PIKIRAN RAKYAT – Tan Malaka selalu ditempatkan sebagai sosok yang menghantui pinggiran sejarah kaum kiri.

Aktivitas politik dan pergerakannya sudah menjadi semacam mitos.

Hidup dalam pengasingan, penjara, dan memiliki seribu nama samaran untuk mengelabui penangkapan tentara Belanda.

Tan Malaka sebelum Soekarno dan Hatta muncul di permukaan, adalah pemuda Indonesia yang paling harus dicari, dan diasingkan, karena membenci kolonialisme dan ketidakadilan Belanda.

Baca Juga: Kades asal Bekasi Peraih Penghargaan AntiKorupsi Ditahan Lantaran Diduga Maling Uang Rakyat

Di Manila, ia menggunakan nama Elias Fuentes, di Sionching pakai Ossorio, Hassan Ghozali di Singapura, Tan Ho Seng di Medan, Tan Ming Sion di Burma dan di Banten menggunakan nama Ilyas Husein.

Ia dikenal namun tak setenar Soekarno atau Hatta di kemudian harinya.

Dua tokoh proklamator kemerdekaan 17 Agustus 1945 yang sewaktu mudanya justru belajar menjadi aktivis kemerdekaan dari buku-buku Tan Malaka.

Lewat buku Tan Malaka berjudul Naar de Republiek Indonesia (Menuju Republik Indonesia) yang terbit pada tahun 1924.