KBRN, Jakarta: Kementerian Pertanian mengungkapkan harga bahan baku hingga pupuk tercatat mengalami kenaikan dalam setahun terakhir. Data yang dimiliki menunjukkan harga gas alam bahan baku urea naik hingga 90,96 per 17 Juli 2022, begitu juga dengan harga urea yang meningkat hingga 52,59%. 

Harga gas alam itu naik 90 persen lebih dalam setahun terakhir, terus kemudian harga urea naik 52 persen dalam setahun terakhir ini, kata Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Ali Jamil di Jakarta, Senin (1/8/2022).

Ali menjelaskan meningkatnya harga pupuk dampak dari situasi geopolitik global, seperti perang Rusia dan Ukraina yang mengganggu suplai bahan baku pupuk. Kemudian pembatasan ekspor fosfor dan kalium yang dilakukan China, diketahui kedua negara tersebut merupakan pengekspor pupuk dan bahan baku pupuk terbesar dunia. 

Termasuk dampak dari situasi pandemi Covid-19 yang belum berakhir hingga saat ini.

Gas alam kita, memang kita punya gas alam tapi itupun bahan baku pasti juga naik karena harga di global juga naik. Pembatasan ekspor fosfor dan kalium dari China misalnya, membuat terganggunya suplai bahan baku dari negara-negara, katanya.

Ali menegaskan, kondisi ini tidak hanya mempengaruhi Indonesia tapi juga negara-negara lain yang menggunakan pupuk. Untuk itu, pupuk bersubsidi yang diberikan merupakan bentuk kehadiran pemerintah dengan menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang terjangkau petani.

Semua kita punya semangat, katanya.

Sebelumnya, pemerintah mengalokasikan Rp 25 triliun untuk subsidi pupuk 16 juta petani. Akan tetapi pupuk yang disalurkan hanya ada 2 jenis, Urea dan NPK. 

Subisidi pupuk ini juga terbatas hanya menyasar 9 komoditas utama, padi, jagung, kedelai, cabai, bawang merah, bawang putih, kopi, kakao, dan tebu rakyat.