Strategi 5 Negara ASEAN Tekan Inflasi, Beri Subsidi hingga Larang Ekspor

  • 19 Juli 2022 12:59:19
  • Views: 4

Liputan6.com, Jakarta - Ekonomi ASEAN atau negara-negara Asia Tenggara belum terhindar dari dampak melonjaknya harga makanan dan minyak mentah, dan tengah dibebankan dengan risiko resesi global saat masih dalam tahap pemulihan pascapandemi.

Kekhawatiran akan resesi global meningkat, ketika Federal Reserve atau Bank Sentral Amerika Serikat bersiap untuk menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin di bulan Juli dalam upaya untuk memperlambat permintaan domestik.

Inflasi tahunan AS juga sudah mencapai 8,6 persen pada Mei 2022, kenaikan tercepat dalam lebih dari tiga dekade.

Bank Dunia memperkirakan harga pangan akan naik sekitar 20 persen tahun ini karena tekanan yang terus terjadi pada biaya energi dan pupuk sejak awal 2021.

Pada Mei 2022 saja, harga pangan dunia naik 22,8 persen, menurut Indeks Harga Pangan Organisasi Pangan dan Pertanian PBB. Kenaikan ini didorong oleh meningkatnya harga sereal dan daging.

Namun bagaimana negara-negara ASEAN berusaha menekan inflasi, di tengah risiko resesi global

Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan 5 negara ekonomi terbesar ASEAN dalam menekan inflasi, dikutip dari South China Morning Post, Selasa (19/7/2022) : 

Indonesia

Pada Mei 2022, DPR menyetujui permintaan pemerintah untuk meningkatkan subsidi energi sekitar USD 23,8 miliar dalam upaya untuk menahan harga energi di tengah lonjakan inflasi.

Peningkatan subsidi terjadi di saat yang sama ketika pemerintah mencabut larangan ekspor minyak sawit selama tiga minggu, yang diberlakukan untuk meningkatkan pasokan minyak goreng domestik di Tanah Air, produsen minyak nabati terbesar di dunia.

Namun, inflasi Indonesia naik 4,35 persen year-on-year di bulan Juni, laju tercepatnya dalam lima tahun dan jauh melampaui kisaran target BI untuk 2022 sebesar 2-4 persen.

Menurut kepala pusat penelitian Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Zamroni Salim, langkah-langkah untuk menekan inflasi kemungkinan akan memerlukan peningkatan pengeluaran oleh pemerintah guna memastikan ada subsidi yang cukup untuk menghindari lonjakan harga BBM dan pangan.

Jika inflasi relatif tinggi (sekitar 10 persen), masalah itu dapat mengurangi atau mengikis pertumbuhan ekonomi serta daya beli masyarakat. Dengan inflasi di bawah 10 persen, dampaknya masih terkendali, kata Zamroni.

Tetapi tagihan subsidi yang tinggi di Indonesia diperkirakan akan menyebabkan defisit anggaran yang lebih besar tahun ini meskipun pendapatan meningkat dari harga komoditas yang tinggi, kata Trinh Nguyen, ekonom senior Asia di bank investasi Prancis Natixis.

Pendapatan yang lebih tinggi telah mendukung, tetapi tagihan subsidi besar berarti menyisakan lebih sedikit ruang untuk pengeluaran lain yang lebih produktif seperti investasi infrastruktur. Pengeluaran subsidi menekan investasi lain dan masih mengarah pada defisit yang lebih besar dari yang diharapkan, bebernya.'

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Presiden AS, Joe Biden umumkan rencana bantuan sebesar 102 juta dolar untuk kembangkan hubungan kerjasama dengan negara-negara ASEAN. Analis menilai, Indonesia berpotensi mengambil peran pemimpin di kawasan Asia Tenggara.


https://www.liputan6.com/bisnis/read/5017765/strategi-5-negara-asean-tekan-inflasi-beri-subsidi-hingga-larang-ekspor

Sumber: https://www.liputan6.com/bisnis/read/5017765/strategi-5-negara-asean-tekan-inflasi-beri-subsidi-hingga-larang-ekspor
Tokoh



Graph

Extracted

persons Joe Biden,
companies ADA, WhatsApp,
ministries BI, BRIN, DPR RI,
organizations ASEAN,
ngos World Bank,
parties PBB,
topics ekspor,
products daging,
nations Amerika Serikat, Indonesia, Prancis, Republik Rakyat Cina,
places DKI Jakarta,