Navigasi Bisnis, dari Samudra Biru ke Samudra Hitam

  • 04 Mei 2024 06:38:28
  • Views: 2

Dunia bisnis bagaikan lautan luas, penuh dengan peluang dan tantangan. Dalam lautan yang luas ini, perusahaan berlayar untuk mencapai tujuannya. Dalam perjalananya, ada berbagai macam samudra yang dipilih dan dilewati. Secara umum, perusahaan direkomendasikan untuk menghindari red ocean (samudra merah) dan masuk ke dalam blue ocean (samudra biru).

Namun demikian, ada baiknya perusahaan perlu mengenal samudra-samudra lain yang tak kalah menarik seperti black ocean (samudra hitam) yang dalam beberapa tahun terakhir ini digandrungi oleh perusahaan-perushaan ternama seperti Amazon, Apple, Netflix, hingga Gojek.

Samudra merah mengilustrasikan sebuah keadaan pasar yang sudah ada dan penuh dengan persaingan ketat. Para pemain yang berada di dalam samudra merah akan menawarkan produk dan layanan yang serupa dengan harga bersaing. Hal ini dapat mengarah pada istilah yang sering kita kenal dengan perang harga. Hal ini sangat tidak menguntungkan bagi pemain kecil seperti UMKM yang cenderung tidak memiliki modal besar. Salah satu cara untuk menghindari samudra merah adalah dengan menerapkan strategi samudra biru.

Strategi samudra biru bagaikan menemukan pulau tersembunyi di lautan luas. Di samudra ini, perusahaan menciptakan sebuah pasar baru yang belum terjamah dan bebas dari persaingan dengan cara menciptakan suatu produk atau layanan yang unik dan berbeda, tidak sekadar bersaing dengan harga dan fitur-fitur lain yang sudah ada. Dengan cara tersebut, perusahaan tidak perlu bersaing secara langsung dengan pemain lama yang sudah mapan dan mampu menghindari perang harga seperti yang terjadi di samudra merah.

Hingga saat ini, strategi samudra biru yang diperkenalkan oleh W. Chan Kim dan Renée Mauborgne pada 2005 telah menjadi landasan penting dalam inovasi bisnis. Tapi apa yang terjadi setelah perusahaan berhasil menciptakan samudra biru? Inilah saatnya kita mengenal lebih jauh tentang strategi samudra hitam.

Strategi samudra hitam bagaikan mempertahankan pulau yang telah dikuasai di lautan. Pastinya tidak ada perusahaan yang rela kesuksesan yang telah diraih dapat dengan mudah diikuti, ditiru, bahkan direbut oleh perusahaan lain. Di sini, perusahaan yang telah sukses di pasar samudra biru perlu mempertahankan dominasinya dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat dan pendatang baru yang ingin merebut pasar dengan membangun benteng pertahanan yang kokoh.

Benteng yang dibangun dengan kokoh akan menjadi hambatan yang sulit ditembus oleh para pendatang baru. Banyak cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan mulai untuk memperkuat bentengnya dengan cara mendapatkan kekayaan intelektual seperti merek dagang, hak cipta, dan paten, hingga meningkatkan biaya peralihan.

Menurut Michael Lewrick dalam bukunya berjudul Design Thinking for Business Growth, fokus utama dari strategi lautan hitam adalah melakukan kolaborasi radikal. Alih-alih bersaing, perusahaan membangun sebuah ekosistem bisnis yang memungkinkan perusahaan lain untuk saling berkolaborasi dan menciptakan nilai baru. Ekosistem yang kuat dapat mendorong nilai pelanggan dan profitabilitas yang konsisten.
Dengan membangun ekosistem yang saling menguntungkan, perusahaan dapat menciptakan proposisi nilai yang lebih menarik bagi pelanggan dan mendorong pertumbuhan jangka panjang. Ekosistem bisnis yang dirancang dengan baik dapat membuat sistem lain atau perusahaan lain tidak dapat bersaing dengan proposisi nilai yang sama atau serupa.

