Produksi Ganja Sintetis PINACA Pertama di Indonesia Terungkap, Bagaimana Peredarannya?

  • 03 Mei 2024 13:34:37
  • Views: 3

PIKIRAN RAKYAT - Polisi melakukan penggerebekan terhadap rumah elite di Sentul, Jawa Barat yang dijadikan sebagai tempat produksi bahkan baku tembakau sintetis atau sinte, Minggu, 28 April 2024. Ini merupakan kasus pertama yang mengungkap bahwa bahan baku yang mengandung cannabinoid sintetis MDMB-4en-PINACA dapat diproduksi di Indonesia.

Kepala Subdirektorat III Narkoba Polda Metro Jaya, Kompol Malvino Edward Yusticia, menyatakan bahwa sebelumnya tidak pernah terdeteksi produksi Pinaca di dalam negeri.

Namun demikian, zat yang termasuk dalam narkotika golongan satu ini telah beberapa kali ditemukan terkandung dalam sinte yang dibuat dan diedarkan di Indonesia.

“Jadi ini bukan industri rumahan yang memproduksi tembakau sintetisnya. Laboratorium ini memproduksi Pinaca, Pinaca itu yang kemudian diolah menjadi likuid yang disemprotkan ke tembakau,” kata Malvino kepada BBC News Indonesia pada Rabu, 1 Mei 2024.

MDMB-4en-PINACA adalah senyawa kimia buatan yang merupakan salah satu derivatif dari cannabinoid sintetis, yang umumnya dikenal sebagai ganja sintetis.

Cannabinoid sebenarnya adalah zat yang terdapat secara alami dalam ganja. Namun, dalam konteks ini, senyawa kimia buatan tersebut disebut sebagai cannabinoid sintetis karena menghasilkan reaksi kimia yang serupa dengan cannabinoid alami.

Bagaimana Peredaran PINACA di Indonesia?

Setelah terdeteksi di Eropa pada tahun 2017, Pinaca kemudian menjadi salah satu jenis ganja sintetis yang paling populer dalam kurun waktu 1,5 tahun berikutnya.

Menurut National Institute of Drug Abuse (NIDA), ganja sintetis yang diproduksi secara ilegal biasanya dicampurkan ke dalam tembakau atau cairan untuk vaping. Produk-produk tersebut dikenal secara global dengan nama pasar seperti 'K2' dan 'Spice'.

“Banyak orang melaporkan bahwa mereka menggunakan produk-produk ini karena kadang lebih murah dan lebih mudah diakses sebagai alternatif pengganti ganja,” tulis NIDA.

Di Indonesia, Malvino menyatakan bahwa kandungan Pinaca pernah ditemukan pada produk seperti tembakau gorilla.

“Sinte ini 99% penggunanya anak muda di kampus-kampus, rata-rata berusia 17 sampai 25 tahun,” kata Malvino.

“Salah satu faktornya bisa jadi harga yang terjangkau itu. Harga jualnya itu berkisar Rp100.000 per satu gram,” tuturnya.

Efek Samping Menggunakan PINACA

Beberapa penelitian ilmiah telah menunjukkan bahwa mengonsumsi zat yang mengandung Pinaca dapat menyebabkan gejala fisik, seperti halusinasi hingga kejang.

Dari November 2020 hingga Maret 2021, Ruben Goncalves dan rekan melakukan studi terhadap 13 pasien yang hasil uji urinnya positif mengandung MDMB-4en-PINACA.

Berdasarkan literatur ilmiah yang diterbitkan pada tahun 2022, disebutkan bahwa gejala yang muncul meliputi halusinasi, midriasis, amnesia, kejang, paranoia, kecemasan, serta gangguan pencernaan seperti mual dan muntah.

Terjadi kasus kematian yang diduga terkait dengan konsumsi MDMB-4en-PINACA, namun dampak zat tersebut terhadap kematian tersebut masih belum diketahui dengan pasti.


Sumber: https://www.pikiran-rakyat.com/nasional/pr-018038567/produksi-ganja-sintetis-pinaca-pertama-di-indonesia-terungkap-bagaimana-peredarannya?page=all
Tokoh

Graph

Extracted

ministries Polda Metro Jaya, Polisi,
topics Paranoia,
products Ganja, Narkotika,
nations Indonesia,
places JAWA BARAT,
cases Narkoba,
plants Tembakau,
musicclubs APRIL,