YOGYA, KRJOGJA.com – Era disrupsi menjadi tantangan tersendiri bagi pengusaha. Disrupsi identik dengan gangguan atau kekacuan yang tidak lazim untuk itu dibutuhkan kemampuan beradaptasi. Ada adagium, era disrupsi mau berhadaptasi atau mati.

Demikian diungkapkan Sartini SE SACC PhD, dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Ahmad Dahlan Meeting Room Kampus 2B UAD, Jalan Pramuka, Umbulharjo, Yogya, Rabu (27/07/2022). Kegiatam Pengabdian Kepada Masyarakat tersebut diselenggarakan Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (Iwapi) Kota Yogyakarta bersama FEB-UAD.

Pengabdian bertema ‘Penguatan Daya Saing Usaha Mikro Kecil Menenga/UMKM melalui Transformasi Bisnis dan Bimtek Pembuatan Masker Decoupage’ dengan narasumber Sartini SE MSAcc PhD. Dalam program dilakukan pendampingan oleh Poppy Laksita Rini SE MSc, Palupi Melati Pangastuti STP MSc dan Indah Kurniawati SE MSi.

Menurut Sartini, bagi yang tidak siap di era disrupsi rata-rata sangat enggan melakukan adaptasi. “Namun adanya pandemi Covid-19, masyarakat dipaksa melakukan adaptasi dengan serba digital, katanya. Konsekuensinya dipaksa beradaptasi. Ada beberapa adaptasi bisa dilakukan terutama bagi pengusaha, yakni membangun kekuatan tim yang solid. Selain itu, melakukan pengetatan keuangan. “Tak kalah pentingnya membangun empati, ucapnya.

Sedangkan Indah Kurniawati SE MSi selaku Ketua DPC Iwapi Kota Yogyakarta mengatakan, para peserta sebenarnya sudah memiliki UMKM dan usaha sendiri-sendiri. “Workshop ini untuk memberi wawasan dan langkah kreatif, inovatif dan transformatif, ujarnya. UMKM yang dikelola sudah jalan, tetapi masker ini memiliki peluang usaha untuk dikembangkan dan memiliki nilai ekonomis.

Dikatakan, peserta diajari membuat masker Decoupage dengan berbagai motif, seperti bunga, burung, kupu-kupu. “Kalau sudah bisa, kemudian dikembangkan lebih jauh dan diproduksi dan dijual secara online, digital marketing, katanya.

Ditambahkan Indah Kurniawati, program Iwapi Kota Yogyakarta kali ini bersama FEB-UAD, lain waktu dengan perguruan tinggi lain. (Jay)