Di Sini Masih Aman, Tetap Waspada Dan Jangan Terlena

  • 16 Juli 2022 07:02:35
  • Views: 2

RM.id  Rakyat Merdeka - Waspada. Indonesia masuk dalam daftar 15 negara yang berisiko mengalami resesi. Berdasarkan survei Bloomberg, Indonesia berada di peringkat 14 dengan potensi resesi 3 persen.

Resesi adalah suatu kondisi di mana perekonomian suatu negara sedang mem­buruk. Hal ini ditandai dengan penurunan Produk Domestik Bruto (PDB), mening­katnya pengangguran, serta pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal berturut-turut.

Lima belas negara yang berisiko terkena resesi, yakni Sri Lanka 85 persen, New Zealand 33 persen, Korea Selatan dan Jepang 25 persen, China, Hong Kong, Australia, Taiwan dan Pakistan 20 persen.

Kemudian, Malaysia 13 persen, Vietnam dan Thailand 10 persen, Filipina 8 persen, Indonesia 3 persen dan India 0 persen.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan, dibandingkan dengan negara-negara lain dalam daftar itu, Indonesia memiliki indikator ekonomi yang lebih baik.

Indikator neraca pembayaran, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), ketahanan dari PDB korporasi maupun dari konsumsi rumah tangga, semuanya baik.

Monetary policy kita juga relatif dalam situasi yang risikonya 3 persen, diband­ingkan negara lain yang potensi untuk bisa mengalami resesi jauh di atas, yaitu di atas 70 persen, jelas Sri Mulyani dalam kon­ferensi pers di Bali, Rabu (13/7).

Berita Terkait : KUR Masih Tersedia Banyak, Erick Minta Pemda Turun Tangan

Meski begitu, Sri Mulyani mengatakan, Pemerintah akan tetap waspada terhadap ketidakpastian perekonomian dunia, kare­na adanya krisis energi dan pangan. Serta perang Ukraina dan Russia menyebabkan lonjakan inflasi global.

“Tidak berarti kita terlena, kita tetap waspada. Namun, message-nya adalah kita tetap akan menggunakan semua instrumen kebijakan, ujarnya.

Menurut Sri Mulyani, semenjak ter­jadinya krisis global pada tahun 2008-2009, sektor keuangan Indonesia relatif jauh lebih prudent dibanding dulu.

Netizen berharap, Indonesia tidak masuk dalam jurang resesi. Pemerintah diharapkan gerak cepat (gercep) mem­perkuat ketahanan pangan dan kurangi impor.

“Sesuai data Bloomberg, probabilitas Indonesia hanya 3 persen alias aman dari resesi, jauh lebih bagus dibanding negara lain. Mari bersyukur seraya terus menjaga kewaspadaan, saran @prastow.

Akun @Hranyen mengatakan, Bank Dunia telah mengingatkan ancaman re­sesi ekonomi global sudah di depan mata banyak negara. Termasuk Indonesia.

Kata @Djex_Xtreme, resesi yang ter­jadi saat ini lebih kepada faktor eksternal. “Yaitu berupa krisis energi. Ini terjadi di semua negara, katanya.

 

Berita Terkait : Sebelum Baku Tembak, Brigadir J Masuk Kamar Istri Kadiv Propam Dan Lakukan Pelecehan

Menurut @andre, yang penting seka­rang Pemerintah gerak cepat untuk ketahanan pangan. Dalam situasi krisis seperti saat ini, ketahanan pangan sangat penting.

“Jangan sampai terlalu banyak impor barang. Karena itu bahaya sekali, keadaan kita untuk hadapi krisis global, kata dia

Akun @Mbah_Moel menyambung. Kata dia, kunci mengatasi resesi adalah bersatu. Khususnya, para elite politik dan ekonomi, serta tidak boleh saling menyalahkan.

“Orang kaya harus royal belanja, khususnya ke UMKM. Agar perputaran uang di masyarakat, khususnya masyarakat bawah tidak kering, katanya.

Menurut @Sipengganggu, ada langkah yang masuk akal untuk mencegah resesi dalam negeri. Stop pembangunan Ibu Kota Negara (IKN), stop proyek-proyek yang hanya menguntungkan oligarki, stop utang luar negeri. “Kalau jalan terus, rakyat akan korban, kata dia.

Akun @ina_surbakti mengungkap­kan, Indonesia sudah pernah resesi di akhir tahun 2020 sampai awal 2021. Yaitu, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan PPKM Level 4.

“Saat ini aktivitas kembali normal. 70 persen ekonomi Indonesia ada di sektor konsumsi rumah tangga yang mati kalau lockdown, tapi nyatanya semua terle­wati, ujarnya.

Berita Terkait : Malam Ini, Pesut Etam Waspada Kejutan PSS Sleman

Akun @S.Bnahor heran, Indonesia masuk dalam daftar negara berisiko resesi. Dia bilang, ekonomi sedang mer­oket seperti yang disampaikan Presiden Jokowi, malah dibilang akan resesi. “Salah nih tukang survei, sindirnya. “Emang kenapa kalau resesi. Apa kita pada mati semua? tanya @Yumaino.

Akun @Paul_Chandra menjawab. Dia bilang, mati sih tidak. Tapi, semakin besar jarak antara orang kaya dan miskin, yang bisa berakibat kepada unstabilitas ekonomi, politik dan keamanan.Dampaknya bisa berimbas pada kerusuhan sosial, kata dia.

Namun, @Denni_Kurniawan tidak percaya dengan daftar resesi yang dibuat Bloomberg. Amerika lucu, saat ini mengalami inflasi besar-besaran dan diprediksi sedang berada di jurang resesi, malah tidak masuk daftar. “Ini propaganda Amerika untuk mendongkrak ekonomi negara mereka. Hati-hati, kata dia.

Akun @Kumiz menuding Amerika curang karena bisa bebas mencetak uang seenaknya dan sebanyak-banyaknya. Sedangkan, negara-negara lain tidak boleh mencetak uang seenaknya. “Jadi (Amerika) jauh dari resesi, kata dia. [TIF]


https://rm.id/baca-berita/nasional/132640/bahaya-resesi-global-di-sini-masih-aman-tetap-waspada-dan-jangan-terlena
 

Sumber: https://rm.id/baca-berita/nasional/132640/bahaya-resesi-global-di-sini-masih-aman-tetap-waspada-dan-jangan-terlena
Tokoh





Graph