Amazon merupakan contoh utama perusahaan yang secara evolusi telah berhasil menjadi orkestrator ekosistem bisnis yang dominan. Keterbukaan Amazon sebagai perantara dalam ekosistem bisnis yang mereka bangun menghasilkkan pertumbuhan eksponensial, sekitar 60% pendapatan Amazon berasal dari bisnis perantara ini.

Perjalanan digital Amazon dimulai pada 1995 dengan mendigitalkan proses yang ada (menjual buku secara online) yang dilanjutkan dengan mendigitalkan konten (contoh: e-book dan format kindle), hingga sekarang, Amazon telah berhasil menyediakan segala macam produk, layanan fisik maupun layanan digital, baik itu secara B2C maupun B2B.

Setiap layanan yang disediakan Amazon terkoneksi satu sama lainnya. Misalnya saja Amazon kindle, konsumen dapat secara bersamaan mengonsumsi berbagai macam produk dan layanan yang merupakan bagian dari portofolio Amazon di platform Amazon Fire. Selain itu, platform Fire dapat digunakan untuk menggunakan produk dan layanan lain di luar ekosistem Amazon, seperti akses ke jejaring sosial, penawaran hiburan, dan berbagai aplikasi.

Pergeseran Strategi
Perusahaan tidak hanya puas dengan strategi samudra biru. Perusahaan yang awalnya telah berhasil di samudra biru perlu mempertimbangkan strategi samudra hitam untuk mempertahankan kesuksesan jangka panjang. Dalam melakukan pergeseran strategi dari samudra biru ke samudra hitam, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.

Inovasi yang berkelanjutan. Penting untuk diingat bahwa samudra hitam tidak menjamin dominasi kekal. Sangat penting bagi perusahaan untuk tetap perlu melakukan inovasi secara terus menerus-menerus. Sebagai contoh, Netflix, yang awalnya mendistrupsi industri film dengan menyediakan layanan streaming film dan sekarang mendominasi pasar layanan streaming film tetap perlu terus berinovasi dengan memproduksi konten orisinal dan konten eksklusif berkualitas tinggi dan juga mengembangkan fitur-fitur baru untuk menghadapi persaingan dari platform streaming lainnya.
Orkestrasi Ekosistem. Perusahaan harus fokus pada membangun, memelihara dan mengoptimalkan ekosistem bisnis. Ini melibatkan kolaborasi dengan berbagai perusahaan baik itu mitra maupun pesaing, mengatasi hambatan dalam ekosistem, dan memastikan penciptaan nilai untuk semua peserta yang terlibat dalam ekosistem tersebut.

Misalnya, Gojek, telah sukses membangun ekosistem yang luas yang mencakup layanan transportasi, pesan-antar makanan, pembayaran digital, hingga point-of-sale. Gojek terus berupaya mengembangkan ekosistem bisnisnya dengan menggandeng pihak pihak lain, seperti Tokopedia, di mana saat ini telah bertansformasi menjadi GoTo.

Manuver Pertahanan. Perusahaan dapat memperkokoh bentengnya dengan berbagai cara seperti pembangunan portofolio kekayaan intelektual yang kuat dan menciptakan biaya perpindahan yang tinggi bagi pelanggan. Perusahaan seperti Apple merupakan perusahaan yang sukses membangun benteng yang kokoh dengan memiliki berbagai merek dagang, hak cipta, dan paten. Disamping itu, mereka juga berhasil menciptakan biaya perpindahan yang tinggi untuk pelanggannya melalui ekosistem produk yang dibangun.

Raden Agoeng Bhimasta
Dosen Program Studi Manajemen Fakultas Bisnis dan Ekonomika UAJY

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Sumber: https://opini.harianjogja.com/read/2024/05/02/543/1173095/opini-navigasi-bisnis-dari-samudra-biru-ke-samudra-hitam
Tokoh

Graph

Extracted

companies Amazon, Gojek, Google, GoTo, Netflix, Tokopedia,
products UMKM,
cities Pasar Baru,
brands Apple,