempuan pada saat itu dianggap tidak perlu menempuh pendidikan secara formal. Namun Kyai Dahlan dan Nyai Walidah sebaliknya, justru malah mendorong kaum perempuan untuk menempuh pendidikan setinggi-tingginya. ‘Aisyiyah menegaskan bahwa kaum perempuan jika diberikan kesempatan terbukti mampu tampil sangat baik dalam ranah publik. Namun demikian, saat ini representasi kaum perempuan dalam ranah publik masih belum maksimal. Sebuah riset membuktikan bahwa kaum perempuan masih tidak dianggap bagian yang penting dalam sejarah sosial (Irwan Abdullah, 2016: 32). Sebab itu, ‘Aisyiyah hadir dan terus berbenah.

Pesan Cinta ‘Aisyiyah untuk Dunia

Sopo Tresno berasal dari Bahasa Jawa yang secara harfiah berarti “Siapa yang Cinta”. Siapa yang cinta yang dimaksud adalah siapa saja yang cinta pada kebaikan dan perbaikan, cinta pada nilai-nilai keadilan dan kesetaraan, cinta pada persatuan dan kesatuan, cinta pada perdamaian dan kedamaian, serta cinta pada nilai-nilai perikemanusiaan. Inilah pesan cinta ‘Aisyiyah untuk dunia.

Sehingga dapat dipahami bahwa ‘Aisyiyah adalah gerakan perempuan muslimah yang mencintai dan mengedepankan perdamaian dan nilai-nilai kasih sayang. ‘Aisyiyah melawan dan mengutuk keras berbagai macam tindak kekerasan dalam bentuk apapun. Apa lagi kekerasan yang mengatasnamakan suku, ras atau agama sekalipun. Termasuk kekerasan atas nama penjajahan yang terjadi di negeri Palestina oleh Israel yang telah merenggut lebih dari 30 ribu jiwa dimana korbannya mayoritas adalah perempuan dan anak-anak.

‘Aisyiyah dengan tresno-nya telah mengirim pesan kepada masyarakat dunia bahwa kehidupan ini hendaknya dipenuhi dengan cinta. ‘Aisyiyah dengan tresno-nya telah mengirim sinyal yang kuat bahwa masyarakat dunia harus menyelimuti dirinya dengan nilai-nilai kasih sayang antar sesama, bukan tindakan kekerasan yang menyakitkan, apalagi sampai menyebabkan pertumpahan darah.

Sebagai gerakan perempuan muslimah berkemajuan, ‘Aisyiyah telah bertekad kuat untuk terus merekat persatuan. ‘Aisyiyah tidak pernah membeda-bedakan suku, ras dan agama untuk bekerjasama dalam semua masalah muamalah duniawiyah. Hal tersebut terbukti bahwa ‘Aisyiyah tidak pernah menolak dan membeda-bedakan siswa atau mahasiswa non muslim dari manapun yang ingin mengenyam pendidikan di ‘Aisyiyah. Begitupun dengan kelompok-kelompok minoritas yang rentan dan marjinal seperti kelompok disabilitas. Semua dirangkul oleh ‘Aisyiyah dengan sangat baik. Hal tersebut terbukti dengan dikembangkannya Fiqih Difabel oleh Muhammadiyah - ‘Aisyiyah (baca: Munas Tarjih, 2020).

Nilai-nilai keadilan dan kesetaraan gender benar-benar diperjuangkan dan ditegakkan oleh ‘Aisyiyah. Tidak ada diskriminasi antara perempuan dan laki-laki. Baik perempuan maupun laki-laki semua memiliki hak dan kesempatan yang sama dalam berkarya. Jenis kelamin tidak menentukan prestasi, siapapun bisa berkontribusi. Aisyiyah adalah contoh nyata dalam merekat persatuan bangsa untuk menuju perdamaian masyarakat dunia.

Perempuan Membangun Peradaban

Pada Milad ke-107 tahun ini, ‘Aisyiyah meneguhkan komitmen untuk terus memberikan solusi terhadap masalah-masalah negeri. Termasuk dalam mengokohkan dan memperluas dakwah kemanusiaan semesta. Teologi Al-Ma’un menjadi dasar dakwah ‘Aisyiyah dalam membangun peradaban, mengokohkan dan memperluas dakwah kemanusiaan semesta. Teologi Al-Ma’un menegaskan bahwa, kesalehan individual seseorang tidak ada nilainya jika tidak diiringi dengan kesalehan sosial. Salah satu indikator kesalehan sosial adalah menumbuhkan sikap solidaritas dan empati pada sesama. Inilah nilai-nilai spiritual yang menjadi spirit ‘Aisyiyah dalam mengokohkan dan memperluas dakwah kemanusiaan semesta, yakni agama tidak hanya diterjemahkan dalam bentuk hubungan manusia dengan Tuhannya saja, namun juga hubungan manusia dengan manusia yang lainnya. Agama tidak hanya dipahami secara tekstual semata, namun dipraktikkan dalam bentuk gerakan praksis sosial.

