Memahami Diri Menuju Ketenangan Jiwa Sejati

  • 04 Mei 2024 11:10:17
  • Views: 3

Jakarta -

Judul Buku: Seni Berdialog dengan Diri Sendiri; Penulis: Dr. Muhammad Ibrahim; Penerbit: PT Qaf Media Kreativa, 2023; Tebal: 227 halaman

Dalam menjalani kehidupan pasti manusia akan merasakan berbagai macam tekanan pada setiap aspek yang dia jalani. Misalkan tekanan pada pekerjaan, seperti deadline ketat, tuntutan kinerja yang tinggi, dan lingkungan kerja yang kompetitif.

Demikian pula dalam aspek finansial yang menjadi faktor signifikan manusia untuk bertahan hidup. Biaya hidup yang terus meningkat serta tantangan dalam mengelola keuangan pribadi terkadang membuat manusia menjadi frustrasi.

Masalah interpersonal seperti masalah dalam hubungan, konflik keluarga, dan tekanan sosial dari lingkungan sekitar juga mampu memberikan tekanan hidup dan mempengaruhi kesehatan mental seseorang. Tak kalah pentingnya adalah tekanan dari perkembangan teknologi dan informasi dengan perubahan cepatnya juga dapat menciptakan tekanan tambahan dalam menjaga keseimbangan hidup sehari-hari.

-

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam menghadapi berbagai tekanan hidup ini sering individu cenderung menyalahkan diri sendiri sebagai respons atas kesulitan yang mereka alami. Bahkan tak jarang yang menyalahkan diri secara berlebihan; perilaku ini dikenal dengan istilah self blaming dalam ilmu psikologi.

Perilaku self blaming ini terjadi karena adanya harapan yang terlalu tinggi terhadap diri sendiri atau persepsi bahwa mereka seharusnya mampu mengatasi segala kesulitan akibat tekanan hidup tersebut. Akibatnya, ketika menghadapi kesulitan atau kegagalan, individu cenderung menginternalisasi rasa bersalah dan merasa bahwa mereka sendirilah yang bertanggung jawab atas keadaan sulit tersebut.

Banyak yang menyebutkan self blaming merupakan pelecehan emosional tertinggi dan paling toxic. Karena dapat berdampak negatif terhadap kesehatan mental dan menciptakan lingkaran siklus negatif yang sulit untuk diputuskan.

Tidak bisa dipungkiri bahwa tidak semua individu manusia pandai berinteraksi dengan dirinya sendiri dan pandai menghadapi segala permasalahan yang ada di dalamnya. Salah satu contohnya adalah kecenderungan menghakimi diri sendiri secara keras tanpa melalui penilaian yang adil. Banyak yang tidak menyadari bahwa hal tersebut mampu menjadi pemicu terjadinya perilaku self blaming yang membahayakan kesehatan mental.

Melalui buku berjudul Seni Berdialog dengan Diri Sendiri ini Dr. Muhammad Ibrahim menawarkan solusi agar setiap individu mampu berdamai dengan diri sendiri saat menghadapi berbagai permasalahan yang kebanyakan datang karena tekanan kehidupan sehari-hari. Sehingga perilaku self blaming yang bermuara pada masalah psikologi seperti stres, depresi, frustrasi, overthinking, hingga insecure tidak terjadi.

Berdialog dengan diri adalah salah satu cara menghadapi serangan psikologis yang sering kita sebagai manusia biasa tidak kuat untuk membendungnya. Buku ini juga mengajarkan dan menuntun pembacanya bagaimana cara berinteraksi yang benar dengan diri sendiri supaya kesehatan mental tetap terjaga.

Selain mengajak pembacanya untuk menyelami diri sendiri agar bisa menemukan kekuatan alamiah dalam menghadapi tekanan psikologis, buku ini juga berisi trik-trik psikologis sebagai terapi yang disarikan dari pengalaman penulis sebagai seorang psikiater.

Diperkuat dengan berbagai bahasan studi ilmiah di bidang psikologi dan wawasan Qur'ani menjadikan solusi yang ditawarkan oleh penulis lebih realistis untuk dilakukan. Penulis mengajak pembacanya untuk menerima kelemahan yang ada pada diri sendiri, kerentanan terhadap overthinking, insecure, dan sifat-sifat alami yang ada pada manusia justru sebagai obat mujarab dalam menghadapi tekanan psikologis.

