Cerita Remaja Nongkrong di Dukuh Atas, Tak Semua Bercita-cita Jadi Selebriti Medsos

  • 15 Juli 2022 11:25:44
  • Views: 13

Merdeka.com - Jeje 'Slebew', Bonge 'Poni Lempar Samping', Kurma, Nadia, Tegar, Roy, merupakan remaja yang berhasil membuat kawasan Dukuh Atas menjadi tongkrongan remaja tanpa perlu standar fashion style ala kawasan elite. Padu padan busana tak mereka jadikan patokan untuk bisa menikmati ruang terbuka kota.

Yang penting gaya, be my self kalau kata orang kota, celetuk Deni asal Tambun, Kabupaten Bekasi, sambil bercengkerama dengan rekan satu gengnya, menghabiskan waktu senja di Kawasan Dukuh Atas.

taboola

Deni dan dua orang rekannya datang ke Jakarta menggunakan KRL. Rute keberangkatan Stasiun Tambun dengan tujuan Stasiun Sudirman. Ongkos yang dikeluarkan Deni dan kawan-kawan hanya Rp4.000 sekali perjalanan.

Sore itu, style Deni dan kawannya kasual, dengan topi sebagai pelengkap aksesori. Turun dari KRL, mereka bertiga berjalan menyusuri keramaian para remaja asal kota-kota penyangga Jakarta. Menikmati keseruan kelompok remaja lain tengah sibuk jadi objek wawancara para pelaku konten media sosial.

2 dari 2 halaman

Ingin Jadi Pemadam Kebakaran

Merdeka.com sempat mengobrol dengan Deni dan menanyakan adakah keinginan menjadi terkenal seperti Jeje saat ini. Respons Deni cukup bijak dan rasional. Di media sosial yang terkenal itu yang cakep, jelek banget, kaya, pinter, celetuknya.

Tak ada cita-cita dari Deni dan kawan-kawan untuk bisa menjadi selebriti dadakan. Tren yang ada saat ini patut dia syukuri, mengikis perlahan batasan ruang terbuka berdasarkan jenjang sosial dan ekonomi.

Deni mengaku tidak ada rasa iri terhadap Jeje dan para remaja selebriti dadakan. Sederhananya, rezeki sudah ada yang mengatur. Fokusnya saat ini menyelesaikan sekolah jenjang SMP untuk lanjut SMA, menambah jejaring dari setiap latar belakang keahlian.

Pandangan Deni soal popularitas juga diamini Usman, remaja kelas 8 asal Buaran Jakarta Timur itu tak ada hasrat menjadi terkenal dan menjelma menjadi selebriti media sosial. Berada di lingkaran pertemanan Jeje dan Bonge, bagi Usman sudah cukup mengetahui selak beluk industri hiburan.

Usman tak asal klaim berada di lingkaran pertemanan Jeje dan Bonge. Dia tak ingin dicap hanya mengaku-ngaku. Usman bahkan video call dengan Bonge, dan bercakap sebentar. Usman juga menunjukkan percakapan WhatsApp dengan Jeje.

Selama berbincang, Usman tidak minder dengan penampilan khas pinggiran kota, pun tahu batas kesopanan dalam berkomunikasi. Dia berujar, dibandingkan menjadi selebriti media sosial seperti Bonge dan Jeje, Usman bercita-cita menjadi pemadam kebakaran.

Saya trauma waktu rumah saya di Bukit Duri kebakaran, makanya pengen jadi pemadam kebakaran saja, kata Usman.

Artis kalau redup gak dapat pendapatan, kalau pemadaman kebakaran bisa dapat gaji bulanan, ungkapnya.

Deni dan Usman, remaja pinggiran kota Jakarta memiliki persamaan kepercayaan diri dan realistis dalam memandang hidup. Namun, keduanya juga sama-sama minim dalam kesadaran kebersihan dan kenyamanan ruang terbuka. Khususnya soal sampah, bagi mereka sampah tanggung jawab petugas sampah, Dinas Lingkungan Hidup yang berjaha di sekitar kawasan Dukuh Atas.

Lagian tempat sampah jauh, jarang juga, salah siapa? kata Usman.

[yan]

https://www.merdeka.com/jakarta/cerita-remaja-nongkrong-di-dukuh-atas-tak-semua-bercita-cita-jadi-selebriti-medsos.html
 

Sumber: https://www.merdeka.com/jakarta/cerita-remaja-nongkrong-di-dukuh-atas-tak-semua-bercita-cita-jadi-selebriti-medsos.html
Tokoh



Graph

Extracted

persons Sudirman,
companies ADA, WhatsApp,
products KRL,
places DKI Jakarta, JAWA BARAT,
cities Bekasi, Bukit Duri, Dukuh,
cases kebakaran,