10 Rekomendasi Buku Puisi Joko Pinurbo, Bahasa Sederhana yang Sarat Makna

  • 28 April 2024 02:22:28
  • Views: 3

PIKIRAN RAKYAT - Kabar duka dari dunia sastra tanah air lewat kepergian sastrawan sekaligus penyair Joko Pinurbo. Beliau dinyatakan meninggal dunia pada Sabtu, 27 April 2024 pukul 7.14 WIB.

Joko Pinurbo sempat melalui masa pengobatan hingga menghembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Panti Rapih, Yogyakarta. Pihak keluarga dan budayawan turut menyebarkan kabar duka cita itu.

Untuk mengenang karya-karyanya, berikut sejumlah rekomendasi buku puisi karya Joko Pinurbo selama terjun dalam dunia sastra Indonesia.

"Bangun tidur, ia langsung menghidupkan telepon genggam: mudah-mudahan ada pesan. Masih ngantuk. Masih ada kabut mimpi di matanya. Masih temaram," demikian bunyi penggalan salah satu puisi Joko Pinurbo dalam buku 'Telepon Genggam' tersebut.

Telepon Genggam terbit pertama kali melalui Kompas pada 2003, lalu diterbitkan ulang oleh Basa Basi pada tahun 2017 dan Diva Press pada 2020. Isinya berjumlah 79 halaman dengan 31 puisi yang berasal dari hasil penulisan dalam rentang waktu 2002-2003.

Di dalam buku puisi itu, Jokpin mengangkat berbagai tema kehidupan sehari-hari yang dibahasakan secara ringan dan berfilosofis, seperti jam dinding, foto, anjing, ojek, pengarang, mandi, buku, kanibal, dan ibu.

"Malam ini aku mau minum di bibirmu. Seperti mulut kata mendapatkan susu sepi yang masih hangat dan murni, seperti lidah doa membersihkan sisa nyeri pada luka lambung yang tak terobati," demikian bunyi penggalan salah satu puisi Joko Pinurbo dalam buku 'Kepada Cium' tersebut.

Kepada Cium terbit pertama kali melalui Gramedia Pustaka Utama pada 2007 Isinya berjumlah 42 halaman dengan 33 puisi yang rata-rata pendek penulisannya, berbahasa sederhana, tetapi mengandung makna mendalam.

Di dalam buku ini, Jokpin menggambarkan perenungan kemiskinan yang dialami orang-orang di sekitarnya yang begitu pahit dan manis dalam sekali baca.

"Kurang atau lebih, setiap rezeki perlu dirayakan dengan secangkir kopi," demikian bunyi penggalan salah satu puisi Joko Pinurbo dalam buku 'Surat Kopi' tersebut.

Surat Kopi terbit pertama kali melalui Motion Publishing pada 2014, lalu Grasindo menerbitkan ulang dengan pertambahan sejumlah sajak baru pada 2019. Isinya berjumlah 53 halaman dengan 163 sajak yang rata-rata memiliki panjang empat.

Puisi-puisi itu berasal dari cuitan Jokpin dalam akun Twitter-nya sepanjang rentang waktu 2012-2014.

Malam Ini Aku Tidur di Matamu (2016)

"Mata waktu, mata sunyi: memanggil, menelan ceruk cinta yang haus warna, ceruk perempuan, malam ini aku akan tidur di matamu," demikian bunyi penggalan salah satu puisi Joko Pinurbo dalam buku 'Malam Ini Aku Tidur di Matamu' tersebut.

Malam Ini Aku Akan Tidur di Matamu terbit pertama kali melalui Grasindo pada 2016. Isinya berjumlah 136 halaman dengan 79 puisi yang dibagi menjadi enam bagian.

Di dalam buku puisi ini, Jokpin mengumpulkan sajak-sajak yang pernah terbit dari buku Celana (1999) hingga Tahilalat (2012).

Selamat Menunaikan Ibadah Puisi (2016)

"Dari kamar mandi yang jauh dan sunyi, saya ucapkan selamat menunaikan ibadah puisi," demikian bunyi penggalan salah satu puisi Joko Pinurbo dalam buku 'Selamat Menunaikan Ibadah Puisi' tersebut.

Selamat Menunaikan Ibadah Puisi terbit pertama kali melalui Gramedia Pustaka Utama pada 2014. Isinya berjumlah 213 halaman dengan 121 puisi yang ditulis dalam kurun waktu 1989-2012.

