Viral Fenomena Citayam Fashion Week: Kesetaraan dan Demokrasi Jalan

  • 11 Juli 2022 12:48:30
  • Views: 12

MEREKA datang dari luar Jakarta. Tepatnya, Citayam dan Bojong Gede, yang sebenarnya masuk dalam wilayah Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Kedatangan anak-anak remaja ini ke sekitaran kawasan stasiun Sudirman, Jakarta Pusat adalah sekadar untuk nongki-nongki (nongkrong) bersama teman-teman lainnya. Untuk itu pula, mereka pun datang dengan outfit – atau busana dalam bahasa mereka, yang dianggapnya paling keren.

Beragam busana eh outfit yang memenuhi kawasan itu – ya, karena setelah itu makin membludak saja anak-anak muda yang datang ke sana, kemudian menghadirkan sebuah julukan pada kumpulan itu, Citayam Fashion Week. Sebutan ini disematkan setelah aksi mereka viral di media sosial.

Tentu bukan yang itu yang mereka niatkan. Semula mereka tak pernah membayangkan kegiatan mereka viral dan menjadi perbincangan. Sejatinya, seperti yang disampaikan salah seorang dalam sebuah tayangan video, mereka hanya ingin nongki-nongki merasa nyaman dan tidak ada yang terganggu.

Yang terjadi kemudian, kehadiran mereka menimbulkan sebuah denyut perekonomian di sana. Para penjual tahu bulat dan minuman keliling atau yang mereka sebut dengan Starling – starbuck keliling, bermunculan di sana. Rezeki buat para pedagang keliling tersebut.

Fenomena macam ini sebetulnya pernah terjadi di masa lalu. Pada dekade 1980-an, kegiatan macam ini juga sempat muncul di sebuah sore di seputar Jalan Melawai, Kebayoran, Jakarta Selatan. Istilahnya kala itu adalah jalan-jalan sore atau JJS.

Kebiasaan anak-anak muda saat itu bisa kita lihat jejaknya dalam beberapa film dan juga lagu yang sempat hits di masa itu. Ada dua lagu yang bercerita soal ini dengan melekatkan lokasi dalam judulnya, yakni JJS Lintas Melawai dari alm Hari Moekti dan juga band fussion Karimata, yang menghadirkan Ramona Purba sebagai vokalis dalam lagu Lintas Melawai.

Dalam film Blok M (Bakal Lokasi Mejeng) keriaan anak-anak muda masa itu lebih jelas lagi terlihat. Deretan mobil-mobil keren meluncur di aspal Jalan Melawai dengan penumpangnya berupa anak-anak muda cantik dan tampan dengan dandanan yang keren punya di masanya.

Namun perbedaannya jelas terlihat. Di Citayam Fashion Show yang hadir adalah mereka, anak-anak tanggung dengan busana dan penampilannya tanpa dengan membawa kendaraan yang super keren dan mewah. Mereka datang ke sana dengan menumpang transportasi publik lalu berjalan kaki beramai-ramai ke sana tanpa membuat jalan menjadi macet.

Dari dua peristiwa ini pula kita bisa melihat sebuah perubahan yang mencolok dari wajah Jakarta. Kreativitas tidak lagi perlu disokong dengan materi dan biaya yang membubung tinggi. Mereka cukup jajan starling dan tahu bulat atau penganan street food lainnya. Tak perlu mobil mengkilap untuk eksistensi diri.

Namun tentu saja semua ini takkan terjadi bila jalan-jalan di Jakarta disuguhkan dalam keadaan yang rigid, menutup diri dengan hanya membuka bagi mereka yang memiliki kendaraan. Jakarta menjadi tempat yang pengap seandainya trotoar yang semestinya menjadi tempat interaksi bagi warganya justru dipersempit.

Jakarta sebagai kota global tentu membuka diri seluas-luasnya bagi siapa pun yang ada di wilayahnya. Tak peduli asal mereka. Jalan-jalan di Jakarta yang dalam empat tahun terakhir melebarkan trotoarnya telah memanjakan para pejalan kaki untuk hidup bersama di kota ini adalah upaya untuk itu.

Perubahan wajah jalan di Jakarta tak lain merupakan upaya dari Pemprov DKI Jakarta yang menjadikannya sebagai ruang ketiga, yakni setelah rumah dan tempat kerja atau sekolah, bagi warganya. Di sanalah, ruang terbuka dengan fasiltas yang ada ruang untuk mempersatukan dan menyetarakan warga.

Kehadiran remaja di Citayam Fashion Week ini adalah sebuah hasil nyata dari demokrasi jalan – yang disebut Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, saat ditanya wartawan pada Kamis (7/8/2022) lalu. Dengan kata lain, semua warga dapat menikmati fasilitas Pemprov DKI Jakarta. Tak harus kalangan ekonomi menengah ke atas. Semua golongan dapat menikmatinya.

Bukan saja mereka yang bekerja di kawasan ini (Jalan Sudirman) yang bisa berjalan kaki leluasa tapi warga Jabodetabek juga menikmati pemandangan gedung-gedung tinggi satu-satunya di republik ini, kata Anies ketika itu.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memang menggenjot revitalisasi pedestrian. Hingga akhir 2021, mereka telah merampungkan proyek revitalisasi 10 jalur pedestrian di lima wilayah Ibu Kota Jakarta.

Total, pada 2021, Pemprov DKI Jakarta telah membangun trotoar seluas 52.022 meter persegi di lima wilayah. Jika dijumlahkan secara keseluruhan, sejak 2018 Pemprov telah membangun trotoar seluas 812.328 meter persegi di lima wilayah di Jakarta.

Penataan trotoar pun dilakukan dengan konsep penataan complete street, yaitu penataan ulang ruang jalan sesuai dengan fungsinya. Sehingga mampu mengakomodasi seluruh kebutuhan pengguna jalan dengan memprioritaskan para pejalan kaki, pesepeda, dan pengguna transportasi umum.

Sehingga dengan kenyamanan itu , pedestrian pun akan menjadi lokasi interaksi antarwarga. Pendestrian tidak lagi hanya untuk lalu lalang warga saja, melainkan bisa digunakan untuk berbagai kegiatan baik budaya sampai sosial.

Di situ ada ruang-ruang untuk berkegiatan ada sosial, budaya, ekonomi tanpa mengganggu pergerakan pejalan kaki, ucap Anies Baswedan suatu ketika.

Saat ini, mungkin kawasan Jalan Sudirman yang berhasil menjelmakan demokrasi jalan bagi warganya. Kelak, di tempat-tempat lainnya, kegiatan serupa pun bisa saja tercipta. Tentu dengan wujud yang lebih segar, aksi yang lebih kreatif, dan yang terpenting bisa menjaga kebersihan ruang ketiga tersebut.

 

Penulis: Beni Kusuma, Urban Explorer


https://megapolitan.okezone.com/read/2022/07/11/338/2627388/viral-fenomena-citayam-fashion-week-kesetaraan-dan-demokrasi-jalan?page=1

Sumber: https://megapolitan.okezone.com/read/2022/07/11/338/2627388/viral-fenomena-citayam-fashion-week-kesetaraan-dan-demokrasi-jalan?page=1
Tokoh





Graph

Extracted

persons Anies Baswedan, Sudirman,
companies ADA,
ministries Pemprov DKI Jakarta,
places DKI Jakarta, JAWA BARAT,
cities Bogor, Jabodetabek, Melawai,