‘Aisyiyah telah menunjukkan baktinya yang luar biasa untuk negeri. Dalam bidang pendidikan, bakti ‘Aisyiyah tidak diragukan lagi. ‘Aisyiyah memiliki lembaga pendidikan dari tingkat taman kanak-kanak (TK) hingga perguruang tinggi (PT). Bahkan, Taman Kanak-Kanak ‘Aisyiyah Bustanul Athfal (TK ABA) telah berusia lebih dari 100 tahun. Jumlah TK ABA saat ini mencapai lebih dari 5.860 yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia. ‘Aisyiyah juga merupakan satu-satunya organisasi gerakan perempuan di dunia yang memiliki perguruan tinggi tingkat universitas. Bahkan, salah satu universitasnya, yaitu Universitas Aisyiyah Yogyakarta telah terakreditasi Unggul.

Dalam bidang Kesehatan ‘Aisyiyah juga telah banyak melahirkan tenaga-tenaga medis, seperti bidan, perawat, tenaga laboratorium medis, fisioterapis, ahli gizi, radiologi dan lain-lainnya. ‘Aisyiyah juga telah memiliki Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak, Rumah Bersalin, Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak dan Balai Pengobatan yang jumlahnya lebih dari 300 yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia. Jelang Muktamar yg ke-48 di Surakarta tahun 2022 yang lalu, Aisyiyah melakukan Groundbreaking Rumah Sakit ‘Aisyiyah di Kulonprogo pada Sabtu (12/11/2022). Selama pandemi Covid-19 ‘Aisyiyah juga telah menerjunkan “pasukan” medisnya dalam garda terdepan. Relawan-relawan dalam penanganan Covid-19 juga telah banyak diterjunkan oleh ‘Aisyiyah. ‘Aisyiyah juga telah membentuk satgas Covid-19 yang bergerak hingga ke desa-desa.

‘Aisyiyah juga terjun langsung dalam memperhatikan kebutuhan kelompok rentan, seperti perempuan, anak, pemulung, pengemis, disabilitas dan kelompok-kelompok marjinal lainnya. Langkah-langkah yang dilakukan ‘Aisyiyah untuk kelompok-kelompok rentan ini adalah melaksanakan program-program pemberdayaan, pendampingan, pelatihan, bantuan dan santunan yang sudah tidak terhitung lagi jumlahnya. Saat ini ‘Aisyiyah memiliki sekitar 459 amal usaha yang bergerak dibidang kesejahteraan sosial yang meliputi: Rumah Singgah Anak Jalanan, Panti Asuhan, Dana Santunan Sosial, Tim Rukhti Jenazah dan Posyandu.

Dalam bidang pemberdayaan ekonomi, ‘Aisyiyah telah melakukan beberapa program, antara lain pengembangan Bina Usaha Ekonomi Keluarga ‘Aisyiyah (BUEKA) dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Saat ini ‘Aisyiyah memiliki dan membina Badan Usaha Ekonomi yang sudah mencapai 1426 buah yang bergerak dalam bidang koperasi, pertanian, industri rumah tangga, pedagang dan lain-lainnya. Itulah bakti ‘Aisyiyah untuk negeri tercinta Indonesia. ‘Aisyiyah telah menunjukkan bahwa gerakan perempuan bisa menjadi tonggak kemajuan peradaban bangsa dan dunia. Selama lebih dari satu abad ‘Aisyiyah telah hadir menjadi uswah hasanah untuk masyarakat dunia dalam membangun peradaban. Selamat Milad ‘Aisyiyah yang ke-107. ‘Aisyiyah terus mengokohkan dan memperluas dakwah kemanusiaan semesta. (***)

Dr. M. Nurdin Zuhdi, S.Th.I., M.S.I.
Dosen Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Sumber: https://opini.harianjogja.com/read/2024/05/19/543/1175001/opini-milad-aisyiyah-ke-107-perempuan-berkemajuan-memajukan-peradaban
Tokoh

Graph

Extracted

companies Dana, Google,
organizations ‘Aisyiyah, Muhammadiyah,
ngos GARDA,
religions Islam,
parties Berkarya,
products UMKM,
nations Indonesia, Israel, Palestina,
places DI YOGYAKARTA,
cities Yogyakarta,
cases covid-19,