Buku puisi kali ini merupakan karya-karya Jokpin yang sudah pernah terbit dan digabungkan kembali. Buku ini diharapkan menjadi buku pengenal bagi para pembaca baru.

"Ketika akhirnya matamu mati, kita sudah menjadi kalimat tunggal yang ingin tetap tinggal dan berharap tak ada yang bakal tanggal," demikian bunyi penggalan salah satu puisi Joko Pinurbo dalam buku Latihan Tidur tersebut.

Latihan Tidur terbit pertama kali melalui Gramedia Pustaka Utama pada 2017. Isinya berjumlah 82 halaman dengan 45 puisi yang berasal dari buku Celana (1999) hingga Tahilalat (2012).

Di dalam buku puisi ini, Jokpin mengangkat berbagai tema kehidupan sehari-hari, mulai dari kritik sosial hingga persoalan agama.

Perjamuan Khong Guan (2020)

"Simsalabim, buka! Isinya ternyata ponsel, kartu ATM, tiket voucher, obat jimat, dan kepingan-kepingan rindu yang sudah membatu," demikian bunyi penggalan salah satu puisi Joko Pinurbo dalam buku 'Perjamuan Khong Guan' tersebut.

Perjamuan Khong Guan terbit pertama kali melalui Gramedia Pustaka Utama pada 2020. Isinya berjumlah 130 halaman dengan 80 puisi yang tebagi dalam empat kaleng.

Di dalam masing-masing kaleng, Jokpin mengangkat berbagai tema tentang realitas sekitarnya, mulai dari tradisi, budaya, peristiwa, harapan, dan masalah sosial.

Bulu Matamu Padang Ilalang (2019)

"Bulu matamu: padang ilalang, di tengahnya sebuah sendang. Kata sebuah dongeng, dulu ada seorang musafir datang bertapa untuk membuktikan apakah benar wajah bulan bisa disentuh lewat dasar sendang," demikian bunyi penggalan salah satu puisi Joko Pinurbo dalam buku 'Bulu Matamu Padang Ilalang' tersebut.

Bulu Matamu Padang Ilalang terbit pertama kali terbit melalui Motion Publishing pada 2014, lalu Diva Press menerbitkan ulang pada 2019. Isinya berjumlah 54 halaman dengan 30 puisi yang berasal dari buku-buku terbitan sebelumnya sepanjang 1980-1991.

Buku ini merupakan bukti nyata tahun-tahun awal kepenyairan Jokpin yang menunjukkan sisi muramnya terhadap perenungan kehidupan.

Sepotong Hati di Angkringan (2021)

"Angkringan adalah nama sebuah sunyitempat kau melerai hati lebih-lebih saat hatimu disakiti sepi," demikian bunyi penggalan salah satu puisi Joko Pinurbo dalam buku 'Sepotong Hati di Angkringan' tersebut.

Sepotong Hati di Angkringan terbit pertama kali terbit melalui Diva Press pada 2021. Isinya berjumlah 80 halaman dengan 45 puisi yang tebagi dalam dua bagian, yakni Sepotong Hati di Angkringan dan Ibadah Mandi.

Di bagian pertama, Jokpin menggambarkan Yogyakarta dengan berbagai pemikiran manusia, mulai dari kesunyian hingga kerinduan.

Sedangkan di bagian kedua, Jokpin menggambarkan hasil perenungannya tentang wabah corona yang mendera seluruh masyarakat dunia.

"Di antara kolang-kaling yang terhidang manis dalam gelas bening itu, terselip biji matamu berkedip-kedip memandangku," demikian bunyi penggalan salah satu puisi Joko Pinurbo dalam buku 'Kabar Sukacinta' tersebut.

Kabar Sukacinta terbit pertama kali terbit melalui Kanisius pada 2021. Isinya berjumlah 80 halaman dengan 40 puisi yang menggambarkan dunia spiritualitasnya.

Meskipun banyak isu-isu agama, Jokpin juga memasukkan gambaran keadaan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari yang cocok menjadi bahan renungan para pembacanya.

Itulah rangkuman rekomendasi buku puisi karya Joko Pinurbo yang begitu populer di Indonesia.***


Sumber: https://www.pikiran-rakyat.com/nasional/pr-018015951/10-rekomendasi-buku-puisi-joko-pinurbo-bahasa-sederhana-yang-sarat-makna?page=all
Tokoh

Graph

Extracted

companies Twitter,
nations Indonesia,
places DI YOGYAKARTA,
cities Yogyakarta,
cases covid-19,
animals Anjing,
musicclubs APRIL,