Di bab awal berjudul Sesi Konseling Psikologi penulis mengkritik tentang rasa percaya diri yang mendominasi mayoritas manusia dan menyita sebagian besar kehidupan mereka. Rasa percaya diri ini menurut penulis akan mengalihkan pikiran manusia agar merealisasikan sesuatu yang disebut sebagai "superman" (manusia super).

Istilah manusia super yang muncul bersamaan dengan filsafat eksistensialisme Nietzsche ini akan mendorong manusia untuk menjadi makhluk individualis yang hanya percaya kepada kekuatan dirinya sendiri dalam menghadapi segala permasalahan termasuk tekanan psikologis dalam berbagai aspek kehidupan.

Padahal nyatanya tidak demikian; tidak ada seorang pun yang tidak membutuhkan siapa pun dan mampu mengandalkan dirinya sendiri sepanjang waktu serta tidak pernah melakukan kesalahan sama sekali. Ini menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk yang lemah dan terbatas. Oleh sebab itu, penulis buku ini lebih suka menyebut "rasa percaya diri" dengan sebutan "penghargaan diri".

Bukan tanpa alasan, permasalahan rasa percaya diri yang saat ini paling banyak dikeluhkan oleh manusia bersumber dari masalah tidak bisanya manusia menghargai dan menghormati dirinya sendiri.

Menghargai dan menghormati diri merupakan bagian utama untuk mencapai kebahagiaan dan ketenangan jiwa. Jika kamu menyebut dirimu dengan hal-hal buruk dan menghakiminya terlalu keras maka dirimu sendiri tidak akan kuat untuk menopang beban-bebanmu. Ia juga tidak akan bisa memberimu kekuatan-kekuatan yang dimilikinya. (Halaman 5)

Penulis juga memberi trik bagaimana caranya agar berani berkata "tidak" terhadap orang lain. Menurut penulis, terlalu bersikap baik dan selalu memenuhi permintaan orang lain justru tidak menyehatkan mental. Pembahasan tentang kata "tidak" ini dibahas panjang lebar oleh penulis pada bab berjudul Katakan Tidak.

Hal lain yang juga membuat beberapa orang takut untuk berkata "tidak" adalah karena ini berkaitan dengan penghargaan orang lain kepada dirinya. Ia selalu berkata "ya" untuk menyelesaikan banyak pekerjaan orang lain, penghargaan terhadap dirinya bertambah. Setiap kali ia tidak menyelesaikan pekerjaan orang lain dengan maksimal, kepercayaan terhadap dirinya juga ikut berkurang. (Halaman 75)

Dan, masih banyak pembahasan terkait terapi dan trik psikologis lainnya yang bisa membantu pembaca buku ini bisa memahami potensi yang ada pada diri sendiri. Di mana potensi tersebut merupakan bekal yang dianugerahkan oleh Sang Pencipta kepada manusia untuk menghadapi segala berbagai tekanan dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari.

Memiliki judul asli Jalsat Nafisyyah Hatta Tashilu ila al-Sakinah al-Nafsiyah, di negeri asalnya yaitu Mesir buku ini sudah memasuki cetakan yang ke 23. Bergenre self improvement, saya pribadi menyarankan buku ini dibaca oleh siapa saja yang ingin meningkatkan kemampuan diri, minat, bakat, potensi, kesadaran diri, keterampilan hingga kualitas kehidupan menjadi lebih baik.

Setidaknya setelah membaca tuntas buku ini para pembaca bisa menggali potensi yang ada pada diri sendiri, dan menjadikannya sebagai kekuatan dalam menghadapi segala tekanan dalam mengarungi hidup.

Bagi Anda yang masih berstatus sebagai pelajar di jenjang Sekolah Menengah Atas bisa membacanya pada saat sedang santai selepas belajar. Bagi Anda para pekerja atau karyawan, bisa membacanya ketika sedang rehat atau saat bersantai di rumah.

Penulis buku ini adalah Dr. Muhammad Ibrahim, seorang psikiater yang sesi ceramahnya banyak digemari oleh generasi muda di Kairo. Demikian pula dengan sesi-sesi konseling psikologinya yang selalu ramai peminat; dia piawai mengurai topik-topik pelik psikologi dengan bahasa yang mudah dipahami. Pembahasannya juga kerap diperkaya dengan wawasan keagamaan yang autentik sehingga relevan untuk individu dan masyarakat religius.

(mmu/mmu)
Sumber: https://news.detik.com/kolom/d-7323078/memahami-diri-menuju-ketenangan-jiwa-sejati
Tokoh

Graph

Extracted

organizations PERSEPSI,
nations Mesir,
places DKI Jakarta,
cities Kairo,